Berlin, 12 Shafar 1436/5 Desember 2014 (MINA) – Sebuah survei yang diadakan di Jerman mengungkapkan, sejumlah besar warga Jerman menentang sunat bagi anak-anak laki-laki dan menginginkan pembatasan pembangunan masjid.
Penelitian bertajuk “Integrasi dan Migrasi” yang dilaksanakan oleh Berlin Institute for Empiris, sebuah organisasi non-pemerintah, merilis kesimpulan itu dalam laporan mereka, pada konferensi pers pertengahan pekan ini di Berlin. Demikian Wold Bulletin yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Menurut statistik Institute Jerman, diperkirakan ada empat juta Muslim di Jerman; Islam adalah agama terbesar kedua di negara itu setelah Kristen.
Penyelenggara survai memaparkan, survei dengan sistem acak dilakukan pada 8.270 orang warga Jerman.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Menurut laporan itu, 60,4 persen responden tidak ingin anak-anak laki-laki disunat dan 42,2 persen menginginkan pembangunan masjid di negara mereka dibatasi.
Juga, 26,7 persen responden menyatakan pendapat bahwa Muslim lebih agresif dari mereka sendiri. Sementara itu, 25,7 persen responden mengatakan “Kami harus menunjukkan rasa hormat kepada ummat Muslim.”
Dikemukakan pula, umat Islam di Jerman lebih banyak mengalami penghinaan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa 37,8 persen warga Jerman menganggap seorang wanita dengan jilbab tidak bisa menjadi warga Jerman.
Tiga negara bagian Jerman yakni Bremen, Hamburg, dan Hessen secara hukum telah mengakui Islam sebagai sebuah agama, sementara Bremen dan Hamburg telah memcapai perjanjian dengan minoritas Muslim untuk pengakuan Islam sebagai agama. (T/P005/P2)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas