Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahanan Palestina Abu Moussa Pulang, tapi Gaza telah Hancur dan Keluarganya telah Gugur

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 53 detik yang lalu

53 detik yang lalu

0 Views

Rombongan tahanan Palestina luapkan kegembiraannya saat dibawa menuju kebebasan, Senin, 13 Oktober 2025. (Gambar: dok. QNN)

Di tengah kegembiraannya saat dibebaskan setelah 20 bulan menderita di penjara Israel, Mohammed Abu Moussa menyadari ada sesuatu yang salah.

Turun dari bus yang membawanya bersama tahanan Palestina lainnya yang dibebaskan ke Gaza pekan lalu, teknisi medis berusia 45 tahun ini dipertemukan kembali dengan istri dan dua anaknya yang masih kecil. Namun ketika ia bertanya tentang ibunya, saudara laki-lakinya, sang istri tidak mau menatap matanya.

Akhirnya mereka mendudukkan Abu Moussa dan memberi tahunya: Ibunya, adik perempuannya, Aya, anak-anak Aya, serta bibi dan pamannya, semuanya syahid akibat serangan udara Israel yang menghantam tempat perlindungan mereka di Gaza tengah pada bulan Juli.

Lebih dari 1.800 warga Palestina yang ditawan dari Gaza oleh pasukan Israel selama perang dua tahun dibebaskan pekan ini, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang memungkinkan Hamas membebaskan para sandera terakhir yang masih hidup.

Baca Juga: Muka Tembok: Netanyahu dan Ambisi di Atas Darah

Israel juga membebaskan sekitar 250 tahanan Palestina yang dihukum selama beberapa dekade terakhir, yang sebagian besar kembali ke Tepi Barat yang diduduki atau diasingkan ke luar negeri, meskipun sebagian dikirim ke Gaza.

Mereka yang dibebaskan kembali ke Gaza dikejutkan oleh kenyataan. Tanah air mereka telah dihancurkan dan keluarga mereka hancur akibat pengeboman dan serangan Israel selama mereka dikurung, dengan sedikit berita tentang perang tersebut.

Mengenang kepulangannya, Abou Moussa dilanda kesedihan, bahkan sebelum para tahanan yang dibebaskan turun dari bus pada Senin, 13 Oktober. Beberapa berteriak dari jendela bus kepada orang-orang yang mereka kenal di kerumunan yang bersorak menyambut mereka dan bertanya tentang saudara laki-laki, ibu, dan ayah mereka.

Seringkali jawaban mereka singkat, “Semoga Tuhan mengistirahatkan jiwa mereka.”

Baca Juga: [POPULER MINA] Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza dan Pertukaran Tahanan

Awal perpisahan

Abu Moussa menderita kehilangan pertamanya segera setelah Israel melancarkan operasi yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas, setelah serangan besar kelompok perlawanan pada 7 Oktober 2023 di Israel.

Delapan hari kemudian, sebuah serangan udara menghantam rumah keluarganya di kota Khan Younis di Gaza Selatan, saat ia bertugas di Rumah Sakit Nasser, tempat ia bekerja sebagai teknisi radiologi.

Video yang beredar daring saat itu menunjukkan ia dan istrinya, Rawan Salha, bergegas di sekitar rumah sakit untuk mencari putra mereka, Youssef, di antara para korban.

Baca Juga: Taaruf Dunia Konstruksi: Hikmah Robohnya Mushala Pesantren Al Khozini

“Dia berusia 7 tahun, berambut keriting, berkulit putih, dan tampan,” kata Salha.

Anak laki-laki itu kemudian dibawa ke rumah sakit dalam keadaan meninggal. Istri salah satu saudara laki-laki Abu Moussa dan dua anaknya juga syahid dalam serangan itu.

Beberapa bulan berikutnya, Abu Moussa terus bekerja di saat korban luka berdatangan ke rumah sakit, tempat Salha dan dua anaknya yang selamat juga berlindung bersama ratusan orang lainnya yang terusir dari rumah mereka.

Pada Februari 2024, pasukan Israel mengepung rumah sakit tersebut, bersiap untuk menyerbu fasilitas tersebut untuk mencari tersangka pejuang. Mereka menuntut semua orang untuk pergi kecuali staf dan pasien yang terlalu kritis untuk dipindahkan.

Baca Juga: Dari Polemik Trans7 Menuju Etika Media yang Beradab

Namun, Salha menolak untuk pergi tanpa Abu Moussa. Maka mereka pun berangkat berjalan-jalan bersama anak-anaknya. Di pos pemeriksaan militer Israel di dekatnya, Abu Moussa dipanggil bersama yang lain untuk diinterogasi di stadion terdekat.

Itulah awal perpisahannya yang panjang dengan keluarganya. []

Sumber: Arab News

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Trans7 Tidak Memahami Esensi Mulianya Tradisi Takzim kepada Guru di Pesantren

Rekomendasi untuk Anda