Kabul, MINA – Wanita di Afghanistan akan diizinkan bekerja dan menempuh pendidikan hingga tingkat universitas, kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen, Selasa (17/8).
Berbicara kepada Sky News Inggris, Suhail Shaheen mengatakan “ribuan” sekolah terus beroperasi setelah Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan pada hari Ahad (15/8), The New Arab melaporkan.
Jatuhnya Kabul membuat wanita Afghanistan khawatir akan masa depan mereka di bawah kekuasaan kelompok garis keras.
Komunitas internasional telah mendesak para militan untuk menghormati hak-hak perempuan.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Tentu saja … kami berkomitmen untuk hak-hak perempuan, untuk pendidikan, untuk bekerja, dan untuk kebebasan berbicara, sesuai dengan aturan Islam kami,” kata Shaheen, saat ditanya apakah Taliban berjanji untuk menghormati kebebasan wanita.
“Semua orang harus setara… dan tidak boleh ada diskriminasi di masyarakat,” tambahnya.
Namun dia mengatakan, wanita diharapkan untuk mematuhi jilbab, tetapi tidak perlu menutupi wajah mereka demi keamanan kaum wanita itu sendiri.
“Ini bukan aturan kami, ini aturan Islam,” tambahnya.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Sejak pengambilalihan Ibu Kota, Shaheen telah berusaha untuk menenangkan ketakutan global tentang kembalinya kelompok itu ke tampuk kekuasaan, yang pernah memerintah Afghanistan antara tahun 1996 hingga 2001.
Selama pemerintahan Taliban, perempuan tidak diizinkan untuk bekerja atau meninggalkan rumah mereka tanpa pendamping laki-laki, sementara sekolah untuk perempuan dan anak perempuan di atas usia 10 tahun mendapat stigma.
Wanita Afghanistan, termasuk wartawan, telah memohon bantuan ketika kelompok militan itu melakukan pengambilalihan cepat negara itu, termasuk ibu kota Kabul pada hari Ahad.
Banyak jurnalis perempuan yang berebut mengirimkan dokumentasi identitas ke kedutaan untuk meminta suaka. Mereka juga menghapus semua profil media sosial dan jejak pekerjaan mereka demi keselamatan mereka.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Pada hari Jumat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menuding Taliban sangat membatasi hak dan anak perempuan di daerah yang mereka rebut pada saat itu.
“Saya… sangat terganggu dengan indikasi awal bahwa Taliban memberlakukan pembatasan ketat terhadap hak asasi manusia di daerah-daerah di bawah kendali mereka, terutama yang menargetkan perempuan dan jurnalis,” kata Guterres kepada wartawan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon