SYEIKH SHABRI: OTORITAS PALESTINA TIDAK BANYAK BERBUAT UNTUK LINDUNGI AL-AQSHA

Kepala Badan Eksekutif Islam di Palestina, Syekh Ikrimah Shabri. (Foto: PIC)
Kepala Badan Eksekutif Islam di , Syekh Ikrimah Shabri. (Foto: PIC)

, 17 Dzulhijjah 1436/1 Oktober 2015 (MINA) – Kepala Komite Tertinggi Islam di Al-Quds, Syeikh Ikrima Sabri menyatakan, Otoritas Palestina tak berbuat apa yang diharapkan untuk menghentikan berbagai pelanggaran di Masjid , Quds Press melaporkan.

Syeikh Sabri mengatakan, Otoritas Palestina “telah membatasi dirinya” dengan Perjanjian Oslo, sehingga tidak mengambil peran yang cukup proaktif dalam melindungi Masjid Al-Aqsha, demikian dilaporkan Middle East Monitor (MEMO) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (1/10).

“Keberadaan jamaah Yahudi serta bentrokan terus menerus dan bentrokan dengan pasukan pendudukan Israel menunjukkan penjajah Israel dapat melaksanakan rencana pembagiannya,” kata salah satu imam Masjid Al-Aqsha itu.

Dia menggambarkan kerumunan para pemukim ilegal ekstrimis Yahudi Israel yang besar ke Masjid Al-Aqsha pada Senin lalu sebagai bagian dari rencana Israel membagi Masjid Al-Aqsa secara tempat dan waktu bagi umat Islam dan Yahudi.

“Itu adalah ukuran sebelum rencana diwujudkan. Pemerintah Israel mengatakan hari Ahad bagi umat Islam dan Senin untuk orang-orang Yahudi,” ujarnya.

Syeikh Shabri menekankan hal itu benar-benar “tidak dapat diterima” dan menegaskan alasan mengapa para jamaah Muslim tetap berada di dalam Masjid Al-Aqsha sejak hari sebelumnya.

Ia yang mengkritik negara-negara Arab dan Islam yang tidak melakukan apa-apa untuk melindungi Masjid Al-Aqsha dari pelanggaran yang sedang berlangsung, menyatakan “penjajah Israel tidak memperhatikan kecaman atau kutukan mereka.”

Meningkatnya kunjungan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi ke situs tersuci ketiga bagi umat Islam itu menimbulkan kekhawatiran bagi Muslim tentang kemungkinan diubahnya aturan yang sudah ada oleh otoritas Israel.

Sejak 24 Agustus lalu, Otoritas Pendudukan Israel telah melancarkan kebijakan membagi Masjid Al-Aqsha secara tempat dan waktu bagi umat Islam dan Yahudi, dengan menutup semua gerbang menuju AL-Aqsha setiap harinya pada pukul 7:30-11:30 waktu setempat.

Pada waktu tersebut, anak-anak, Muslimah, dan pelajar Palestina tidak diizinkan masuk lingkungan Masjid Al-Aqsha, sementara para ekstrimis yahudi diizinkan menyerbu Masjid di bawah perlindungan tentara Israel.

Pada 8 September 2015, Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon mengumumkan, memboikot dua kelompok Muslim Palestina yang aktif melakukan kegiataan pembelaan di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Kelompok Palestina Murabitat dan Murabitun yang selalu berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsha untuk memprotes apa yang mereka anggap semakin meningkatnya kontrol Israel atas tempat tersuci ketiga bagi umat Islam itu, di tengah gencarnya kunjungan provokatif kelompok pemukim ilegal Yahudi di bawah penjagaan pasukan bersenjata.

Hari Ahad (13/9), saat perayaan Tahun Baru Yahudi, ratusan ekstrimis Yahudi menyerbu Al-Aqsha di bawah pengawalan ketat tentara Israel. Bentrokan pun pecah saat pasukan keamanan Israel dengan kekuatan besar menangkap dan menyerang jamaah Muslim Palestina yang berada di dalam Masjid Al-Aqsha. Bentrokan dan keadaan tegang di Al-Quds terjadi selama empat hari berturut-turut

Israel merebut Al-Quds Timur, di mana Masjid Al-Aqsha berada, dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui masyarakat internasional.(T/R05/E01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0