DI JANTUNG kota Agra, India, berdiri sebuah monumen megah yang tak pernah lekang oleh waktu: Taj Mahal. Bangunan bercorak marmer putih ini bukan hanya mahakarya arsitektur, tetapi juga simbol cinta abadi yang telah menarik jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Setiap sudutnya memancarkan keindahan yang sulit diungkapkan kata-kata, seakan-akan mengundang siapa saja untuk menyelami kisah cinta di balik kemegahannya.
Taj Mahal dibangun oleh Kaisar Mughal, Shah Jahan, pada abad ke-17 sebagai bentuk cinta dan penghormatan terakhir kepada istrinya, Mumtaz Mahal. Wanita yang begitu dicintainya itu wafat saat melahirkan anak ke-14 mereka. Kesedihan mendalam mendorong sang kaisar untuk menciptakan sebuah makam yang kelak dikenang sebagai “puisi cinta yang terukir dalam batu.”
Ketika matahari pagi menyinari permukaan marmer putihnya, Taj Mahal tampak berkilau seperti permata yang diselimuti cahaya emas. Namun, saat senja tiba, bangunan ini bertransformasi menjadi siluet romantis dengan cahaya jingga keemasan yang memantul di Sungai Yamuna. Keajaiban permainan cahaya inilah yang membuat Taj Mahal tampak hidup, seakan menyesuaikan diri dengan suasana hati pengunjungnya.
Tak hanya eksteriornya yang memesona, bagian dalam Taj Mahal menyimpan keheningan yang menggetarkan jiwa. Di pusat bangunan, terletak makam Mumtaz Mahal dan Shah Jahan, berdampingan dalam keabadian. Meski yang terlihat hanyalah cenotaph (makam simbolis), jasad mereka sebenarnya disemayamkan di ruang bawah tanah. Setiap langkah di dalamnya seolah membawa kita menelusuri lorong waktu, kembali pada kisah cinta yang menembus batas kehidupan.
Baca Juga: 39,2 Ton Harapan dari Langit: Kisah Misi Satgas Garuda Merah Putih II untuk Gaza
Arsitektur Taj Mahal adalah perpaduan sempurna antara gaya Islam, Persia, India, dan Turki. Kubah raksasa setinggi 73 meter menjulang anggun, sementara empat menara simetris mengelilinginya, seakan menjadi penjaga cinta yang tak tergoyahkan. Dinding marmernya dihiasi kaligrafi indah ayat-ayat Al-Qur’an, sementara ukiran bunga dan batu mulia menambah pesona tak tertandingi.
Namun, Taj Mahal bukan sekadar bangunan mati. Ia adalah saksi bisu berbagai kisah: mulai dari perjalanan para seniman, arsitek, hingga ribuan pekerja yang mencurahkan tenaga dan jiwa mereka selama lebih dari dua dekade. Konon, butuh waktu 22 tahun dan lebih dari 20 ribu pekerja untuk menyelesaikan monumen megah ini. Sebuah pengorbanan besar untuk sebuah cinta yang tak terukur.
Bagi para pelancong, Taj Mahal bukan hanya destinasi wisata, melainkan pengalaman spiritual. Banyak yang merasakan getaran emosional saat berdiri di hadapan bangunan ini—seakan cinta Shah Jahan kepada Mumtaz menembus dimensi, menjangkau hati siapa saja yang melihatnya. Tak heran, UNESCO menobatkannya sebagai salah satu Warisan Dunia yang harus dijaga keabadiannya.
Selain menyajikan pesona sejarah dan arsitektur, kawasan Taj Mahal juga dikelilingi taman indah yang disebut Charbagh. Taman bergaya Persia ini dibagi menjadi empat bagian simetris dengan kanal yang mencerminkan bayangan bangunan. Berjalan di antara hijaunya pepohonan, suara gemericik air, dan semerbak bunga, pengunjung akan merasakan ketenangan yang menyatu dengan aura cinta abadi.
Baca Juga: Dari Kijang Inova hingga Kopi yang Mengubah Hidup
Taj Mahal juga menjadi saksi bisu perjalanan cinta yang datang dari berbagai belahan dunia. Pasangan muda, peziarah, hingga wisatawan tunggal, semua datang dengan alasan yang sama: menyentuh keabadian. Setiap sudutnya menjadi tempat favorit untuk berfoto, namun jauh lebih dari itu, banyak yang pulang dengan hati penuh rasa syukur dan kagum atas keagungan cinta manusia yang terpatri dalam sejarah.
Mengunjungi Taj Mahal bukan sekadar menambah daftar destinasi wisata, melainkan menyelami kisah cinta yang abadi. Ia mengajarkan bahwa cinta sejati melampaui usia, bahkan melampaui kematian. Maka, siapa pun yang melangkah ke sana akan pulang dengan sebuah kesadaran: bahwa cinta, jika benar adanya, bisa mengukir jejak yang tak pernah hilang. Dan Taj Mahal adalah bukti paling indah dari itu semua.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Santri AGA Nurul Bayan Kibarkan Merah Putih dan Palestina di Puncak Cakra