Suriah Kuasai Kembali Kendali Perbatasan Dataran Tinggi Golan

Golan, MINA – Pasukan Pemerintah Suriah mendapatkan kembali kendali atas wilayah perbatasan dengan yang diduduki Israel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, setelah gerilyawan yang terkait dengan kelompok ISIS melepaskan kantong terakhir mereka di wilayah itu.

Terobosan melawan militan, yang dilaporkan oleh media pemerintah dan kelompok pemantauan perang yang terkait dengan oposisi, mengakhiri kampanye enam minggu untuk merebut kembali sudut barat daya negara itu. Demikian Arab News melaporkan, Selasa (31/7).

Oposisi merebut daerah di sepanjang Dataran Tinggi Golan setelah pemberontakan populer meletus melawan Presiden Bashar al-Assad pada tahun 2011. Kelompok yang terkait dengan ISIS yang dikenal sebagai Tentara Khaled bin Al-Waleed kemudian merebut daerah itu dari  oposisi.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan militan menyerahkan kendali atas Cekungan Yarmouk di barat daya Suriah pada Senin.

Central Military Media yang berafiliasi ke Pemerintah Suriah mengatakan militer Suriah mengamankan  perbatasan Dataran Tinggi Golan.

Israel merebut Dataran Tinggi Golan dalam perang Timur Tengah 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Pasukan penjaga perdamaian PBB pertama kali ditempatkan di sepanjang perbatasan pada tahun 1974 untuk memisahkan pasukan Suriah dan Israel.

Israel sebagian besar terus berada di sela-sela perang saudara Suriah, tetapi mengatakan tidak akan mengizinkan kehadiran permanen dari Iran atau kelompok militan Libanon Hizbullah di dekat perbatasan. Keduanya bersekutu dengan Assad dan telah memberikan dukungan militer yang penting kepada pasukan Pemerintah Suriah.

Pasukan rezim Suriah terus merangsek dengan serangan mereka meskipun ancaman oleh ISIS untuk membunuh warga sipil baru-baru yang mereka tangkap di sebuah provinsi terdekat.

Para ekstremis menculik sekitar 18 orang, sebagian besar perempuan, dalam gelombang serangan di provinsi terdekat Sweida, Rabu lalu yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Pada Sabtu, kelompok itu merilis video penyanderaan seorang wanita yang mengatakan dia ditahan bersama dengan wanita lain dari Sweida. Wanita itu mengatakan dia akan dibebaskan jika rezim menghentikan serangannya terhadap militan dan membebaskan tahanan ISIS. Dia mengatakan dia diancam akan dibunuh jika rezim menekan serangannya. (T/R11/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

http://www.arabnews.com/node/1348976/middle-east

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.