Surah Al-Baqarah merupakan surah kedua dalam Al-Qur’an. Ia memiliki banyak pelajaran dan hikmah yang dapat diambil oleh umat Islam. Salah satu ayat yang menarik untuk ditadabburi adalah QS Al-Baqarah: 168,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُواتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Dalam terjemahannya, Allah memerintahkan agar manusia hanya mengonsumsi makanan yang halal dan baik, serta menjauhkan diri dari pengaruh setan.
Tentang efek positif makanan halal ini, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shah, F., & Khan, M. (2018), ditemukan bahwa makan makanan halal secara signifikan dapat mengurangi risiko penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi. Penelitian ini menunjukkan bahwa makanan halal tidak hanya memenuhi syarat hukum, tetapi juga cenderung lebih sehat dan lebih bergizi dibandingkan makanan yang tidak halal.
Peneliti itu mencatat bahwa peserta yang mengonsumsi makanan halal mengalami penurunan kadar kolesterol dan peningkatan kesehatan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak mematuhi pedoman halal.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Halal dan Thayyib
Para ulama menjelaskan bahwa makanan yang halal harus memenuhi syarat-syarat tertentu, baik dari segi sumber maupun proses pengolahannya. Selain itu, kata “thayyib” menekankan bahwa makanan tersebut harus baik dan berkualitas. Ibn Kathir dalam tafsirnya menyatakan bahwa “thayyib” mencakup hal-hal yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh.
Allah juga memperingatkan agar kita tidak mengikuti langkah-langkah setan. Dalam konteks ini, setan dapat diartikan sebagai segala bentuk godaan yang menjauhkan manusia dari kebaikan. Dalam pandangan Al-Qur’an, setan selalu berusaha menjerumuskan manusia untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Tafsir Al-Muyassar menjelaskan bahwa sikap yang harus diambil oleh umat Islam adalah menjaga diri dari makanan yang merugikan baik secara fisik maupun spiritual. Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan yang halal dan baik merupakan bagian dari ibadah dan penghambaan kepada Allah.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Sementara itu, panggilan “Hai sekalian manusia” menunjukkan inklusivitas (melibatkan semua orang) dari ajaran Islam. Ini menandakan bahwa Allah menghendaki semua manusia, tanpa memandang latar belakang atau keyakinan, untuk memahami dan mengikuti perintah ini.
Para ahli tafsir sepakat bahwa tindakan makan juga merupakan bagian dari ibadah. Dalam konteks ini, jika seseorang mengonsumsi makanan yang halal dan baik, maka ia telah beribadah kepada Allah. Ini sejalan dengan pandangan Imam Al-Ghazali yang menekankan pentingnya niat dalam setiap tindakan, termasuk makan.
Etika Konsumsi
Tafsir Asbabun Nuzul menunjukkan bahwa ayat ini juga mengandung etika dalam konsumsi. Manusia tidak hanya diperintahkan untuk memilih makanan, tetapi juga untuk menyadari dampak dari pilihan tersebut. Ini mencakup sikap syukur dan kesadaran akan nikmat yang diberikan oleh Allah.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Dari perspektif sosial dan ekonomi, makanan yang halal dan baik juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Menurut Ibn Ashur, makanan yang baik dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental individu, yang pada gilirannya berkontribusi pada produktivitas masyarakat.
Dalam sebuah penelitian Tzeng, Y. (2020) melakukan studi tentang hubungan antara diet halal dan kesehatan mental. Penelitian ini menemukan bahwa konsumsi makanan yang sesuai dengan prinsip halal dan thayyib dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental. Makanan yang halal dan berkualitas baik berpotensi meningkatkan mood dan mengurangi stress
Hasil penelitaian itu menunjukkan bahwa individu yang menerapkan pola makan halal melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah, berkat kualitas gizi yang lebih baik dan kesadaran spiritual yang lebih tinggi dalam memilih makanan.
Tidak hanya itu, Omar, R., & Ali, A. (2019) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh makanan halal terhadap kualitas hidup individu. Mereka menemukan bahwa makanan yang halal dan thayyib meningkatkan kualitas hidup, baik fisik maupun psikologis, karena mendukung pola makan yang lebih sehat dan mengurangi risiko penyakit. Penelitian ini menunjukkan bahwa peserta yang rutin mengkonsumsi makanan halal melaporkan peningkatan tingkat energi, kebugaran fisik, dan kepuasan hidup yang lebih tinggi.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan QS Al-Baqarah: 168 mengandung pelajaran yang mendalam mengenai pentingnya menjaga diri dari makanan yang haram dan mengutamakan yang halal dan baik. Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjauhi godaan setan yang dapat menjerumuskan ke dalam keburukan. Dengan memahami dan menerapkan ajaran ini, setiap Muslim dapat hidup dengan lebih sehat, baik, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)