Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tadabbur QS. Yunus Ayat 12, Menyikapi Ujian

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 30 Agustus 2024 - 05:52 WIB

Jumat, 30 Agustus 2024 - 05:52 WIB

58 Views

Dalam kehidupannya, manusia selalu mendapatkan ujian dari Allah. Ujian-ujian itu bisa berupa kesusahan dalam hidup seperti kurangnya harta benda, fisik yang sakit atau musibah yang datang silih berganti dan ujian-ujian lainnya.

Di antara manusia ada yang saat diuji itu, dia segera ingat Allah lalu memohon kepada Allah agar ujian-ujian berupa kepahitan hidup dan lainnya segera diangkat. Tapi setelah ujian-ujian itu diangkat oleh Allah, lalu dia lalai lagi dan berbuat dosa kembali.

Tafsir

Surah Yunus ayat 12 berbunyi,

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ ٱلضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوۡ قَاعِدًا أَوۡ قَآئِمٗا فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَن لَّمۡ يَدۡعُنَآ إِلَىٰ ضُرّٖ مَّسَّهُۥۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡمُسۡرِفِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri; tetapi setelah Kami menghilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12)

Ayat ini menggambarkan sifat manusia yang sering kali hanya ingat kepada Allah ketika dalam keadaan susah atau tertimpa musibah. Saat berada dalam kondisi sulit, mereka memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah, baik dalam keadaan berbaring, duduk, maupun berdiri.

Namun, setelah Allah menghilangkan kesulitan tersebut, mereka kembali lalai dan melupakan-Nya, seolah-olah mereka tidak pernah berdoa atau memohon pertolongan kepada Allah sebelumnya.

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Ayat ini juga mencerminkan bagaimana perilaku sebagian manusia yang tidak konsisten dalam ketaatan kepada Allah. Mereka hanya ingat kepada-Nya saat membutuhkan bantuan, namun setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka kembali kepada kebiasaan buruk dan melanggar perintah Allah.

Tadabbur

1. Kondisi Manusia yang Lemah. Ayat ini mengingatkan kita tentang kelemahan manusia. Saat kita berada dalam kesulitan, kita cenderung merasa tidak berdaya dan sangat membutuhkan pertolongan. Pada saat-saat seperti itu, kita lebih sering teringat kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam doa. Hal ini mengajarkan bahwa kita seharusnya selalu merasa dekat dengan Allah, bukan hanya saat kesulitan.

2. Ketaatan yang Tidak Konsisten. Setelah Allah memberikan pertolongan dan menghilangkan kesulitan, sebagian dari kita sering kali kembali lalai dan melupakan kebaikan Allah. Ini adalah peringatan agar kita tidak termasuk golongan orang yang hanya beribadah dan mengingat Allah ketika sedang membutuhkan sesuatu. Ketaatan kepada Allah haruslah konsisten, baik dalam keadaan senang maupun susah.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

3. Pentingnya Syukur. Ayat ini juga menekankan pentingnya bersyukur. Setelah Allah memberikan pertolongan, kita harus mengingat dan mensyukuri nikmat tersebut dengan meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Rasa syukur harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya di saat-saat tertentu.

4. Menghindari Sifat Musyrikin. Perilaku yang digambarkan dalam ayat ini juga mengingatkan kita untuk tidak mengikuti jejak orang-orang yang melampaui batas (musyrikin). Mereka hanya mengingat Allah saat kesulitan, tetapi segera melupakannya setelah kesulitan berlalu. Ini adalah sifat yang sangat tercela dan harus dihindari oleh setiap mukmin.

5. Kecintaan dan Ketergantungan kepada Allah. Ayat ini mengajarkan pentingnya menumbuhkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki berasal dari-Nya dan hanya Dia yang mampu memberikan pertolongan dalam segala keadaan.

Dengan merenungkan ayat ini, kita diingatkan untuk senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Ketaatan yang konsisten dan rasa syukur yang tulus adalah tanda keimanan yang sejati, dan itu harus menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari seorang mukmin.[]

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom