Sydney, MINA – Kota Sydney, Australia, resmi membuka karya seni interaktif bertajuk “Meeras Pavilion” pada Kamis (25/9) untuk mengenang penderitaan lebih dari 1,2 juta etnis Muslim Rohingya yang terusir dari Myanmar sejak 2017.
Dilansir dari Arakan News Agency (ANA), karya berukuran 14 x 3,7 meter itu terbuat dari bambu, tali baja, serta dilengkapi pencahayaan dan suara modern.
Terdiri dari 16 lengkungan dengan daun talas raksasa di setiap ujungnya, karya ini melibatkan lebih dari 120 seniman dan relawan Rohingya, serta akan dipamerkan hingga 5 Oktober.
Aktivis Rohingya Asma Naimullah menegaskan, paviliun itu menjadi simbol perebutan kembali budaya dan kisah mereka.
Baca Juga: PBB dan Uni Eropa Ingatkan ISIS-K Dapat Merekrut Pengungsi Afghanistan
“Kami bukan sekadar pengungsi, apa pun yang dikatakan media,” ujarnya.
Proyek ini digarap bersama komunitas Rohingya di Sydney, kamp pengungsi di Bangladesh dan Malaysia, serta didukung oleh berbagai organisasi, termasuk Médecins Sans Frontières, Refugee Council Australia, dan australia/">Amnesty International Australia.
Sejak 2017, lebih dari satu juta warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh akibat genosida militer Myanmar dan kekerasan milisi Buddha Arakan, dan kini tinggal di Cox’s Bazar, kamp pengungsi terbesar di dunia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Malaysia Siap Gabung dengan Pasukan Penjaga Perdamaian di Gaza