Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor
Suatu hari Jabir bin Abdullah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apakah haji mabrur itu?”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab, yaitu:
إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
”Suka memberi makanan dan berbicara yang baik”. (H.R. Al-Baihaqi).
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Haji mabrur artinya haji yang diterima oleh Allah. Sedangkan balasannya tidak lain adalah surga. Sedangkan dari umrah satu ke umrah berikutnya, menghapus dosa di antara keduanya.
Ini seperti disebutkan di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya: “Di antara umrah yang satu dan umrah lainnya akan menghapuskan dosa di antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan, tanda-tandanya dapat dirasakan oleh orang lain setelah kembali ke tanah air seusai pelaksanaan manasik haji di tanah suci sebagaimana digambarkan di dalam hadits di atas.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Tanda pertama, suka memberi makanan.
Artinya, sekembali ke rumah, jamaah haji menjadi gemar memberi, penyantun, suka bershadaqah, dan senang membantu orang lain.
Harta yang telah dikeluarkan untuk perjalanan haji, membayar dam (denda), memotong hewan kurban, diteruskan ketika kembali ke tanah air dalam bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Jangan sampai setelah pulang haji, masih ada sifat ‘pendusta agama’ yang melekat di dalam dirinya.
Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah
Seperti peringatan Allah,
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (١) فَذَٲلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ (٣)
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS Al-Ma’un [107] : 1-3).
Tanda kedua, selalu berbicara yang baik dan sejuk di hati.
Artinya, sekembali ke rumah, jamaah haji selalu berupaya berbicara yang sejuk, benar, baik, santun, dan tidak suka menyakitkan orang lain. Dengan perkataan yang benar dapat memperbaiki amalan, menjadi penghapus dosa-dosa, dan memberi manfaat kepada orang lain.
Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan
Semasa ibadah haji atau pun umrah di tanah suci, para jamaah telah dibimbing dengan ayat:
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٌ۬ مَّعۡلُومَـٰتٌ۬ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٍ۬ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (١٩٧)
Artinya: “[Musim] haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS Al-Baqarah [2] : 197).
Pada ayat lain dikatakan:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)
Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33] : 70-71).
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Semoga tamu-tamu Allah, baik yang berhaji maupun berumrah, berjihad di tanah suci, dan sekembalinya, dapat memperoleh predikat Haji atau Umrah yang Mabrur, yang dapat dirasakan kemabrurannya oleh keluarga, kerabat, masyarakat sekitarnya dan perjuangan umat yang menantinya, setelah nanti kembali ke tanah air. Aamiin ya robbal ‘aalamiin. (RS-2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Palestina Memanggilmu, Mari Bersatu Hapuskan Penjajahan