Tahanan Palestina, Siapa Peduli? (Oleh : Nur Ikhwan Abadi)

Aksi solidaratas terhadap tahanan , peserta aksi minum air dan garam. Foto : MINA

Oleh : Nur Ikhwan Abadi

Ketika menunaikan amanah di selama beberapa tahun, sering muncul rasa rindu akan keluarga dan kampung halaman. Seringkali rasa rindu itu tak tertahankan hingga kadang airmata bercucuran tatkala rasa itu datang. Teman-teman di Gaza sering menghibur dengan datang bersilaturahim dan bercerita tentang perjuangan mereka menjaga tanah waqaf muslimin ini. Seketika, semangat muncul lagi, dan tersadar ternyata perjuangan masih panjang dan perlu banyak pengorbanan.

Dari sekian banyak nasihat yang saya dengar, ada satu nasehat yang cukup membuat diri ini malu dan tersadar bahwa apa yang sudah dilakukan ternyata belum seberapa. “Akhi, kalian datang ke Gaza meninggalkan keluarga, mungkin setahun, dua tahun, atau berapa tahun, dan kalian pasti akan kembali kepada keluarga kalian. Tapi coba bayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang ada di penjara Israel, mereka dihukum bertahun-tahun tanpa ada kepastian dan tidak pernah tahu kapan mereka akan dibebaskan. Bahkan ada yang sudah puluhan tahun dan tidak pernah sekalipun bertemu dengan anak dan keluarga”.

Yaa Allah, saya hanya bisa diam, meresapi nasehat yang cukup dalam dan tak terasa airmata mengalir tanpa bisa terbendung. Dia benar. Terasa kecil diri ini jika dibandingkan dengan perjuangan mereka, , yang kebanyakan adalah para pejuang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara bertahun tahun, tanpa kepastian kapan akan dikeluarkan dan kembali kepada keluarganya.

Masalah tahanan ini merupakan salah satu dari masalah-masalah besar yang dihadapi rakyat Palestina. Kondisi mereka sangat memprihatinkan, setidaknya ada 6.000 tahanan, di antaranya 200 adalah muslimah dan anak-anak tersebar di penjara-penjara penjajah Israel. Mereka berada di penjara selama bertahun-tahun tanpa pernah ada kepastian hukum, tanpa pengadilan dan hanya dijebloskan ke dalam penjara tanpa pernah tahu kesalahan apa yang telah mereka perbuat.

Jika orang tersebut dianggap sangat berbahaya, maka zionist Israel akan menempatkan mereka di tempat terpisah atau diisolasi di sebuah ruangan gelap berukuran 1 x 1 meter persegi, hingga untuk tidur pun tidak bisa dan selama berbulan-bulan tidak terkena cahaya matahari.

Itu belum seberapa, ada yang sangat tidak manusiawi, tahanan ditempatkan di sebuah ruangan yang lebih mirip toilet hingga untuk sujud pun tidak bisa karena ruangan yang penuh dengan kotoran. Baru-baru ini dialami oleh seorang murabithoh atau Muslimah penjaga Masjid Al Aqsa, Khadijah Khuasi.

Ketika ditangkap oleh Zionist Israel, Khadijah dimasukkan kedalam penjara, hijab yang sejak beliau baligh selalu menutupi tubuhnya, tidak pernah terlihat auratnya kecuali kepada mahromnya dilepas secara paksa oleh zionist untuk kemudian dijebloskan kedalam penjara yang lebih mirip toilet tak terurus hingga harus shalat dalam keadaan berdiri tanpa hijab. (cerita lengkapnya akan kami kisahkan terpisah)

Di  penjara tersebut dia berteriak “ di mana Mu’tasim, di mana Shalahuddin?” benar, di mana Mu’tasimbillah yang ketika seorang muslimah dihinakan oleh kafir di Eropa, dia kerahkan seluruh pasukan yang panjang barisannya dari Syiria hingga ke Iraq untuk membela kehormatan muslimah tersebut.

Tapi saat ini, di era ini, di mana Mu’tasim, di mana Shalahuddin? Ribuan muslimah Palestina dihinakan tanpa ada pembelaan terhadap mereka. Mereka dijebloskan ke dalam penjara untuk kemudian dihinakan dan kita hanya bisa diam.

Itu secuplik kisah nyata tentang perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Tentu masih banyak cerita cerita yang belum terungkap bagaimana mereka diperlakukan oleh para penjajah bumi di mana Masjid Al Aqsa berada.

Banyak usaha-usaha yang coba dilakukan oleh rakyat Palestina agar tahanan tersebut bisa bebas atau setidaknya mendapatkan hak mereka sebagai manusia. Namun usaha tersebut nampaknya belum banyak berhasil dan hingga kini masih ribuan tahanan Palestina mendekam di penjara-penjara Israel.

Mereka melakukan seminar-seminar, pameran foto kekejaman Israel terhadap tawanan, mereka berteriak kepada dunia dan meminta para pengacara kaum muslimin untuk membela hak – hak para tahanan, bahkan yang sering kita dengar para pejuang yang ditahan tersebut melakukan aksi mogok makan selama ratusan hari hingga kurus kering sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan yang mereka terima.

Lantas di mana peran kaum muslimin, di mana kita bisa ambil peran untuk membantu mereka, sementara para tahanan ini setiap hari menerima siksaan baik fisik maupun psikis demi membela kiblat pertama kaum muslimin.

Menurut warga Palestina setidaknya ada tiga cara untuk membebaskan mereka :

  1. Menebus mereka dengan amwal muslimin (uang dari kaum muslimin) dan cara ini nampaknya tidak akan berhasil sepenuhnya, karena Israel tidak sepenuhnya akan membebaskan para tawanan demi uang.
  2. Perang habis-habisan dengan Israel, cara ini adalah cara terakhir tatkala kondisi muslimin memang benar-benar sudah kuat, namun melihat kondisi sekarang nampaknya belum bisa dilakukan.
  3. Menculik tentara Israel kemudian menukarnya dengan para tawanan. Cara ini lah yang paling ampuh untuk saat ini, karena telah terbukti berhasil di mana seorang tentara Israel bernama Gilath Salith berhasil diculik hidup-hidup oleh pejuang Gaza dan pada 2011 yang lalu ditukar dengan seribu lebih tahanan Palestina.

Sejak perang 2014 hingga kini setidaknya ada 4 tentara Israel yang berhasil ditawan hidup-hidup oleh pejuang Gaza dan diharapkan bisa ditukar dengan ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Kita berharap setidaknya ada perhatian dari muslimin di seluruh dunia untuk membantu tahanan ini. Mereka lah para pejuang terdepan yang dengan sabar menjaga tanah waqaf Muslimin dan dengan rela mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka. Mereka menunggu bantuan kita, menunggu sampai datang pada mujahid-mujahid yang akan memebaskan mereka, membebaskan Palestina dan Masjid Al Aqsa.

Namun sampai kapan mereka menunggu? Akankah kita terus berpangku tangan hingga Allah turunkan orang-orang yang memang pantas dan kita tergantikan untuk menjadi pembela Masjid Al Aqsa? Mari terus berbuat untuk memantaskan diri menjadi mujahid pembela Al Aqsa. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Al Aqsa Haqquna!!! (KD/P1)

Wartawan: Abu Al Ghazi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.