Damaskus, MINA – Suriah pada hari Sabtu (7/6) mengumumkan penutupan kamp pengungsi akibat perang saudara selama 13 tahun di negara itu, menyebutnya sebagai akhir dari tragedi yang mengerikan.
“Penutupan kamp Rukban menandai berakhirnya salah satu tragedi kemanusiaan paling parah yang dialami oleh pengungsi kami,” Raed al-Saleh, Menteri Tanggap Darurat dan Penanggulangan Bencana, mengatakan dalam sebuah pernyataan. Anadolu melaporkan.
“Kami berharap langkah ini akan menandai dimulainya sebuah proses yang mengakhiri penderitaan di kamp-kamp lain dan mengembalikan orang-orang ke rumah mereka dengan bermartabat dan aman,” tambahnya.
Pernyataannya melalui X menyertakan foto-foto yang menunjukkan kamp itu benar-benar kosong dari pengungsi Suriah.
Baca Juga: [POPULER MINA] Lebaran Idul Adha di Gaza dan Internet Korea Utara Lupuh
Penutupan itu terjadi beberapa bulan setelah runtuhnya rezim Assad pada bulan Desember. Sejak itu, keluarga-keluarga yang berlindung di kamp tersebut mulai kembali ke kota-kota dan desa-desa mereka.
Kamp tersebut, yang merupakan pemukiman informal dan tidak diatur, terletak di zona demiliterisasi di perbatasan timur laut antara Suriah dan Yordania. Ribuan warga Suriah yang mengungsi menunggu izin untuk memasuki Yordania tinggal di kamp tersebut.
Setelah pengeboman bunuh diri tahun 2016 di pos perbatasan Yordania, yang menewaskan tujuh tentara dan melukai 15 lainnya, Yordania menutup perbatasan utaranya dan menghentikan penerimaan pengungsi, sehingga memutus akses kemanusiaan ke kamp tersebut.
Bashar al-Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada bulan Desember, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak tahun 1963.
Baca Juga: Pangeran MBS Desak Komunitas Internasional Hentikan Agresi Israel di Gaza
Ahmed al-Sharaa, yang memimpin pasukan anti-rezim untuk menggulingkan Assad, dinyatakan sebagai presiden untuk masa transisi pada bulan Januari. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kapal Kemanusiaan Madeline Bertahap Dekati Pantai Gaza