Kabul, MINA – Pemerintah Taliban di Afghanistan mengutuk keputusan Amerika Serikat yang akan menggunakan miliaran dolar aset Afghanistan yang dibekukan di bank AS, untuk membayar ganti rugi bagi para korban serangan 11 September 2001.
Taliban menyebutnya sebagai “pencurian” dan tanda “kerusakan moral” Washington, Press TV melaporkan.
Gedung Putih mengumumkan pada hari Jumat (11/2), pemerintahan Presiden AS Joe Biden berencana memblokir setengah dari $7 miliar dana Afghanistan yang dibekukan di bank-bank AS untuk didistribusikan di antara keluarga para korban serangan 9/11 di tanah Amerika.
Washington juga mengklaim bahwa separuh lainnya akan dialokasikan untuk bantuan kemanusiaan kepada warga Afghanistan yang menderita dari situasi yang mengerikan, setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021.
Baca Juga: Muslim AS Idulfitri Ahad 30 Maret
Suhail Shaheen, perwakilan yang ditunjuk Taliban untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyerukan agar seluruh jumlah itu dicairkan dan disimpan di bawah kendali Bank Sentral Afghanistan.
“Dana adalah milik Bank Afghanistan dan selanjutnya, milik rakyat Afghanistan. Kami ingin mencairkan seluruh jumlah sebagai cadangan Bank Afghanistan,” kata Shaheen.
Juru bicara kantor Taliban di Doha juga mengecam langkah AS dalam sebuah tweet, dengan mengatakan, “Mencuri dan mengambil alih uang beku milik rakyat Afghanistan oleh AS menunjukkan tingkat kemerosotan manusia dan moral terendah dari sebuah negara dan bangsa.”
Pemerintahan Biden telah membekukan aset-aset milik Bank Sentral Afghanistan sejak penarikan pasukan pendudukannya dari negara itu pada Agustus 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sejak itu menangguhkan kegiatan di negara yang dilanda perang itu.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Mahkamah Saudi Umumkan 1 Syawal Ahad 30 Maret 2025
Banyak sekutu AS dan pemerintah Barat juga sebagian besar telah menangguhkan bantuan keuangan mereka ke Afghanistan sejak penarikan pasukan AS dan pengambilalihan Taliban.
Badan-badan bantuan dan PBB telah memperkirakan bahwa lebih dari setengah dari 38 juta penduduk Afghanistan diperkirakan akan menghadapi kelaparan musim dingin ini.
Keputusan Jumat oleh AS untuk memblokir dana Afghanistan datang ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pada hari Rabu bahwa Afghanistan “digantung oleh seutas benang,” ketika jutaan orang berjuang untuk bertahan hidup dan dengan pendidikan dan layanan sosial di ambang kehancuran.
Guterres menyerukan pembebasan dana bantuan yang dibekukan, memperingatkan bahwa lebih dari separuh warga Afghanistan menghadapi “tingkat kelaparan yang ekstrem” dan “beberapa keluarga menjual bayi mereka untuk membeli makanan.” (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Pasukan Nigeria Serang Demonstrasi Hari Al-Quds, 19 Orang Tewas
Mi’raj News Agency (MINA)