Kabul, MINA – Kelompok Taliban mengklaim telah membahas normalisasi hubungan antara Afghanistan dan Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan dengan pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump. Pertemuan tersebut terutama membahas isu pertukaran tahanan dan masa depan hubungan diplomatik kedua negara.
Dalam pernyataannya, Taliban menyebut Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Khan Muttaqi bertemu dengan utusan khusus Trump, Adam Boehler, serta utusan Afghanistan, Zalmay Khalilzad. Taliban juga merilis foto resmi pertemuan itu sebagai bukti komunikasi yang tengah berlangsung.
“Diskusi komprehensif diadakan mengenai cara mengembangkan hubungan bilateral antara kedua negara, masalah terkait warga negara, serta peluang investasi di Afghanistan,” kata Muttaqi, dikutip TRT World, Ahad (14/9).
Taliban menambahkan bahwa delegasi AS menyampaikan belasungkawa atas gempa dahsyat yang mengguncang Afghanistan timur pada akhir bulan lalu.
Baca Juga: PM Anwar Ibrahim: Serangan Israel Tidak Dapat Ditolelir
Kedua pihak sepakat untuk menjaga komunikasi terbuka terkait isu-isu utama, khususnya mengenai tahanan yang masih ditahan baik di AS maupun Afghanistan.
Wakil Perdana Menteri Afghanistan, Abdul Ghani Baradar juga mengonfirmasi pernyataan Adam Boehler mengenai rencana pertukaran tahanan. Namun, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, memilih untuk tidak memberikan konfirmasi langsung kepada media.
“Utusan khusus kami untuk orang-orang yang ditahan secara tidak sah memang telah melakukan percakapan selama beberapa waktu,” kata Rubio kepada wartawan dalam perjalanan dinasnya ke Timur Tengah.
Ia menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai pertukaran tahanan berada di tangan Presiden Trump. “Saya ingin setiap warga Amerika atau siapa pun yang ditahan secara tidak sah dibebaskan,” ujarnya.
Baca Juga: Libya Sepakati Gencatan Senjata dengan Kelompok Bersenjata
Hubungan AS dan Afghanistan mengalami ketegangan setelah penarikan penuh pasukan AS pada 2021 yang mengakhiri perang dua dekade. Taliban yang kembali berkuasa menghadapi sanksi internasional, termasuk pembekuan aset dan isolasi diplomatik.
Pertemuan ini dipandang sebagai sinyal awal kemungkinan keterlibatan politik baru antara Washington dan Kabul, meski masih diwarnai ketidakpercayaan dan perbedaan kepentingan. []
Mi’raj News Agency (MINA)