Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taat kepada Allah dan Rasul: Ujian Kepatuhan Sejati

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - Jumat, 14 Maret 2025 - 19:07 WIB

Jumat, 14 Maret 2025 - 19:07 WIB

25 Views

Ilustrasi

KETAATAN kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan inti dari keimanan seorang Muslim. Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Hujurat: 1). Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan adalah bentuk penghormatan dan kepatuhan kepada wahyu.

Ketaatan kepada Allah mencakup melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman,

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًۭا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Qs. Al-Ahzab: 36). Ini menunjukkan bahwa seorang Muslim harus tunduk sepenuhnya kepada keputusan Allah.

Baca Juga: Keistimewaan Puasa Enam Hari Bulan Syawal Seperti Berpuasa Setahun

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah yang membawa risalah Islam. Allah berfirman,

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًۭا

“Barang siapa yang menaati Rasul, maka sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (Qs. An-Nisa: 80). Oleh karena itu, segala bentuk ketaatan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Mendahului Allah dan Rasul berarti bertindak sebelum mendapatkan petunjuk syariat. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat pertama Surat Al-Hujurat melarang tindakan tergesa-gesa dalam berpendapat sebelum ada wahyu.

Allah Ta’ala  berfirman,

Baca Juga: Syawalan di Semarang, Potret Harmoni Budaya dan Peningkatan Ekonomi Rakyat

وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Qs. Shad: 26). Ulama menafsirkan ayat ini sebagai peringatan agar tidak menjadikan hawa nafsu sebagai pedoman dalam beragama.

Ketaatan yang Selektif: Ciri Kemunafikan

Orang munafik hanya menaati Allah ketika sesuai dengan kepentingan mereka. Allah berfirman

وَيَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالرَّسُوْلِ وَاَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلّٰى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَۗ وَمَا اُولٰۤىٕكَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan mereka berkata, ‘Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami menaati.’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling setelah itu, dan mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” (Qs. An-Nur: 47). Imam Al-Qurtubi menegaskan bahwa ketaatan sejati adalah mengikuti perintah tanpa syarat.

Baca Juga: Sungkeman, Tradisi Penuh Makna dalam Momen Idul Fitri

Para sahabat adalah contoh terbaik dalam ketaatan. Ketika perintah hijab turun, mereka langsung melaksanakannya tanpa menunda. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Maka para wanita Anshar segera mengambil kain mereka, lalu menutup wajah mereka dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beberapa perintah dalam Islam bersifat mutlak, seperti shalat, puasa, dan zakat. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، وَإِنْ أَمَرَكُمْ عَبْدٌ، حَسَكُهُ بَيْنَ كَتِفَيْهِ

“Dengar dan taatlah, meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa ketaatan tidak bergantung pada status sosial pemimpin, tetapi pada perintah Allah.

Ketaatan memiliki batas, yaitu tidak boleh bertentangan dengan syariat. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Kerasnya Hati Orang Yahudi

لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.” (HR. Ahmad). Oleh karena itu, ketaatan kepada manusia harus tetap dalam koridor ketaatan kepada Allah.

Banyak orang diuji dengan perintah Allah yang terasa berat, seperti jihad dan sedekah. Allah berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوامِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar?” (Qs. Ali ‘Imran: 142). Ayat ini mengajarkan bahwa ketaatan diuji dengan pengorbanan.

Allah menjanjikan balasan besar bagi yang menaati-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Wae Rebo: Desa di Atas Awan dengan Rumah Adat Unik

مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي دَخَلَ النَّارَ

“Barang siapa menaati aku, ia masuk surga. Dan barang siapa mendurhakaiku, ia masuk neraka.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Rasulullah adalah jalan keselamatan.

Pendidikan Islam menekankan pentingnya membiasakan ketaatan sejak kecil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud). Ini menegaskan bahwa ketaatan harus ditanamkan sejak dini.

Ketaatan bukan hanya sekali, tetapi harus dijaga secara istiqamah. Allah berfirman,

Baca Juga: 15 Tips Menjadi Ayah yang Baik: Panduan untuk Ayah Milenial

فَٱسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌۭ

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Qs. Hud: 112). Ulama menafsirkan ayat ini sebagai perintah untuk terus-menerus menaati Allah.

Sebaliknya, ketidaktaatan membawa kehancuran. Kaum terdahulu seperti Bani Israil dihancurkan karena tidak menaati perintah Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَىٰ أَنْبِيَائِهِمْ

“Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka.” (HR. Muslim). Ini mengingatkan agar kita tidak mengulangi kesalahan mereka.

Ketaatan kepada Allah dan Rasul adalah bukti keimanan sejati dan jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah berfirman,

Baca Juga: Ahlul Qur’an: Mencintai, Menghafal, dan Mengamalkan

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ وَحَسُنَ اُولٰۤىٕكَ رَفِيْقًا ٦٩

“Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah.” (Qs. An-Nisa: 69). Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan membawa kita dekat dengan para nabi dan orang-orang saleh.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Meniti Jalan Ahlul Qur’an: Menggapai Derajat Mulia

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Khadijah
Kolom
Kolom