Syekh Nawawi al Bantani, Ulama Nusantara yang Wafat di Mekah

foto Syaikh Nawawi Al-Bantani (foto: IG)

Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA

Syekh Nawawi al Bantani adalah seorang ulama besar asal Nusantara (Indonesia) yang terkenal dengan kontribusinya dalam bidang keilmuan Islam. Nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani. Ia dilahirkan pada tahun 1813 di Tanara, sebuah desa di Banten, Indonesia.

Syekh Nawawi al Bantani menetap di Mekah dalam waktu yang cukup lama, yakni sekitar 50 tahun. Beliau berangkat ke Mekah pada usia 15 tahun dan menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga wafat pada tahun 1897. Di Mekah, Syekh Nawawi mendalami berbagai ilmu agama dari banyak ulama terkemuka, mengajar, dan menulis banyak kitab yang kemudian menjadi rujukan penting di dunia Islam.

Selama masa tinggal di Mekah, Syekh Nawawi tidak hanya menjadi murid dari berbagai ulama besar, tetapi juga menjadi salah satu pengajar utama di Masjidil Haram. Keberadaan beliau di Mekah memberikan kontribusi besar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam ke seluruh dunia, termasuk ke tanah airnya, Indonesia, melalui murid-murid dan karya-karyanya.

Berikut beberapa poin penting tentang Syekh Nawawi al Bantani.

Pertama, pendidikan dan pengaruh. Syekh Nawawi mendapatkan pendidikan awal dari orang tuanya yang juga seorang ulama. Ia kemudian melanjutkan studinya ke Mekah pada usia 15 tahun, di mana ia belajar dari berbagai ulama terkemuka pada zamannya.

Kedua, di antara karya-karyanya. Syekh Nawawi dikenal sebagai penulis yang produktif. Ia menulis lebih dari 100 kitab dalam berbagai bidang, termasuk tafsir, hadis, fiqh, dan tasawuf. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Tafsir Marah Labid (Tafsir al-Munir), Nihayat al-Zain, dan Kasyifat al-Saja.

Ketiga, pengaruh di dunia Islam. Karya-karya Syekh Nawawi banyak dipelajari di berbagai pesantren di Indonesia dan negara-negara lain di dunia Islam. Beliau juga memiliki murid-murid yang kelak menjadi ulama besar, termasuk KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Keempat, kedudukan di Mekah. Karena kedalaman ilmu dan ketokohannya, Syekh Nawawi memperoleh posisi penting sebagai salah satu pengajar utama di Masjidil Haram, Mekah. Ia dihormati oleh banyak ulama dan murid dari berbagai negara.

Kelima, wafat dan warisan. Syekh Nawawi al Bantani wafat pada tahun 1897 di Mekah. Meskipun telah meninggal, warisan ilmunya terus hidup melalui karya-karyanya yang tetap menjadi rujukan utama dalam studi Islam.

Baca Juga:  Garuda Muda U-16 Pesta Gol Hancurkan Laos 6-1

Syekh Nawawi al Bantani adalah salah satu contoh ulama Nusantara yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam dan menjadi inspirasi bagi banyak generasi berikutnya.

Peran Syekh Nawawi di Indonesia

Syekh Nawawi al Bantani memiliki peran yang sangat signifikan dalam perkembangan keilmuan Islam di Indonesia. Beberapa peran pentingnya antara lain sebagai berikut.

Pertama, menyebarkan ilmu agama. Melalui karya-karyanya yang luas dan mendalam, Syekh Nawawi berkontribusi besar dalam penyebaran ilmu agama di Indonesia. Kitab-kitabnya digunakan sebagai bahan ajar utama di banyak pesantren, yang menjadi pusat pendidikan Islam tradisional di Indonesia.

Kedua, pengaruh di pesantren. Sebagai salah satu ulama yang karyanya banyak diajarkan di pesantren, Syekh Nawawi memainkan peran penting dalam membentuk kurikulum dan metode pengajaran di lembaga-lembaga ini. Pesantren-pesantren di seluruh Indonesia mengajarkan kitab-kitabnya, sehingga ajarannya menyebar luas di kalangan santri dan ulama lokal.

Ketiga, mentor bagi ulama lokal: Syekh Nawawi adalah guru dari beberapa ulama besar Indonesia, termasuk KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Melalui murid-muridnya, pengaruh Syekh Nawawi terus berlanjut dan berkembang dalam berbagai organisasi keagamaan dan sosial di Indonesia.

Keempat, kontribusi pada fikih dan tasawuf. Karya-karya Syekh Nawawi dalam bidang fikih dan tasawuf memberikan panduan yang jelas dan mendalam bagi umat Islam di Indonesia. Kitab-kitabnya, seperti Nihayat al-Zain dan Kasyifat al-Saja, menjadi rujukan penting dalam praktik keagamaan sehari-hari.

Kelima, pembentukan identitas keislaman Nusantara: Dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam ajarannya, Syekh Nawawi membantu membentuk identitas keislaman Nusantara yang khas. Ia mampu menyelaraskan tradisi Islam dengan budaya lokal, sehingga Islam dapat diterima dan dijalankan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Keenam, pengaruh sosial dan politik. Sebagai seorang ulama besar, Syekh Nawawi juga memberikan kontribusi dalam bidang sosial dan politik. Melalui ajarannya, ia mendorong umat Islam untuk menjalankan nilai-nilai keadilan, kesederhanaan, dan ketakwaan, yang turut membentuk tatanan sosial masyarakat Indonesia.

Ketujuh, pembaharuan dalam pendidikan Islam. Syekh Nawawi berperan dalam memperbaharui metode pengajaran dan memperkenalkan literatur Islam yang lebih luas. Ini membantu meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia dan memperkaya pengetahuan keagamaan di kalangan umat Islam.

Secara keseluruhan, peran Syekh Nawawi al Bantani sangat besar dalam pengembangan dan penyebaran ilmu agama di Indonesia. Pengaruhnya tidak hanya dirasakan pada zamannya, tetapi terus berlanjut hingga kini melalui karya-karya dan murid-muridnya yang melanjutkan tradisi keilmuan yang telah ia bangun.

Baca Juga:  Dana Pensiun Norwegia Hentikan Investasi Caterpillar

Karya Syekh Nawawi Al Bantani

Syekh Nawawi al Bantani adalah seorang ulama produktif yang menulis lebih dari 100 kitab dalam berbagai bidang ilmu agama, termasuk tafsir, hadis, fiqh, dan tasawuf. Beberapa karya beliau yang terkenal di Dunia Islam antara lain.

Pertama, Tafsir Marah Labid (Tafsir al-Munir). Merupakan salah satu tafsir Al-Quran yang sangat dihargai. Tafsir ini dikenal dengan penjelasannya yang mendalam dan komprehensif tentang ayat-ayat Al-Quran, menggunakan pendekatan yang sistematis dan rinci.

Kedua, Nihayat al-Zain. Sebuah kitab fiqh yang menjadi pegangan penting dalam mazhab Syafi’i. Kitab ini digunakan secara luas di pesantren-pesantren di Indonesia dan di negara-negara lain yang mengikuti mazhab Syafi’i.

Ketiga, Kasyifat al-Saja. Kitab ini berisi komentar dan penjelasan tentang kitab “Safinatun Najah”, sebuah kitab dasar dalam fikih Syafi’i. Kasyifat al-Saja menjadi salah satu rujukan penting bagi pelajar fiqh di dunia Islam.

Keempat, Salalim al-Fudhala’. Sebuah kitab yang membahas tentang ilmu balaghah (retorika) dalam bahasa Arab. Kitab ini menunjukkan keahlian Syekh Nawawi dalam bidang bahasa dan sastra Arab.

