Jakarta, MINA – Komunitas paling rentan di Indonesia, termasuk rumah tangga dengan anak-anak dan penyandang disabilitas, masih berisiko jatuh lebih jauh ke dalam kemiskinan setelah pandemi COVID-19 dan dibayangi ketidakpastian ekonomi.
Hal itu diungkap dalam hasil laporan Survei putaran kedua 2022 oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF), United Nations Development Program (UNDP), Australia-Indonesia Partnership for Economic Development (PROSPERA), dan SMERU Research.
“COVID-19 menciptakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi anak-anak dan pengasuhnya di seluruh Indonesia,” kata Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia dalam Webinar Peluncuran dan Diskusi Laporan hasil Survei itu pada Jumat (16/12).
Menurutnya, laporan ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan sistem perlindungan sosial, mengatasi krisis pembelajaran dan memastikan anak-anak penyandang disabilitas tidak tertinggal saat negara pulih dari COVID-19 dan
menghadapi dampak krisis global.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
“Penyelesaian masalah ini merupakan kunci bagi Indonesia untuk mencapai visi jangka panjangnya menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030, mencapai status berpenghasilan tinggi dan mengurangi semua bentuk kemiskinan hingga mendekati nol,” ujarnya.
Laporan itu mencatat, meskipun tingkat kemiskinan turun menjadi 9,54 persen pada Maret 2022 dari 10,14 persen pada Maret 2021, masih ada kebutuhan mendesak untuk penanganan kesejahteraan kelompok rentan yang paling menderita akibat dampak COVID-19 agar Indonesia dapat mencapai pemulihan inklusif.
Laporan ini juga menyoroti pentingnya akses terhadap vaksinasi COVID-19 bagi rumah tangga yang beranggotakan anak-anak dan kelompok rentan.
“Tahun 2021, pemerintah menggelontorkan bantuan sebesar Rp 153,4 triliun sebagai salah satu langkah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk menanggulangi dampak pelemahan perekonomian dan kesejahteraan sosial, termasuk di tingkat rumah tangga,” kata Made Arya Wijaya, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara, Kementeri Keuangan.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Terbukti, kata Made, ekonomi domestik pada kuartal III tahun ini terdongkrak, konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi salah satu penopang utamanya. “Daya beli sektor rumah tangga harus kita jaga di tahun 2023, sebagai akibat dari situasi pandemi yang tidak menentu dan krisis dunia,” katanya.
James Gilbert, Plt. Konselor Infrastruktur dan Tata Kelola Ekonomi Kedutaan Australia, mengungkapkan perhatiannya terhadap situasi kerentanan rumah tangga di Indonesia.
“Selain dalam bidang kesehatan, pemerintah Australia sebagai mitra dari pemerintah Indonesia mendukung segala upaya pemulihan ekonomi dan sosial rumah tangga, terlebih bagi keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan beranggotakan anak, penyandang disabilitas, serta lansia,” ujar James.
“Kehilangan pendapatan dan sulitnya akses terhadap kesehatan masih membayangi sebagai dampak dari pandemi yang berkepanjangan serta perlambatan ekonomi global,” tambahnya.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Menurut laporan ini, sebanyak 6 dari 10 UMKM berbasis rumah tangga mulai bergeliat untuk berbisnis.
Isu kesehatan mental perlahan teratasi karena keluhan terkait depresi dan kecemasan menurun sebanyak 1,4 kali dari sebelumnya.
Namun, perempuan masih mengalami kemunduran dalam pertumbuhan di angkatan kerja sebagai akibat beban ganda dalam urusan domestik dan tanggung jawab terhadap pengasuhan. (L/R6/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian