Tel Aviv, MINA – Survei terbaru yang dilakukan oleh Asosiasi 121 Israel dan Proyek 710 mengungkap kekhawatiran yang signifikan di antara para pemukim Yahudi yang dievakuasi.
Sebanyak 70% dari mereka yang dievakuasi dari Utara, wilayah yang diduduki di Selatan Lebanon, menyatakan niat untuk menghindari kembali ke pos-pos kolonial mereka. Almayadeen melaporkan.
Studi tersebut, yang melibatkan sampel representatif dari para pengungsi dari wilayah selatan dan utara, menemukan bahwa setengah dari mereka yang disurvei mempertimbangkan untuk tidak kembali ke pemukiman tersebut.
Sebanyak 60% dari semua pengungsi telah mengalami kerusakan pada mata pencaharian mereka, sementara 53% menilai respons pemerintah terhadap tantangan ketenagakerjaan mereka buruk.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Temuan tersebut, berdasarkan data yang dikumpulkan pada bulan September, menunjukkan bahwa 68% pengungsi telah mengalami penurunan pendapatan, dan persentase yang sama melaporkan kurangnya bantuan ketenagakerjaan.
Selain krisis yang dihadapi para pemukim yang dievakuasi, 1 dari 5 orang saat ini menganggur dan 52% menyebutkan hambatan finansial terhadap pendidikan sebagai kendala yang signifikan.
Dalam berita terkait, media Israel melaporkan pemilik bisnis di Haifa mengalami penurunan pendapatan hampir 90% pada bulan Oktober 2024.
“Orang-orang tidak turun ke jalan, dan situasi di Haifa mengkhawatirkan dan jauh dari kata sederhana,” kata seorang pemilik toko Israel.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Selain itu, kepala Dewan Al-Jalil Atas Israel, Giora Zaltz, mencatat bahwa operasi Hezbollah yang meluas di utara menjadi semakin mematikan dan kuat dari hari ke hari.
Zlatz menggarisbawahi kondisi di utara memburuk, dari buruk menjadi lebih buruk, dengan sirene peringatan berbunyi setiap hari karena peluncuran pesawat nirawak dan rudal oleh Hezbollah. Ia juga menunjuk pada puluhan bangunan yang hancur dan ribuan hutan dan lahan pertanian yang terbakar.
“Sekitar 100.000 pemukim telah dievakuasi. Saat ini kami tidak memiliki layanan vital seperti kesehatan, perbankan, dan sistem pendidikan,” ungkapnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian