SAYA Silmi, ibu dari seorang anak laki-laki berusia hampir 4 tahun. Mengikuti Taklim Pusat adalah bagian dari rutinitas tahunan Saya sejak 2011. Dari masih single sampai sekarang menjadi triple. Dari sekian banyak Taklim Pusat pusat yang Saya ikuti ternyata Taklim Pusat pusat di 2024 adalah Taklim Pusat pusat paling berkesan bagi saya.
Bagaimana tidak, 3 Maret 2024 adalah Taklim Pusat pusat ke 2 Saya yang berangkat dari Jawa Tengah. Disklaimer dulu bahwa Saya adalah seorang istri dan ibu yang hampir tidak pernah pergi-pergi sendiri, berdua anak Saya ataupun dengan saudara Saya tanpa suami. Apalagi dengan jarak sampai ratusan kilometer.
Saya dan suami saat itu bermukim di area peternakan Baturaden Purwokerto. Rombongan yang kami ikuti berangkat dari Riyasah Maos Lor Cilacap Jawa Tengah. Sedangkan ibu Saya dan bu lek Saya tinggal di daerah UMP yang kalau diukur jarak lebih dekat 10km untuk menuju Maos. Dengan banyak pertimbangan akhirnya suami Saya mengizinkan untuk ikut Taklim Pusat pusat bersama anak saya dan rombongan ibu,bu lek dan adik-adik Saya.
Waktu yang ditunggu tiba, Jumat 1 Maret 2024 panitia memberi kabar untuk keberangkatan bus yaitu pukul 5 bakda Shubuh paling telat pukul 5.30 WIB, insyaallah sudah berangkat. Akhirnya ibu dan 3 adik Saya menginap di rumah saudara Saya yang dekat dengan titik jemput bus, tepatnya di daerah jatilawang yang jaraknya lebih dekat dari Purwokerto dibanding Maos Lor. Tapi Saya dan Bu Lek Saya memutuskan untuk berangkat di pagi hari tanggal 2 Maret pukul 4.30 Shubuh.
Baca Juga: Harmoni Dari Palembang, Kami Menyatukan Bekal Makanan
Karena masing-masing kami ada suami yang harus diurus terlebih dahulu. Pukul 4 setelah shubuh persis Saya dan anak diantar oleh suami menggunakan sepeda motor menerobos dinginnya udara pegunungan Baturaden menuju rumah Bu Lek Saya yang berjarak kurang lebih 10 km. Selanjutnya Kami diantar ke titik jemput bus menggunakan mobil oleh pak Lek Saya yang berjarak kurang lebih 28km.
Dalam hati Saya bergumam, “luar biasa perjalanan kali ini. Jaraknya lumayan panjang dan Saya membawa toodler tanpa suami Saya. Bismillah dengan bekal ridha dari suami insyaallah semua akan dimudahkan.” Itu yang terus menjadi pegangan Saya untuk melawan rasa takut dan khawatir.
Sampai di titik jemput ternyata bus belum datang dan kami serombongan yang berjumlah 7 orang menunggu di tepi jalan. Kali ini penantiannya cukup panjang yaitu sekitar 2,5 jam akhirnya bus pun datang. Seperti yang Saya ceritakan sebelumnya perjalanan ini lumayan banyak hal yang membuat saya berjuang lebih, Saat bus tiba kami diinformasikan oleh panitia bahwa bus penuh, terpaksa 2 orang duduk di tengah dengan bangku plastik yang disediakan panitia. Bagi Saya ini bukan tentang bangku tapi,ini tentang effort dari Sami’na waatha’na untuk Taklim Pusat pusat yang memang sudah jadi jadwal rutin bagi Jama’ah Muslimin.
Kalau ditanya kecewa pasti kami kecewa bahkan saya yang menggendong anak saya sempat berfikir “aduuh apa pulang aja ya, ya masa menempuh jarak kurang lebih 375 km harus duduk di tengah pake bangku plastik.” Tapi lagi-lagi hati saya bergumam “bukankah setiap ibadah butuh perjuangan? kenapa kamu gak mau berjuang Silmi?”
Baca Juga: Penjaga Sandal Jamaah Taklim Pusat
Akhirnya pikiran saya menguatkan diri saya sendiri. oke tidak apa-apa silmi, ini adalah perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa nilai di mata Allah. Lalu kami pun berangkat dengan bismillah.
Sedikit worry diperjalanan karena anak Saya termasuk anak yang lengket dengan ayahnya. Tapi Alhamdulillah walaupun kerepotan akhirnya setelah berjam-jam di bus kami pun sampai di Cileungsi yang ternyata parkiran sudah hampir penuh dengan bus bus besar.
Sampai Cileungsi ternyata hujan dan saat kami sedang menunggu giliran angkot menjemput. Saya yang berdiri bawa tas dan gendong anak tiba-tiba didekati oleh ibu-ibu muda yang juga membawa anak kecil dengan berkendara motor lalu beliau bilang “ayoo bu, bareng saya”. Dengan polosnya saya ikut dengan ibu tersebut. Sayangnya satu hal yang terlupakan kami tidak saling menanyakan nama sampai akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Dan setelah mengucapkan salam lalu berterimakasih kami pun berpisah.
Semoga Alloh membalas kebaikannya dengan balasan terbaik,aamiin. Saya pikir di mana lagi ada rasa saling menolong sampai begitu besar jika bukan Allah yang menyatukan hati kita. Bagi Saya yang sedang kerepotan serta kehujanan lalu dibantu dengan begitu tulus adalah sebuah rizki terbesar pada saat itu,alhamdulillah.
Baca Juga: Bawa Semua Anak Agar Tahu Perjuangan Dakwah Ayahnya
Setelah temu kangen dan berngobrol-ngobrol dengan saudara akhirnya malam pun tiba. Lagi-lagi hal lucu kami alami. Berhubung Saya dan kakak tertinggal ibu yang sudah duluan ke masjid akhirnya kami duduk di halaman masjid atas karena dalam sudah penuh. Saat itu memang Saya ada janjian mau ketemu kakak kelas Saya jadi kami memilih duduk yang paling mudah untuk dicari.
Saya yang duduk di belakang kakak saya melihat ada seorang muslimah bercadar menghampiri kakak saya dan lalu duduk dan ngobrol. setelah beberapa saat akhirnya saya tahu kalo itu adalah kakak kelas saya yang sedang janjian sama saya,tapi saya biarkan sejenak mereka ngobrol. Lalu saya pun menyalami “assalamu’alaikum,, Mba Susi?”
“wa’alaikumsalam,,,,eh silmi,, astaghfirullah….Saya pikir ini kamu sambil mengarahkan tangannya ke kakak saya”
“Loh….ini kakak saya mba..kirain saya Mba Susi kenal kakak saya juga orang dari tadi ngobrol”.
Baca Juga: Malam Ahad di Pesantren: Antara Nafsu, Tanah, dan Sandal yang Menyerah
Dan kakak Saya hanya diam mematung, Lalu berkata “ouuh salah orang ya, pantesan dari tadi saya bingung ini ngobrolin apa, mana ini siapa? perasaan gak punya teman bercadar, mau tanya kamu siapa khawatir tersinggung dikira melupakan teman ,sempet kepikiran apa mungkin saya dikira silmi ya,,tapi iya iya aja deh dengerin dia ngobrol. eh ternyata betul salah orang hahahaha.” Dan kami pun tertawa terpingkal-pingkal bertiga.
Malam pun berlalu tibalah pagi hari di acara puncak,alhamdulillah meskipun datang lebih cepat di masjid tapi qodarulloh kita gak kebagian tempat duduk sama sekali saking rame orang. Akhirnya kita dapet duduk di trotoar ngemper pake terpal. Dan di tengah-tengah Taklim Pusat tiba-tiba hujan,kita pun berteduh.Dan setelah berteduh ternyata terang kembali.
Luar biasa pengalaman pertama Taklim Pusat pusat hujan. biasanya full terang. Dan setelah acara hampir selesai kita pun bersiap pulang dan ternyata hujan lagi sampai terpaksa kami becek-becekan. setelah sampai rumah eh hujan kembali reda. emang bener-bener kita itu mau diberi berkah berlimpah dari air hujan.
MasyaAllah akhirnya Taklim Pusat selesai dan tiba-tiba hujan deras saat kami harus berkumpul menuju bus rombongan. Qodarulloh berangkat bersama ibu saya pun itu saya merasa keteteran dan ternyata waktu pulang harus berpisah dengan ibu saya. Otomatis tiga adik saya beserta bu lek saya yang baru pertama ikut Taklim Pusat pusat dititipkan kepada saya. sebenarnya mereka bisa bawa diri masing-masing tapi saya sebagai kakak secara otomatis merasa bertanggungjawab atas mereka. Dan yang jadi ketakutan saya pribadi adalah bus berhenti bukan di kota tempat saya tinggal. Kira-kira jarak 28km dan itu sampainya pasti dini hari.
Baca Juga: Taklim Pusat yang Mempertemukan Mama dan Ayah
Lagi-lagi Allaah maha baik, Allah paling sempurna dalam menjaga hamba-Nya. Tiba-tiba panitia mengabarkan bahwa bus akan pulang ke pullnya di Purwokerto, jadi alhamdulillah pak supir bisa antar kami sampai Purwokerto. MasyaAllah Tabarokalloh, tentang perjalanan ini ternyata Allah sudah benar-benar mengatur setiap rutenya. Jadi segalanya dipermudah. alhamdulillah akhirnya sampai rumah dengan selamat.
Dan alhamdulillah untuk Taklim Pusat pusat tahun ini insyaallah saya berangkat lengkap bersama suami dan anak saya juga. berharap cuaca cerah dan Alloh mudahkan perjalanan kami dan tentunya lancarkan setiap acara di pusat. Semoga Alloh sehatkan para ikhwan yang jadi panitia dan seluruh saudara yang di sana yang sedang bersiap-siap menyambut tamu. Dan semoga Alloh senantiasa memudahkan urusan kita semua aamiin
Demikian cerita saya, bagaimana pun kondisinya dan sejauh apapun jaraknya Taklim Pusat pusat adalah bagian dari penguat ukhuwah islamiyah kita. Jadi selagi masih bisa diperjuangkan maka akan terus kami perjuangkan. Salam ukhuwah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dapur Nenek Saya “Ibu Ani” Tempat Masak Taklim Pusat