Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikat Pun Bershalawat kepada Nabi SAW

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 10 jam yang lalu

10 jam yang lalu

12 Views

Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah amalan mulia. Namun, sebagian orang mungkin belum mengerti keutamaan dan pahalanya sehingga mereka belum mengamalkannya. Padahal Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya yang suci saja bershalawat kepada Nabi. Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Surat Al-Ahzab ayat 56 berbunyi, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS Al-Ahzab: 56). Ayat ini menegaskan kemuliaan Rasulullah SAW, di mana Allah dan malaikat-Nya memuliakan dan memberikan shalawat kepada Nabi Muhammad. Perintah ini juga disampaikan kepada orang-orang beriman untuk mengikuti jejak tersebut, yaitu bershalawat dan mengucapkan salam.

Para ulama menjelaskan kata “shalawat” dari Allah berarti rahmat dan pujian untuk Rasulullah, sedangkan dari malaikat berarti permohonan ampunan. Dari manusia, shalawat berarti doa untuk kesejahteraan dan kemuliaan Nabi. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebut, shalawat Allah adalah bentuk tertinggi dari penghormatan kepada Rasulullah, menunjukkan status mulia beliau di sisi Allah SWT.

Salam kepada Nabi berarti memberikan penghormatan dengan doa agar beliau mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, dan kemuliaan di dunia dan akhirat. Ulama seperti Ibnu Katsir menafsirkan bahwa salam ini merupakan bagian dari ibadah, karena setiap kali umat mengucapkan salam kepada Nabi, itu akan dicatat sebagai kebaikan yang membawa pahala.

Baca Juga: Terapi Hutan Dalam Tinjauan Sains dan Islam

Dalam tadabbur ayat ini, penting untuk memahami, shalawat adalah bentuk cinta dan penghormatan tertinggi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Siapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408). Ini menunjukkan betapa besar pahala yang didapatkan oleh umat yang bershalawat kepada Rasulullah.

Banyak ulama menekankan pentingnya bershalawat dalam berbagai aspek ibadah. Menurut Imam Nawawi, shalawat harus menjadi bagian dari setiap doa, terutama dalam tasyahud akhir shalat. Tidak ada doa yang sempurna tanpa menyebut shalawat kepada Nabi, karena Rasulullah adalah perantara umat dengan Allah SWT, dan beliau memiliki derajat tertinggi dalam agama.

Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang ulama besar dalam syarah hadits, menyebutkan bahwa shalawat adalah bentuk zikir yang sangat utama, karena itu melibatkan cinta dan penghormatan kepada Rasulullah. Hal ini juga sejalan dengan perintah dalam ayat ini, di mana umat diminta untuk mengikuti perintah Allah dan malaikat dalam memuliakan Nabi.

Baca Juga: Shalat dan Transformasi Spiritual

Tafsir modern, seperti yang diuraikan oleh Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Qur’an, menjelaskan bahwa ayat ini hadir di tengah-tengah seruan untuk menjaga adab dan etika dalam berinteraksi dengan Nabi. Pada saat itu, sebagian masyarakat kurang memahami cara memuliakan beliau, sehingga ayat ini datang sebagai tuntunan agar umat menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Bershalawat tidak hanya bentuk penghormatan, tetapi juga membawa keberkahan bagi orang yang melakukannya. Dalam salah satu hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi). Ini menguatkan tadabbur bahwa shalawat merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah dan mendapatkan syafaat di hari kiamat.

Kapan Waktu Baca Shalawat yang Tepat

Waktu yang tepat untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam  mencakup beberapa momen istimewa berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, hadits, serta anjuran ulama. Berikut adalah waktu-waktu utama yang dianjurkan untuk membaca shalawat:

Baca Juga: Kesabaran dan Eksistensi Manusia

Pertama, Saat Tasyahud dalam Shalat. Dalam shalat, membaca shalawat kepada Nabi Muhammad adalah bagian wajib dalam tasyahud akhir. Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Bila kalian duduk dalam tasyahud, maka hendaklah kalian membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR Muslim). Hal ini menjadi syarat penting dalam menyempurnakan shalat.

Kedua, Setelah Mendengar Nama Nabi Disebut. Setiap kali nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam  disebut, umat Islam dianjurkan untuk langsung membaca shalawat. Nabi bersabda, “Orang yang kikir adalah orang yang ketika namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi). Hal ini menegaskan kewajiban mengucapkan shalawat setiap kali kita mendengar nama beliau.

Ketiga, Pada Hari Jumat. Hari Jumat merupakan waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak shalawat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (HR Abu Dawud). Oleh karena itu, memperbanyak shalawat pada hari ini sangat dianjurkan oleh para ulama.

Keempat, Setelah Adzan. Membaca shalawat setelah adzan merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Siapa yang membaca shalawat setelah mendengar adzan, maka ia akan mendapatkan syafaatku di hari kiamat.” (HR Muslim). Shalawat ini dibaca setelah kita selesai menjawab seruan adzan.

Baca Juga: Tujuh Perkara Penyebab Rusaknya Hati

Kelima, Ketika Berdoa. Sebelum dan sesudah berdoa, disunnahkan untuk membaca shalawat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Setiap doa terhalang (tidak terkabul) hingga dibacakan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR Thabrani). Shalawat dianggap sebagai penyempurna dan pembuka jalan bagi terkabulnya doa.

Keenam, Saat Membaca atau Mendengar Khutbah. Dalam khutbah Jumat atau khutbah lainnya, ketika nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam  disebut, jamaah dianjurkan untuk membaca shalawat dalam hati. Ini merupakan salah satu cara menunjukkan rasa hormat kepada Rasulullah serta mengikuti sunnah.

Ketujuh, Waktu Pagi dan Sore. Membaca shalawat secara rutin di pagi hari dan sore hari adalah salah satu amalan yang dianjurkan oleh banyak ulama. Membaca shalawat dalam zikir pagi dan petang tidak hanya mendatangkan keberkahan tetapi juga menjadi penenang hati dan penghapus dosa.

Kedelapan, Saat Memulai Majelis. Sebelum memulai majelis atau pertemuan, sangat dianjurkan untuk membaca shalawat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majelis tanpa berdzikir kepada Allah dan tanpa bershalawat kepada Nabi, melainkan majelis itu menjadi penyesalan bagi mereka di hari kiamat.” (HR Tirmidzi).

Baca Juga: Kepastian Kehancuran Negara Zionis Israel

Kesembilan, Setiap Saat dalam Kehidupan Sehari-hari. Selain waktu-waktu khusus, umat Islam dianjurkan memperbanyak shalawat kapan pun. Ulama menyatakan bahwa bershalawat kapan saja adalah perbuatan yang sangat dianjurkan, terutama sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  . Shalawat yang dilakukan di setiap kesempatan menjadi penghubung yang kuat antara umat dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dengan memperbanyak shalawat di waktu-waktu tersebut, umat Islam diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  dan mendapatkan syafaat beliau di akhirat. Yuk istiqamah baca shalawat.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Maulid Nabi dalam Perspektif Rumi dan Interaksionisme Simbolik

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur
Khadijah
MINA Health