Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Fenomena kekejaman kaum Yahudi Zionis yang terjadi hingga saat ini sebetulnya tidak terlepas dari ketundukan total Yahudi Israel kepada kitab suci Talmud. Yaitu kitab suci kedua setelah kitab Torah/Taurat (Perjanjian Lama).
Lebih dari 500 tahun, para Rabi menyampaikan ajaran dan hukum agama secara lisan dan sembunyi-sembunyi kepada pengikutnya. Dari cerita lisan para Rabi ini, tertanam fanatisme, egosentris dan rasialis kaum Yahudi. Mereka mengumpulkannya menjadi satu kitab yang diberi nama Talmud.
Muhammad Al-Syarqawi, Pakar Perbandingan Agama dan Kitab Talmud dari Universitas Kairo, mengupas kontroversi kitab Talmud dalam karyanya berjudul, “Kitab Israil Al-Aswad (Ayat-ayat Hitam Talmud: Surga Jiwa yang Abadi),” yang merupakan sumber utama tulisan ini.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Dalam buku Al-Syarqawi tersebut dikatakan, bahwa ketundukan pengikut Yahudi Zionis terhadap kitab yang asal-usulnya masih simpang siur itu melebihi ketaatan kepada Perjanjian Lama.
Seorang Rabbi Yahudi bernama Roski mengatakan: “Jadikanlah perhatianmu kepada ucapan-ucapan Rabi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada syari’at Nabi Musa (Taurat)”. August Rohling dalam “Die Polemik und das Manschenopher des Rabbinus” mengatakan, “Yahudi lebih mensakralkan Talmud daripada Taurat.”
Pengertian dan Sejarah Talmud
Dalam Dictionary of the Bible, disebutkan bahwa dalam tradisi agama Yahudi, Nabi Musa memiliki dua kitab undang-undang. Yaitu Torah (Taurat) yang disebut undang-undang tertulis. Dan Talmud yang dikenal dengan undang-undang lisan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kitab Talmud adalah sebuah kitab yang berisi riwayat-riwayat lisan yang diterima para rabi Yahudi. Riwayat tersebut dikumpulkan oleh rabi Yahudi dalam kitabnya bernama Mishnah, yaitu undang-undang yang terdapat dalam kitab Taurat Musa yang berupa penjelasan dan tafsir.
Kendati hanya berupa tafsir atas Taurat, kaum Yahudi menganggap kitab Talmud lebih penting dari kitab Taurat. Demikian tulis Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya “Atlas Sejarah Nabi dan Rasul.”
Joseph Barcle, pakar kebudayaan Ibrani, menyatakan bahwa isi kitab Talmud berupa ayat-ayat yang ekstrim. Para pemimpin agama Kristen di Eropa dan Raja dahulu pernah mengharamkan kitab tersebut.
Kitab Talmud menurut Al-Syarqawi sebenarnya belum dipastikan orisinalitasnya. Seperti pernah dikatakan oleh Richard Elliot Friedman, penulis buku “Who Wrote the Bible,” bahwa Talmud merupakan teka-teki yang paling tua. Dalam kitab itu tidak ditemukan ayat yang menjelaskan kitab ini dari Nabi Musa Alaihis Salam (Maurice Bucaille, Al-Qur’an, dan Sains Modern, hal. 1).
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Talmud merupakan ayat-ayat yang kononnya berasal dari ucapan-ucapan Nabi Musa Alaihis Salam yang kemudian ditransmisi kepada para pemimpin Yahudi. Sehingga, Talmud disebut juga undang-undang lisan.
Kesulitan melacak transmisi secara verbal Talmud ini mungkin karena Yahudi tidak memiliki tradisi ilmu sanad sebagaimana dalam Islam. Proses transmisi hukum lisan ini konon dimulai dari para murid-murid Nabi Musa Alaihis Salam disampaikan secara verbal kemudian sampai kepada para rabbi Yahudi, yang kemudian ditulis dalam bentuk kitab. Siapa yang pertama menulisnya, juga masih kontroversi (Kholili Hasib, Kritik atas Konsep Abrahamic Faiths dalam Studi Agama, hal. 13).
Materi-materi pelajaran di negara Israel juga berpedoman kepada pendekatan kitab Talmud. Termasuk yang diajarkan kepada anak-anak Yahudi.
Pelecehan Talmud Terhadap Allah, Para Nabi dan Rasul-Nya
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
1) Allah dalam Talmud
Kitab Talmud mengandung unsur kebencian, kekerasan, pelecehan seksual, dan penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Berikut sebagaimana dikutip dari sebagian kecil dari isi kitab Talmud yang diyakini orang-orang Yahudi, mengenai Allah: “Allah bermain dengan ikan paus, raja sekalian ikan. Allah duduk bersama malaikat dan raja setan untuk mempelajari Talmud karangan para rabi, dan Allah menari bersama Siti Hawa… Allah mengakui kesalahannya (karena membiarkan Haikal Solomon hancur), Allah menyesal karena membiarkan kaum Yahudi dalam kesengsaraan sampai-sampai Ia menampar diri-Nya sendiri dan menangis setiap hari, bulan menyalahkan Allah karena menciptakannya lebih kecil dari matahari, (Talmud, hal 198-199)
Ibnu Hazm mengatakan: Pada Kitab Talmud itu terdapat sebuah teks yang berbunyi, “Panjang antara kening dan hidung Tuhan adalah 5.000 hasta.” Mahasuci Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari segala yang mereka sifatkan! Dan Mahasuci Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari segala bentuk, luas, batas, dan akhir!
Pada risalah lain dari Kitab Talmud yang bernama Sadir Nashim yang berarti “hukum-hukum haid” terdapat teks yang berbunyi, “Di kepala Tuhan terdapat mahkota yang terdiri dari 1.000 kwintal emas, dan di jarinya terdapat cincin yang menerangi matahari dan bintang-bintang. Malaikat yang menjaga dan memelihara mahkota tersebut bernama Shandalfun.”
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
Disebutkan pula dalam Talmud, bahwa perkataan para rahib Yahudi itu lebih tinggi derajatnya daripada perkataan Tuhan dalam Taurat, Tuhan berdiskusi membaca Talmud dengan para malaikat dan raja setan. Mahasuci Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari segala kebodohan yang mereka ciptakan!
2) Nabi Adam Alaihis Salam dalam Talmud
Ajaran-ajaran di dalam Kitab Talmud memuat doktrin aneh dan rasialis. Disebutkan bahwa Nabi Adam Alaihis Salam pernah menggauli setan perempuan yang bernama Lelet, sehingga darinya lahir setan dalam jumlah banyak.
3) Nabi Isa Alaihis Salam dalam Talmud
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
Samuel Al-Maghribi berkata, “Menurut para rabbi Yahudi, ‘Isa ibn Maryam hanyalah seorang ulama, bukan seorang nabi. Ia adalah anak zina hasil hubungan gelap antara Yusuf An-Najjar dan Maryam binti ‘Imran. Cuma saja, ia mengenal Allah sehingga dengannya ia mampu menundukkan banyak hal.”
4) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam dalam Talmud
Tentang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam ini, para rabbi mendakwahkan bahwa ia suatu hari bermimpi melihat sesuatu yang menunjukkan bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi seorang penguasa. Lalu mimpinya itu ia ceritakan kepada para rabbi Yahudi ketika ia sedang berada di Syam untuk memperniagakan barang dagangan Khadijah Radliyallahu Anha. Para rabbi segera mengetahui bahwa ia memang akan menjadi seorang penguasa kelak, lalu menyerahkannya kepada seorang teman mereka yang bernama ‘Abdullah ibn Sallam, yang juga seorang rahib. Maka ‘Abdullah ibn Sallam pun mengajarkan kitab Taurat kepadanya dalam waktu singkat. Dari sini lah berawal kebesaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam menurut mereka. Mereka mengklaim bahwa Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam bukanlah wahyu dari Tuhan melainkan karya ‘Abdullah ibn Sallam.
Mereka juga mendakwahkan bahwa syari’at Muhammad (syari’at Islam) yang menetapkan bahwa seorang istri yang sudah ditalak tiga kali oleh suaminya tidka halal lagi bagi suaminya itu melainkan setelah ia menikah lagi dengan laki-laki lain lalu bercerai darinya, adalah bertujuan agar anak-anak zina banyak berkeliaran di kalangan umatnya.
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
Mereka -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat mereka- hanya mempunyai dua nama untuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam, yaitu Fasul yang berarti “kurang ajar” dan Musyka’ yang berarti “gila.” Sedangkan Al-Qur’an mereka namakan dengan Qalun yang berarti “kemaluan”; maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an itu adalah aurat kaum Muslim.
Di sini sudah terlihat betapa besar kebencian dna permusuhan Yahudi terhadap islam, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam, dan umatnya.
Pandangan Talmud Terhadap Orang nonYahudi
Disebut pula, bahwa bangsa selain Yahudi bagaikan binatang. Seluruh bumi dan isinya adalah milik Yahudi yang diberikan oleh Tuhan. Untuk mendapatkan hati di bumi, Yahudi dibolehkan menipu bangsa non-Yahudi, bahkan dengan cara pembunuhan sekalipun.
Baca Juga: Memaknai Iqra
Al-Syarqawi menerjemahkan ayat-ayat yang disebut ‘hitam’ tersebut. “Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non-Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang” (Kerithuth 6b hal. 78, Jebhammoth 61a).
Doktrin menghalalkan segala cara berpedomankan kepada ayat Talmud IV/8/4a, yang berbunyi: “Tuhan Yahweh tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya marah kepada orang non-Yahudi”.
Menipu dan berbohong dihalalkan kepada non-Yahudi: “Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan” (Babha Kama 113a).
Pandangan Talmud Terhadap Orang Kristen
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
Sementara Agama Kristen disebut dalam Talmud dengan predikat merendahkan yaitu dipanggil ‘Abhodah Zarah (agama aneh), Obhde Elilim (penipu-penipu paganis), Edom (orang yang mengimani lambang salib), Goim (pagnis non-Yahudi), Nokhrim (orang asing), Amme Harets (orang dungu), Basar Vedarm (daging dan darah – maksudnya orang Kristen yang tidak beriman kepada Roh), Apikorosim (orang yang tidak mentaati perintah-perintah Tuhan). Seorang Rabi Yahudi Meir menyebut, kitab Injil milik orang Kristen dengan sebutan Aven Gilaion (kitab-kitab jahat).
Paulus yang mengaku murid Nabi Isa Alaihis Salam, disebut-sebut orang Yahudi yang mempunyai misi menyimpangkan ajaran Nabi Isa. Tujuannya, agar pengikut Nabi Isa Alaihis Salam bisa ‘bersahabat’ dengan ajaran Yahudi, dan jauh dari Injil. Di kalangan Yahudi diaspora, Paulus atau Saul dikenal sebagai misionari Kristen Yahudi, atau Judeo-Christian.
Di antara pandangan Talmud terhadap orang Kristen, antara lain:
1) Tidak Berdosa Membunuh Orang Kristen, Bahkan Berpahala Melakukannya
Baca Juga: Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku
Kita Israel (177.b) menyatakan: Burulah kehidupan Kliphoth, lalu bunuhlah ia (orang Kristen), maka Allah akan ridha padamu, sebagaimana orang yang mempersembahkan kemenyan harum padanya.
2) Yahudi yang Membunuh Kristen Akan Menempati Tempat Tertinggi di Surga
Dalam Zohar (I/38.b dan 39.a) disebutkan: Pada istana-istana surga yang empat akan hidup mereka yang bersedih hati di atas Sion dan Yerusalem, dan semua orang yang memusnahkan bangsa-bangsa penyembah berhala… dan mereka yang membunuh bangsa penyembah berhala akan memakai pakaian-pakaian kekaisaran agar mereka menjadi istimewa dan bangga.
3) Tidak Boleh Hari Raya Berlalu Begitu Saja Tanpa Memukul Leher Seorang Nasrani
Dalam Bisashim (49.b) disebutkan: Rabbi Eliezar berkata, “Boleh memotong kepala orang bodoh (seorang penduduk dunia fana) pada hari raya Atonement jika hari itu bertepatan dengan hari Sabtu. Lalu murid-muridnya berkata, “Wahai Rabbi, apakah itu sama dengan kurban?” Ia menjawab, “Benar sekali, karena suatu keharusan untuk melakukan sembahyang pada saat melakukan acara ritual kurban, dan tidak perlu lagi shalat ketika sudah dipukul leher seorang tertentu.
4) Tujuan Utama Semua Aktivitas Yahudi Adalah Menghancurkan Agama Kristen
Beginilah orang Yahudi menggambarkan “penyelamat’ (Al-Masih) dan “pembebas” yang mereka tunggu-tunggu karena ia akan menindas dengan cara menurunkan bencana, kesedihan, dan ketakutan terhadap orang-orang nonYahudi.
Talmud menghitung ada tiga bencana yang akan turun ke dunia ketika Al-Masih mereka datang, sebagaimana dalam Shabat, 118.a: Semua orang memakan tiga jamuan pada hari Sabtu, maka ia diselamatkan dari tiga bencana, yaitu: (i) dari pembalasan Messias (Al-Masih), (ii) dari hukuman qishah Jahannam, (iii) dan dari Perang Magog, karena sudah tertulis: Perhatikanlah bahwa Aku akan mengutus kepada kalian Ilyas yang Nabi sebelum kedatangan “hari Tuhan.”
Wallahu a’lam bishawab
(AK/R1/P1))
Mi’raj News Agency (MINA)