Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, lahir di Koto Tuo, Agam, Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 26 Juni 1860, atau 6 Dzulhijjah 1276 H. Beliau berasal dari keluarga ulama ternama, di mana kakek dan buyutnya pun merupakan ulama kenamaan. Sejak kecil, Syekh Ahmad Khatib menunjukkan kecerdasan dan kegemaran dalam mempelajari ilmu agama.
Pada usia 11 tahun, beliau merantau ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama. Di sana, beliau berguru kepada ulama-ulama terkemuka, seperti Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syekh Muhammad bin Abdul Karim Magribi, dan Syekh Abdullah bin Husein al-Jawi. Beliau tidak hanya mempelajari ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain seperti tafsir, hadits, fikih, tasawuf, dan sejarah.
Kiprah dan Pengabdian
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Mekkah, Syekh Ahmad Khatib kembali ke Indonesia pada tahun 1887. Beliau kemudian menetap di Koto Tuo dan mulai mengajar di berbagai surau dan masjid. Beliau dikenal sebagai ulama yang cerdas, berwawasan luas, dan memiliki kemampuan berceramah yang luar biasa. Ceramah-ceramahnya selalu menarik banyak pendengar dan memberikan pencerahan bagi masyarakat.
Pada tahun 1891, Syekh Ahmad Khatib kembali ke Mekkah dan diangkat menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram. Beliau menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat kehormatan tersebut. Di Mekkah, beliau tidak hanya menjadi imam dan khatib, tetapi juga mengajar di berbagai madrasah dan menjadi rujukan bagi para pencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dikenal sebagai salah satu pelopor pembaharuan Islam di Indonesia. Beliau menyerukan agar umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni dan meninggalkan tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam kemajuan umat Islam.
Karya dan Pemikiran
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi telah menghasilkan banyak karya tulis, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Melayu. Karya-karyanya membahas berbagai tema, seperti tafsir Al-Quran, hadits, fikih, tasawuf, dan sejarah. Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Ihya’ Ulumiddin”, sebuah kitab tafsir Al-Quran yang komprehensif dan mudah dipahami.
Pemikiran Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan Islam di Indonesia. Beliau telah menginspirasi banyak ulama dan tokoh Islam lainnya untuk memperjuangkan pembaharuan Islam dan kemajuan umat Islam.
Kontribusinya
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi memberikan banyak kontribusi bagi Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
- Menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram, Mekkah, dan menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat kehormatan tersebut.
- Mengajar di berbagai madrasah di Mekkah dan menjadi rujukan bagi para pencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.
- Menjadi salah satu pelopor pembaharuan Islam di Indonesia.
- Menyerukan agar umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni dan meninggalkan tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
- Menekankan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam kemajuan umat Islam.
- Menghasilkan banyak karya tulis, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Melayu, yang membahas berbagai tema, seperti tafsir Al-Quran, hadits, fikih, tasawuf, dan sejarah.
Pemikiran Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi masih relevan hingga saat ini dan dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan di era modern.
Murid-muridnya
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi memiliki banyak murid yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara lain. Berikut beberapa muridnya yang terkenal.
Murid dari Minangkabau di antaranya: Syekh Muhammad Jamil Jambek (pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Syadziliyah di Minangkabau), Syekh Ibrahim Musa Parabek (pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Padang), Syekh Abbas Abdullah (pendiri Madrasah Diniyah Padang Panjang), Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka), Haji Agus Salim (pahlawan nasional dan tokoh pergerakan kemerdekaan), Sutan Darap Pariaman (pendiri Persatuan Guru-Guru Agama Islam).
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Sementara itu murid-muridnya yang berasal dari luar Minangkabau antara lain: KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), Syekh Abdul Rahman Siddik Banjari (mufti Kesultanan Indragiri), Syekh Muhammad Nur (mufti Kerajaan Langkat), Syekh Abdullah Saleh (mufti Kesultanan Johor)
Para murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi menjadi ulama-ulama besar yang memberikan kontribusi yang besar pula bagi perkembangan Islam di Indonesia. Mereka menyebarkan ilmu dan pemikiran Syekh Ahmad Khatib ke berbagai daerah dan mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan organisasi Islam.
Selain nama-nama yang disebutkan di atas, masih banyak lagi murid-murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang tidak kalah berjasa dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Kontribusi mereka semua patut kita hargai dan lestarikan.
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi wafat di Mekkah pada tanggal 9 Oktober 1916 dan dimakamkan di sana. Beliau meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi umat Islam di Indonesia, yaitu berupa karya-karyanya yang bernilai tinggi dan pemikirannya yang mencerahkan. Beliau dikenang sebagai salah satu ulama terbesar dalam sejarah Islam Indonesia.[]
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah