Ramallah, MINA – Sebuah jajak pendapat baru mendapati bahwa hampir 80% warga Palestina ingin Presiden Mahmoud Abbas mengundurkan diri, mencerminkan kemarahan yang meluas atas kematian seorang aktivis dalam tahanan pasukan keamanan dan tindakan keras terhadap protes selama musim panas.
Survei yang dirilis pada Selasa (21/9) menunjukkan dukungan untuk saingan Abbas dari Hamas tetap tinggi, beberapa bulan setelah perang Gaza 11 hari pada bulan Mei, ketika kelompok peelawanan itu secara luas dinilai oleh orang-orang Palestina telah mencetak kemenangan melawan Israel, sementara Abbas dikesampingkan, Nahar Net melaporkan.
Jajak pendapat terbaru oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina (PCPSR) menghasilkan, 45% orang Palestina yakin bahwa Hamas harus memimpin dan mewakili mereka, sementara hanya 19% yang mengatakan bahwa Abbas dari Fatah yang sekuler layak mendapatkan peran itu.
“Ini adalah jajak pendapat terburuk yang pernah kami lihat untuk Presiden,” kata Khalil Shikaki, kepala pusat tersebut, yang telah mensurvei opini publik Palestina selama lebih dari dua dekade. “Dia tidak pernah berada dalam posisi seburuk hari ini.”
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Terlepas dari popularitasnya yang menurun dan penolakannya untuk mengadakan pemilihan, masyarakat internasional masih memandang Abbas yang berusia 85 tahun sebagai pemimpin perjuangan Palestina dan mitra penting dalam proses perdamaian dengan Israel yang terhenti lebih dari satu dekade lalu.
Otoritas Palestina-nya (PA) mengelola bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki di bawah perjanjian sementara yang ditandatangani dengan Israel pada puncak proses perdamaian pada 1990-an. Hamas mengusir pasukan Abbas dari Gaza ketika merebut kekuasaan di sana pada 2007, setahun setelah memenangkan pemilihan parlemen.
Keterpurukan terbaru Abbas dimulai pada bulan April, ketika dia membatalkan pemilihan Palestina pertama dalam 15 tahun, karena Fatah tampaknya akan menuju kekalahan memalukan lainnya. Popularitas Hamas melonjak pada bulan berikutnya di tengah protes di Yerusalem dan perang Gaza, karena banyak warga Palestina menuduh PA tidak melakukan apa pun untuk membantu perjuangan mereka melawan pendudukan Israel.
Kematian Nizar Banat, seorang pengkritik keras PA yang meninggal setelah dipukuli oleh pasukan keamanan Palestina selama penangkapan larut malam pada bulan Juni, memicu protes di Tepi Barat yang diduduki, menyerukan agar Abbas mengundurkan diri. Pasukan keamanannya melancarkan tindakan keras sebagai tanggapan, memukuli dan menangkap beberapa demonstran.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Ditemukan bahwa 63% orang Palestina berpikir Banat dibunuh atas perintah pemimpin politik atau keamanan PA, dengan hanya 22% percaya itu adalah kesalahan. PA baru-baru ini mengumumkan bahwa 14 pejabat keamanan yang ambil bagian dalam penangkapan itu akan diadili. Enam puluh sembilan persen dari mereka yang disurvei merasa itu adalah respons yang tidak memadai.
Enam puluh tiga persen warga Palestina mendukung demonstrasi yang pecah setelah kematian Banat, dan 74% percaya bahwa penangkapan demonstran oleh PA merupakan pelanggaran terhadap kebebasan dan hak-hak sipil, menurut jajak pendapat tersebut.
PCPSR mengatakan telah mensurvei 1.270 warga Palestina secara tatap muka di Tepi Barat dan Gaza, dengan margin kesalahan tiga poin dari persentase. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka