Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,
سَيَأتِي عَلَى النَّاس سَنَوَات خَدَّاعَات، يُصَدَّق فِيهَا الكَاذِب ويُكَذَّب فِيهَا الصَّادِق، ويُؤْتَمَن فِيهَا الخَائِن ويُخَوَّن فِيهَا الأَمِين، ويَنْطِق فِيهَا الرُّوَيْبِضَة، قِيْلَ: ومَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: الرَّجُل التَّافِه في أمْر العَامَّة
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati.” (HR. Al Hakim)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Paling tidak, hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di atas memberikan gambaran yang jelas kepada manusia bahwa suatu ketika akan datang sebuah masa dimana manusia akan dihadapkan pada tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya.
Adapun yang dimaksud dengan tahun-tahun yang penuh tipu daya itu mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendusta menjadi orang yang dipercaya. Jika mau jujur melihat kondisi jaman, maka hari ini kita bisa saksikan betapa banyak orang-orang yang sesungguhnya para pecundang dan pendusta justeru malah dipercaya untuk menjadi pemimpin.
Padahal, para pendusta adalah manusia yang disebut oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai orang munafik. Disebutkan dalam hadits:
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ud ra, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’”
Hadits di atas diriwayatkan oleh Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386); Muslim (no. 2607 (105)); Abu Dawud (no. 4989); At-Tirmidzi (no. 1971); Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (VIII/424-425, no. 25991); Ibnu Hibban (no. 272-273-at-Ta’lîqâtul Hisân); Al-Baihaqi (X/196); Al-Baghawi (no. 3574); At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
Kedua, orang-orang yang jujur dan lurus dalam agamanya, baik akhlaknya justeru malah didustakan. Saat manusia berlari dan berpaling dari Allah SWT, maka ia akan melihat sebuah keburukan seperti kebaikan. Sebaliknya sebuah kebaikan dianggap hal yang buruk. Bahkan dalam masalah memilih pemimpin pun orang munafik dan kafir ia anggap boleh dipilih selama ia tidak menyerang umat Islam. Mereka mendustakan orang yang jujur untuk menjadi pemimpin dengan memilih orang-orang kafir sebagai pemimpinnya.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Ketiga, pengkhianat diberi amanah. Dalam sebuah perjuangan, apa pun itu bentuk dan namanya, pasti akan hancur berantakan jika para pengkhianat yang ada di dalamnya tidak segera diamputasi. Pengkhianat ibarat benalu yang akan membunuh akar inangnya atau seperti api yang melahap sekam. Inilah mengapa Nabi SAW mengatakan jika pengkhianat justeru malah dipercaya dan diberi amanah, maka itulah tahun-tahun yang penuh tipu daya.
Keempat, orang amanah dikhianati. Lihatlah hari ini, betapa banyak orang-orang amanah yang justeru malah dikhianati hanya demi mengais sesuap nasi. Lihatlah hari ini, betapa banyak para ulama dan pemimpin umat yang justeru dikhianati. Ulama adalah pewaris para nabi sebagai mana sabda Nabi SAW, “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda ra), tapi jika para ulama saja sudah dikhianati lalu bagaimana dengan para pemimpin yang lain?
Jika ulama sudah banyak yang direndahkan, itu artinya tanda-tanda kiamat sudah dekat. Rasulullah SAW bersabda, di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)
Sejatinya, sebagai Muslim kita harus senantiasa mewaspadi jika tahun-tahun penuh dengan tipu daya itu datang. Atau jangan-jangan tahun-tahun penuh tipu daya itu justeru hari ini sedang terjadi dan tengah kita rasakan? Wallahua’lam.(RS3/B05)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)