NayPyidaw, MINA – Kantor pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengeluarkan pernyataan yang membenarkan terjadi serangan terhadap kantor polisi di Maungdaw utara, Rakhine State oleh gerilyawan Rohingya.
“Gerilyawan pemberontak Bengali menyerang sebuah kantor polisi di wilayah Maungdaw di Rakhine State utara dengan bom buatan tangan dan melakukan serangan terkoordinasi terhadap beberapa pos polisi,” kata pernyataan dari kantor Suu Kyi hari Jumat (25/8). Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Sebutan “Bengali” adalah cara menghina untuk menggambarkan etnis Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh.
Pernyataan itu menambahkan bahwa para gerilyawan merebut senjata dari polisi dan pertempuran berlanjut di beberapa daerah.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Kepala Militer Myanmar Min Aung Hlaing mengumumkan melalui halaman Facebook resminya, sekitar 150 militan pada Jumat (25/8) dini hari pukul 01.00 waktu setempat, menyerang kantor polisi dan mencoba masuk ke sebuah pangkalan militer di Rakhine State.
Min Aung mengungkapkan, sedikitnya 21 gerilyawan Rohingya dan 11 anggota pasukan keamanan Myanmar tewas dalam bakutembak.
Wartawan Al Jazeera Florence Looi yang melaporkan dari Yangon mengatakan, serangan itu akan mempengaruhi sentimen di lapangan.
“Umat Buddha Rakhine yang kami ajak bicara tidak ingin tinggal dengan komunitas Muslim. Mereka mengatakan bahwa orang Rohingya bersama teroris atau pejuang,” lapor Looi.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Looi mengungkapkan, ia telah mendapat laporan bahwa warga di desa Rohingya mengalami pemukulan dan pembunuhan tanpa pandang bulu, serta penangkapan sewenang-wenang.
“Jadi semua ini membuat kedua belah pihak lebih terpolarisasi,” tambahnya.
Tentara Keselamatan Rohingya Arakan (ARSA) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu pada sebuah unggahan di Twitter. (T/RI-1/RS1)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)