Tel Aviv, MINA – Bukan rahasia lagi Israel adalah negara yang sangat terpolarisasi atau terbelah, dengan perdana menterinya menghadapi tuduhan korupsi, proses perdamaian terhenti, dan pemerintah berusaha untuk membungkam kritik.
Namun sebuah survei baru yang dirilis pada Selasa (12/12) menunjukkan betapa terbelahnya negara yang mencaplok tanah Palestina itu, Sun Herald melaporkan.
israel/">Indeks Demokrasi Israel tahunan menemukan 45%, atau hanya di bawah separuh orang Israel, percaya sistem pemerintahan negara tersebut dalam bahaya serius. Namun survei tersebut menemukan sentimen yang sangat berbeda di antara berbagai bagian populasi.
Hanya 23% pemilih sayap kanan dan religius Yahudi, basis dukungan untuk pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, khawatir demokrasi Israel dalam bahaya. Namun di antara pemilih sayap kiri Yahudi ditemukan pandangan sebaliknya yakni 72% menyebut demokrasi negara mereka dalam bahaya, bahkan lebih tinggi dari 65% warga Arab Israel yang berpandangan seperti itu.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pemerintahan Netanyahu, yang mulai menjabat pada 2015, didominasi oleh partai-partai agama dan nasionalis, yang banyak di antara mereka telah mengambil garis keras terhadap suara-suara yang mengkritik pemerintah.
Kementerian Kebudayaan, misalnya, memblokir dana untuk bioskop yang meluncurkan kritik terhadap pemerintah atau menolak tampil di permukiman Tepi Barat.
Dalam beberapa bulan terakhir, Netanyahu dan para pendukungnya telah menanggapi berbagai investigasi korupsi dengan menyerang media Israel, penegak hukum, peradilan, dan kalangan lainnya yang disebut ‘elit’ yang dia percaya tengah berupaya melengserknnya.
Taktik Netanyahu telah menarik perbandingan dengan koleganya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang juga mengobarkan perang melawan media dan kritikus liberal yang mendorongnya meraih kemenangan dalam pemilihan umum tahun lalu.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Menurut survei tersebut, hampir tiga perempat pemilih sayap kanan Yahudi percaya “peradilan, media, dan akademisi kiri mengganggu kemampuan pemerimtahan sayap kanan terpilih.” Di sisi lain, 79% orang Yahudi sekuler percaya “populasi religius secara bertahap mengambil kendali negara”.
Yohanan Plesner, presiden Israel Democracy Institute, sebuah think tank yang disegani yang mensponsori survei tersebut, mengatakan negara tersebut terbelah oleh ‘perbedaan pendapat mendasar’, tidak hanya antara orang Arab dan Yahudi dan tidak hanya pada masalah keamanan.
“Di dalam masyarakat Yahudi Israel, perselisihan mendalam dan terus berlanjut terjadi mengenai keseimbangan antara nilai-nilai Yahudi dan demokrasi negara,” ujarnya.
Survei menemukan ketidakpuasan yang meluas terhadap politisi negara tersebut. Ditemukan 68% dari semua responden merasa anggota parlemen tidak menjalankan tugas mereka dengan baik, dan 80% yakin politisi lebih memerhatikan kepentingan pribadi mereka daripada kepentingan konstituen.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Tamar Hermann, seorang profesor Israel yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan ketika tingkat ketidakpuasannya serupa dengan survei tahun lalu, tahun ini ada peningkatan yang nyata pada orang-orang yang percaya situasi negara secara keseluruhan baik, menjadi 48% dari 36,5% tahun lalu. Hampir tiga perempat orang Israel merasa puas dengan situasi pribadi mereka.
Hermann, direktur akademik pada Guttman Center for Public Opinion and Policy Research, mengatakan tren kontras ini sangat mencolok.
“Anda melihat politisi seolah-olah mereka tinggal di planet lain, sedangkan kehidupan masyarakat di planet ini,” kata dia. “Di satu sisi, hal yang mungkin menjalani kehidupan yang cukup baik di planet publik, sedangkan di planet politisi situasinya cukup suram.”
Studi tersebut mewawancarai 1.024 orang dan memiliki margin error sebesar 3,1 poin persentase. Margin meningkat menjadi 3,4 poin untuk responden Yahudi dan 7,9 poin untuk ukuran sampel warga Arab yang lebih kecil.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Penelitian dilakukan bulan Mei, namun membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk analisis dan publikasi. Menurut Hermann opini publik mengenai isu-isu semacam itu ‘cukup stabil’. (T/R11/RS1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan