SYAIKH AL-AZHAR: BELAJARLAH DI INDONESIA

(Dok. Kemenag)
(Dok. Kemenag)

Jakarta, 17 Ramadhan 1436/3 Juli 2015 (MINA) – Pimpinan tertinggi atau Syaikh merekomendasikan kepada umat Islam dunia untuk bisa belajar Islam dari .

“Perhatikan Bangsa Indonesia yang baik ini, karena Indonesia mampu menjalankan Islam yang moderat, toleran dan cinta damai. Maka timbalah ilmu di Indonesia,” demikian maklumat Syaikh Al-Azhar yang disampaikan oleh Saeed Atia Ali mewakili Kafilah Majelis Hukum Al Muslimin Universitas Al-Azhar Kairo kepada Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Jakarta, Jumat (03/07).

Kafilah Mesir ini  terdiri atas Saeed Atia Ali, Hosny Metwally dan Ahmed Shaykowy. Mereka bersilaturahim ke Kementerian Agama dengan didampingi Duta Besar Mesir untuk Indonesia Bahaa Dessouri, Konsellor Ahmed Eid, dan Pembina Ikatan Alumni Al-Azhar Kairo Quraish Shihab, demikian laman resmi Kemenag melaporkan.

Ikut hadir mendampingi Lukman, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muchtar Ali, Kabiro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri (KLN) A Gunaryo, Kabag TU Pimpinan (Sesmen) Khoirul Huda, dan Kabid KLN Agus Sholeh.

Dikatakan Atia, selain bersilaturahim, tujuan kedatangan Kafilah ke Indonesia adalah untuk melakukan koordinasi, apa yang bisa dikontribusikan untuk pemikiran Islam yang moderat dan cinta damai dari Indonesia. Sebab, menurut al-Azhar, Indonesia adalah model realistis sebuah Islam yang mempunyai budaya damai dan menjunjung tinggi perdamaian.

Hal sama disampaikan oleh Ahmed Shaykowy. Menurutnya, sebuah kehormatan dan kebahagiaan tersendiri dapat  berkunjung ke negara yang dianggapnya sebagai Negara ke-2 (Indonesia), untuk bersama-sama bekerja sama, mengekspor budaya damai dalam Islam.

Al-Azhar prihatin, lanjut Shaykowy, karena akhir-akhir ini, dunia Islam kacau balau akibat kekerasan atas nama agama. Meski, sebenarnya itu terjadi karena masalah politik, namun hal ini telah mencoreng Islam di dunia.

Dalam kesempatan silaturahim ini, Saeed Atia juga menyampaikan keinginan Al-Azhar untuk membuka studi Islam dalam Bahasa Indonesia. “Ada keinginan dari al-Azhar untuk membuka Jurusan Bahasa Indonesia, yakni Studi Islam dengan Bahasa Indonesia,” jelasnya.

Akan hal ini, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin atas nama pemerintah dan pribadi, mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas upaya yang dilakukan Universitas al-Azhar, termasuk terkait rencana akan dibukanya Studi Islam Berbahasa Indonesia.

“Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami dan semoga bermanfaat bagi Umat Islam,” tambahnya.

Menag melihat, setidaknya ada dua hal, yang bisa dilakukan, agar bisa lebih membangun peradaban umat manusia agar lebih baik. Pertama adalah bagaimana Islam lebih mengedepankan aspek akhlaqnya.

Karenanya, Lukman menggarisbawahi bahwa orientasi pendidikan anak-anak  ke depan, tidak semata ibadah mahdlah saja, namun juga diimbangi dan dibarengi dengan memperbaiki akhlaq.

“Karena itulah esensi Islam, agar ke depan, perilaku Umat Islam bisa lebih baik dan mampu berperan dan mewarnai peradaban ini,” jelasnya.

“Ada kesalehan sosial, ini yang utama, dan hal ini berpusat pada akhlaq. Sengketa terjadi, karena rendahnya akhlaq, dan sesungguhnya Islam hadir untuk memperbaiki akhlaq,” imbuhnya.

Kedua, lanjut Lukman, perlunya kesadaran bahwa keberagaman dan kemajemukan, adalah sesuatu yang given, yang sunnatullah. Karenanya, tidak bisa diingkari, tapi disikapi dengan arif. Salah satu cara adalah dengan membangun musyawarah dan dialog, dan menjauhi cara-cara kekerasan.

“Dan Al-Azhar mempunyai komintmen yang tinggi untuk hal ini, dan sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia,” katanya. (T/P011/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0