Kelima, Qami’ al-Tughyan. Sebuah karya dalam bidang tasawuf yang membahas tentang akhlak dan spiritualitas dalam Islam. Kitab ini menguraikan cara-cara untuk mencapai kedekatan dengan Allah melalui peningkatan akhlak dan ibadah.

Keenam, Tijan al-Durari. Kitab ini adalah komentar (syarah) terhadap kitab “Arba’in Nawawi” karya Imam Nawawi, yang merupakan kumpulan 40 hadis penting dalam Islam. Syekh Nawawi memberikan penjelasan yang mendalam tentang setiap hadis dalam kumpulan tersebut.

Keenam, Fath al-Majid. Kitab ini adalah syarah dari kitab “Fath al-Qarib”, sebuah kitab fiqh dasar dalam mazhab Syafi’i. Fath al-Majid menjadi referensi penting bagi pelajar fiqh yang ingin memahami lebih dalam tentang hukum-hukum Islam.

Ketujuh, Sulam al-Munajat. Kitab ini membahas tentang tasawuf dan jalan menuju pembersihan hati serta mendekatkan diri kepada Allah. Kitab ini sering menjadi bacaan bagi mereka yang mendalami ilmu tasawuf.

Karya-karya Syekh Nawawi al Bantani tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain di dunia Islam, terutama di kawasan yang mengikuti mazhab Syafi’i. Karya-karyanya memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan pendidikan agama.

Baca Juga:  Khutbah Jumat: Etika Perang Dalam Islam

Murid-murid Syekh Nawawi Al Bantani

Syekh Nawawi al Bantani memiliki banyak murid yang menjadi ulama terkenal dan berpengaruh, terutama di Indonesia. Beberapa murid Syekh Nawawi yang terkenal antara lain.

  1. Hasyim Asy’ari. KH. Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Beliau belajar langsung kepada Syekh Nawawi dan menjadi salah satu tokoh sentral dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari sangat dihormati dan dikenal sebagai seorang ulama besar yang memiliki kontribusi besar dalam dunia Islam.
  2. KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Meskipun tidak belajar secara langsung kepada Syekh Nawawi, ajaran dan pemikiran Syekh Nawawi berpengaruh besar terhadap perkembangan intelektual KH. Ahmad Dahlan.
  3. Syekh Mahfudz at-Tarmasi. Syekh Mahfudz at-Tarmasi adalah seorang ulama hadis terkenal dari Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Ia belajar kepada Syekh Nawawi dan kemudian menjadi salah satu ahli hadis terkemuka di dunia Islam, yang karyanya juga dipelajari secara luas.
  4. KH. Asnawi Kudus. KH. Asnawi Kudus adalah seorang ulama besar dari Kudus, Jawa Tengah. Ia juga belajar kepada Syekh Nawawi dan kemudian menjadi salah satu ulama terkemuka di Jawa Tengah.
  5. KH. Bisri Syansuri. KH. Bisri Syansuri adalah seorang ulama besar dan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama. Ia adalah menantu KH. Hasyim Asy’ari dan dikenal sebagai ulama yang sangat mendalam pengetahuannya tentang fiqh.
  6. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Meskipun tidak belajar langsung kepada Syekh Nawawi, Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama besar asal Minangkabau, Sumatera Barat, terpengaruh oleh pemikiran dan karya-karya Syekh Nawawi. Beliau menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram, Mekah, dan memiliki banyak murid yang kemudian menjadi ulama terkenal di Indonesia.

Murid-murid Syekh Nawawi al Bantani banyak yang menjadi tokoh-tokoh penting dalam perkembangan pendidikan dan dakwah Islam di Indonesia. Melalui murid-muridnya itulah, ajaran dan pengaruh Syekh Nawawi terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi umat Islam, terutama dalam bidang pendidikan dan keilmuan.[]

(Diolah dari berbagai sumber)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Widi Kusnadi