Stockholm, MINA – Badan Kesehatan Masyarakat Swedia mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi kasus cacar monyet (Mpox) pertama di luar Afrika.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (15/8), badan tersebut mengatakan, seseorang yang mencari perawatan di Wilayah Stockholm telah didiagnosis menderita Mpox yang disebabkan oleh varian clade I. Ini adalah kasus pertama yang disebabkan oleh clade I yang didiagnosis di luar benua Afrika. Orang ini tertular setelah tinggal di suatu negara Afrika, Almayadeen melaporkannya.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menggambarkan situasi ini “sangat mengkhawatirkan”, dan membenarkan adanya “tingkat kewaspadaan tertinggi” berdasarkan hukum kesehatan internasional. Ia mencontohkan kemunculan clade (Ib) di DRC bagian timur dan keberadaannya di negara tetangga.
WHO telah mengalokasikan $1,5 juta dari dana daruratnya dan berencana untuk mengeluarkan dana tambahan, dan mendesak para donor untuk menyumbangkan sisa $15 juta yang diperlukan untuk respons di kawasan ini.
Baca Juga: Ruqyah, Kunci Kesehatan Jiwa dan Kedamaian Hati
Para ilmuwan menyamakan wabah Mpox yang terjadi saat ini di Afrika dengan masa-masa awal munculnya HIV, sehingga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyatakannya sebagai darurat kesehatan masyarakat.
Pada tanggal 4 Agustus, Afrika telah melaporkan 38.465 kasus Mpox dan 1.456 kematian sejak Januari 2022, dengan lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian terjadi di Kongo pada tahun ini saja. Wabah ini melibatkan berbagai kelas virus, termasuk kelas baru Ib, yang khususnya menyerang anak-anak di Kongo dan wilayah sekitarnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat pada hari Selasa. Dr. Jean Kaseya, Direktur Jenderal organisasi tersebut, menekankan bahwa deklarasi ini “bukan sekadar formalitas” namun lebih merupakan “seruan nyata untuk bertindak” yang memerlukan tindakan proaktif dan agresif untuk membendung dan memberantas virus ini.
Pada awal bulan Agustus, Uni Afrika menyetujui $10,4 juta untuk tanggapan CDC Afrika. Namun, Kaseya telah mengindikasikan bahwa benua ini memerlukan sekitar $4 miliar untuk sepenuhnya mengatasi krisis ini. []
Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan