Oleh Halimah, S.Sos.I, guru MTs Al-Fatah Cileungsi Bogor
Setiap bulan Juni dan Juli menjelang tahun ajaran baru bagi para siswa selalu membuat orang tua, terlebih para emak se-nusantara pusing tujuh keliling. Persiapan emak-emak untuk memenuhi kebutuhan putra-putrinya yang akan masuk sekolah semakin meningkat.
Tingginya biaya pendidikan yang setiap tahunnya menyebabkan pemikiran tersendiri bagi orang tua siswa. Pasalnya, biaya pendidikan naik, tetapi penghasilan mereka stagnan. Mereka harus memutar otak bagaimana agar semuanya bisa berjalan di tengah keterbatasan.
Biaya pendidikan di Indonesia memang tidak lagi bisa dibilang murah. Bahkan dari tahun ke tahun ada kenaikan biaya pendidikan, apalagi kalau sudah masuk perguruan tinggi. Baik kampus negeri maupun swasta, sama sama memusingkan kepala.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, kenaikan rata-rata biaya pendidikan di Indonesia sebesar 10%-15% per tahun. Sementara pendapatan kepala keluarga cenderung stagnan, bahkan menurun karena dampak PHK massal terjadi di beberapa perusahaan.
Oleh sebab itu, merencanakan biaya pendidikan jauh-jauh hari itu penting. Tapi hal ini juga tak mudah, dibutuhkan persiapan yang matang dan konsisten untuk menabung. Selain itu, biaya pendidikan pastinya akan semakin besar apabila orang tua memiliki lebih dari satu anak.
Namun meskipun memikirkan biaya pendidikan yang semakin mahal hingga membuat para orang tua pusing, mereka tetap harus semangat melakukan yang terbaik untuk putra-putrinya dengan pandai-pandai mengatur keuangan agar mampu membiayai pendidikan mereka.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mencari sekolah yang biayanya sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga. Jangan sampai masuk ke sekolah yang berbiaya tinggi, sehingga membuat keuangan jadi terbebani.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Hal ini akan sangat membantu orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan yang sesuai dengan biaya sekolah yang diinginkan. Karena biaya pendidikan tidak hanya sekadar SPP saja, tetapi juga buku, seragam, alat tulis, dan kebutuhan lainnya.
Mendidik Anak Mengatur Keuangan
Penting untuk berkomunikasi dan terbuka dengan pasangan dalam membahas keuangan, terutama biaya pendidikan anak. Libatkan juga anak dalam masalah keuangan. Maksudnya adalah dengan mengajak anak untuk berlatih berpikir sehingga mereka bisa membedakan kebutuhan dan keinginan.
Jika anak paham dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan dan menyusun kebutuhan prioritas, maka hal itu akan membantu meringankan beban keuangan keluarga.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Jika anak sudah bisa diajak berpikir, ajarkan juga kepada anak berhemat dan menabung agar mereka menghayati bahwa sesuatu itu didapatkan bukan dengan instan, tetapi lewat perjuangan, sampai bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
Saat memasuki usia tamyiz, anak mulai diperkenalkan dengan akad-akad finansial, seperti jual-beli, utang-piutang, upah-mengupah, beserta konsekuensi dan hukum-hukumnya. Lakukan ini secara bertahap sampai anak mampu memahami dengan baik.
Beri anak kesempatan dan kepercayaan untuk mengelola uangnya sendiri secara bertahap sesuai umur dan kemampuannya. Buat evaluasi pengelolaan yang anak lakukan dan berikan saran-saran terhadap hal yang perlu diperbaiki dan diprioritaskan.
Bila anak sudah masuk usia balig, sekitar SMP, berikan uang saku pekanan untuk ia kelola. Jangan menambahnya kecuali ada kepentingan mendesak. Bila ia sudah mampu mengelola, tingkatkan menjadi uang saku bulanan. Jumlahnya sesuaikan dengan kebutuhan anak dan kemampuan orang tua. Bisa dilebihkan sedikit bila anak memiliki kebutuhan yang harus ia peroleh dengan menabung.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Ajarkan juga pada anak, dalam hal pengelolaan harta dibolehkan untuk melakukan jual-beli, pinjam-meminjam, memberikan kepada orang lain, dan sebagainya. Namun, ada beberapa bentuk pengelolaan harta yang dilarang seperti riba, gharar, dan lainnya. Ini perlu dipahami oleh anak dengan tahapan yang tepat.
Dalam setiap anggota keluarga, tanamkan kebiasaan bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat belum terpenuhi keinginannya. Ingatkan anak agar menyisihkan sebagian hartanya untuk bersedekah dan membantu orang lain yang membutuhkan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa