Taliban Kuasai Afghanistan, Ketum MUI Minta Umat Jangan Terjebak Polarisasi

Jakarta, MINA – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar menyoroti isu internasional terkait peralihan kekuasaan pemerintah oleh kelompok dengan mengajak segenap umat Islam Indonesia tidak terjebak pada tindakan yang memunculkan polarisasi.

“MUI mengajak segenap umat Islam Indonesia untuk merespons setiap dinamika sosial dan politik, baik di tingkat nasional maupun global, termasuk dinamika baru di Afghanistan, dengan sikap yang mutawassith (menengah), konstruktif dan tidak terjebak dalam polarisasi yang menimbulkan mafsadah (kerusakan),” katanya saat memberi sambutan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I MUI, Rabu (25/8).

Ia menegaskan, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim senantiasa berpegang teguh pada nilai wasathiyatul (moderasi) Islam.

Menurutnya, pemahaman agama wasathiyah Islam memiliki posisi penting dan strategis. Maka dari itu, umat Islam Indonesia harus terus menjaganya.

Secara khusus, ia juga menghaturkan doa dan harapannya agar negara bekas wilayah Khurasan Raya itu dapat mewujudkan pemahaman agama wasathiyah Islam dalam aktivitas politik negara, bangsa dan masyarakatnya.

“Melalui ikhtiar bersama dari pemerintah, ulama dan masyarakatnya. Yakni, Islam yang menjunjung tinggi dan mempraktekkan prinsip-prinsip tawassuth, tawâzun, tasâmuh (toleran), i’tidâl (adil), syûra, musâwâh, ishlâh, awlawiyyah (prioritas), tathawwur wa ibtikâr (pengembangan dan inovasi), dan tahaddhur (kontekstualisasi),” pungkas Ulama yang juga Rais Aam PBNU ini.

Kelompok Taliban berhasil menguasai Istana Negara Afganistan pada Ahad 15 Agustus 2021. Kelompok Taliban berhasil menguasai Kota Kabul tanpa pertempuran yang berarti. Sebabnya, Presiden Afghanistan Ashraf Gani memilih meninggalkan negaranya dan kabur ke luar negeri.

Kelompok Taliban bahkan langsung mengganti bendera menjadi warna putih dengan tulisan Syahadat ala Afghanistan. Bukan hanya itu, Kelompok Taliban juga mengganti nama negara kembali dengan sebutan Emirat Islam Afghanistan. Nama ini pernah digunakan Kelompok Taliban saat menguasai Afghanistan pada 1996 hingga 2001. (R/R5/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)