Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taklim Pusat, GAM, HP Nokia dan Ajudan Jenderal AH Nasution

Redaksi Editor : Arif R - 3 jam yang lalu

3 jam yang lalu

19 Views

Rustam Efendi Hasibuan

TAKLIM Pusat tahun 2012 merupakan peristiwa yang berkesan saat mana Saya bersama allahuyarham Irfansyah Daulay diamanati mendampingi Ustad Zulfikar Hajar pulang terlebih dahulu ke Medan setelah mengikuti rangkaian kegiatan ta’lim , di Cileungsi.

Ustad Zulfikar Hajar seorang tokoh ulama di Medan, Ia bersama seorang sahabatnya ikut memenuhi undangan acara Ta’lim Pusat. Dalam perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta, beliau izin kepada sopir yang mengantar kami untuk mampir di Jakarta di sekitaran jalan Cendana, ”Mau ke tempat Abang,” katanya.

Sesampainya di rumah yang beliau sebut Abang, mulai obrolan ringan dari urusan polisi bersih dan polisi kotor sampai politik dan lain-lain. Cerita tentang perwira tinggi polisi bersih, memancing Saya bercerita tentang komplik di Aceh. Saya cerita saat TNI gabungan Kostrad Kopasus masuk ke Simpang Jernih, Aceh Timur. Curiga dengan kami guru-guru di SDN Simpang Jernih, karena semua guru bukan orang Aceh asli, Saya suku Batak, sementara tiga orang yang lain dari Jawa. Mereka curiga kami masih bertahan di daerah komplik yang dikuasai GAM.

Untuk menghilangkan kecurigaan, sengaja Kami mengundang Dantonnya makan siang ke komplek sekolah, saat makan tersebut kami ceritakan bahwa GAM juga pernah minta jamuan makan siang namun beda dengan Danton kami yang undang.

Baca Juga: Dapur Nenek Saya “Ibu Ani” Tempat Masak Taklim Pusat

Seorang teman bertanya. “Dan sekiranya saat kami makan bareng GAM tempo hari, pasukan TNI datang apakah kami ditangkap juga, sambil agak tersenyum beliau menjawab, ya!” katanya sambil terus menyuapkan nasi, kemudian Dia berkata, “Seandainya Saya dalam posisi guru, Saya juga akan kasih makan GAM apalagi mereka minta, pak guru,” katanya.

Cerita Saya tersebut membuat komandan terpancing bercerita bahwa dia masih hidup sampai saat ini karena disiplin. Kami semua terdiam. Komandan itu melanjutkan cerita, bahwa saat peristiwa G30 SPKI tahun 65, Dia adalah ajudan Abdul Haris Nasution.  Ia bercerita, saat menjelang shubuh terdengar tembakan,  Piere Tendean langsung keluar melihat kondisi. Tendean dibawa oleh Cakrabirawa. Sementara Saya, katanya,  punya prinsip tidak keluar kalau masih pakai piyama. Saat itu dia selesai ganti pakaian menuju pintu seketika itu pula kakak Ade Irma lari bersembunyi di paviliun kami, “Saya tidak jadi keluar untuk melindungi si kakak,” kenang Komandan.

Setelah terdengar suara pluit pasukan pergi, Dia keluar melihat kondisi yang kacau, Ade Irma terkena tembakan, saat ibu Nas mau pergi ke Rumah Sakit beliau berpesan.  “Hamdan kamu jaga rumah siapa pun yang datang menanyakan Bapak jangan beritahu sampai saya dan adik saya (adik Bu nas tentara juga) pulang,” katanya.

Ternyata, yang sedang ngobrol sama Saya sepulang Taklim Pusat  di Cileungsi itu adalah Hamdan Mansur mantan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Jabatan beliau terakhir adalah Kapolda Bali. Beliau cerita saat menjadi Kapolda Bali ada 19 Polres. Ia pun banyak bercerita tentang aktivitasnya saat jadi Polisi.

Baca Juga: Dari Kupang ke Cileungsi, Bahagia Bertemu Imaam

“Kalau Saya mau, Saya minta 1 juta per bulan pasti ada , tapi Saya terikat sumpah jabata,” kata Hamdan.

“Jadi yang mau korupsi itu serakah orangnya. Contoh katanya saat ada acara di pedalaman Flores kopi kesukaan Saya, ada tersedi. Saat bareng istri melihat pameran,  ada tas khas daerah yang cantik.  Kata istri saya itu tas Bagus, eh taunya tas sudah ada di kamar hotel.”

Sayang pertemuan Saya dengan Hamdan Mansur tidak bisa lama-lama, kami harus buru-buru cek in jadi cerita terputus, kami pamitan lanjut ke bandara, kata ustad Zulfikar aku baru tahu sekarang ini kalau beliau tadi ajudannya Pak Nasution.

Hp Nokia

Baca Juga: Di Taklim Pusat Kami Disambut dengan Baik, Tapi Parkirnya Terlau Jauh

Sebelumnya, pada Taklim Pusat tahun 2006 mementum yang tak terlupakan, saat itu di mulainya Ghazwah Fath Al Aqsa Long March Cileungsi-Jakara.

Sebelum berangkat Kami mendapat arahan dari Imam Allahu Yarham Muhyiddin Hamidy, dan para ustaz lainnya. Satu pesan yang sangat kental dalam ingatan “jangan main HP dalam perjalanan!”

Saat itu, saya baru pertana punya HP jadul Nokia 1100, hanya bisa untuk telepon dan SMS. Orang bilang masih kemaruk, tangan latah ambil HP dari kantong lihat sebentar, saat itu juga Saya kehilangan regu saya. Saya lihat ke depan bukan kawan satu regu, lihat kebelakang bukan juga. Saya berlari ke depan nggak ada, mundur juga tidak ketemu.

Akhirnya saya beristighfar mengakui kesalahan sambil tersenyum berjalan, sampai masjid Matraman baru ketemu regu saya. Itulah arti sebuah ketaatan. [Rustam Efendi Hasibuan/Simpang Jernih, Aceh Timur]

Baca Juga: Cerita Arul Nasrullah; Taklim Pusat Saatnya Baju Baru dan Jajan Bakso

 

Rekomendasi untuk Anda