Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survei: Lebih dari Sepertiga Konsumen Boikot Produk Terafiliasi Israel

sri astuti - Sabtu, 15 Juni 2024 - 09:22 WIB

Sabtu, 15 Juni 2024 - 09:22 WIB

17 Views

Washington, MINA – Sebuah survei global menemukan lebih dari sepertiga konsumen memboikot merek yang terafiliasi dengan Israel, karena persepsi mereka mengenai agresi Israel ke Gaza, dan menggunakan daya beli mereka untuk mengekspresikan pandangan politik.

Edelman Trust Barometer terbaru mensurvei 15.000 konsumen di seluruh dunia, termasuk di UEA, Arab Saudi, Inggris, Amerika Serikat, dan India, Middle East Monitor (MEMO) melaporkannya, Jumat (14/6).

Di Arab Saudi, 72 persen responden menghindari merek yang mereka yakini mendukung salah satu pihak dalam perang Israel di Gaza. Demikian pula, 57 persen responden di UEA mengatakan mereka tidak akan membeli dari merek yang dianggap mendukung suatu pihak.

Perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS seperti Starbucks, McDonald’s, dan Coca-Cola menghadapi tantangan besar akibat boikot di Timur Tengah, meskipun banyak perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak mendukung pihak tertentu dalam perang Israel di Gaza.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

McDonald’s baru-baru ini melaporkan penurunan penjualan pada kuartal pertama akibat boikot tersebut. Hal ini menyusul pengumuman dari pemegang waralaba McDonald’s di Israel, Alonyal, bahwa ia akan memberikan makanan gratis atau diskon kepada anggota pasukan Pendudukan Israel setelah dimulainya perang di Gaza.

Sebagai tanggapan, pembela hak asasi manusia di seluruh dunia menyerukan boikot terhadap rantai makanan cepat saji tersebut, yang dilaporkan menyebabkan kerugian, terutama di Timur Tengah.

Pada Maret, Starbucks mengumumkan akan memberhentikan ribuan karyawannya di Timur Tengah karena dampak boikot terkait perang Israel di Gaza.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa geopolitik secara signifikan memengaruhi pilihan merek, dengan 78 persen pelanggan menghindari merek berdasarkan negara asal mereka.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Secara keseluruhan, 60 persen konsumen di seluruh dunia memilih merek berdasarkan pendirian politik mereka, meningkat 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Laporan tersebut lebih lanjut menyoroti bahwa tindakan merek sehari-hari dianggap bersifat politis.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa kepercayaan lebih penting daripada layanan pelanggan, reputasi dan kenyamanan ketika memilih produk suatu merek.[]

 

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda