Yangon, MINA – Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi telah membatalkan rencana untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) akhir bulan ini, kata juru bicaranya Rabu (13/9). Saat ini peraih Nobel tersebut menghadapi sorotan tajam global atas krisis pengungsi Rohingya.
“Pemimpin negara tidak akan menghadiri pertemuan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata juru bicara pemerintah Zaw Htay.
Juru bicara itu tidak menjelaskan keputusan tersebut namun mengatakan, Wakil Presiden Henry Van Thio yang akan menghadiri pertemuan puncak tersebut, yang berlangsung sampai pekan depan, seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA) dari Bangladesh Sangbad Sangstha (BSS).
Pengumuman itu disampaikan setelah pimpinan hak asasi manusia PBB, Zeid Ra’ad Al-Hussein, menuduh Myanmar melakukan serangan “sistematis” terhadap warga sipil Rohingya dan memperingatkan, bahwa “pembersihan etnis” tampaknya sedang berlangsung.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Dewan Keamanan Nasional PBB juga berencana bertemu Rabu (13/9) ini untuk membahas krisis tersebut, yang terus memperdalam karena jumlah pengungsi Rohingya yang masuk ke Bangladesh meningkat menjadi 370.000 orang.
Mereka telah melarikan diri dari kekerasan yang telah mengoyak negara Rakhine sejak 25 Agustus, ketika gerilyawan dari minoritas Muslim menyerang pos-pos perbatasan polisi yang memicu sebuah tindakan keras militer.
Suu Kyi, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk aktivisme pemberontak di bawah junta Myanmar, pernah dipuja komunitas internasional.
Dia memulai debutnya di hadapan majelis PBB September tahun lalu, setelah menjadi mantan pemimpin sipil pertama Myanmar yang dipimpin junta dalam beberapa dasawarsa, mendapat tepuk tangan meriah untuk pidatonya.
Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel
Dia bersumpah untuk menemukan solusi atas kebencian etnis dan agama di Rakhine “yang akan menghasilkan perdamaian, stabilitas dan pembangunan bagi semua masyarakat di negara bagian.”
Selama ini Myanmar tidak mengakui orang-orang Rohingya sebagai warganya. Rohingya yang beragama Islam tanpa kewarganegaraan dan dibenci di Myanmar yang mayoritas beragama Budha.
Pengungsi yang masuk ke Bangladesh telah tiba dengan cerita mengerikan tentang pembunuhan tanpa pandang bulu dan serangan pembakaran oleh tentara.
Sementara Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah menegur tindakan militer tersebut. Namun Beijing memberi dukungan menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB. (T/B05/R01)
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)