Tanggal 17 April “Hari Keramat” Bagi Rakyat Palestina (Oleh: Nur Ikhwan Abadi)

Penulis bersama anak dari Syeikh Al- Rantisi, Ahmad Bin Abdul Aziz Al Rantisi, juga cucu pada 2012. Ahmad harus lumpuh akibat serangan Zionis yang menggugurkan ayahnya. (Dok Pribadi).

Oleh : , Aktivis untuk

Hiruk pikuk pemilihan umum di Indonesia memang luar biasa, tanggal menjadi tanggal istimewa bagi rakyat Indonesia, karena di tanggal inilah rakyat Indonesia memilih pemimpin-pemimpin yang akan menentukan segala kebijakan NKRI dalam lima tahun ke depan.

Delapan bulan kampanye berjalan, banyak sekali yang sudah dilakukan oleh berbagai calon untuk meraih dukungan rakyatnya. Jadilah hari yang ditunggu-tunggu itu tiba, hari bersejarah yang akan menentukan siapa pemimpin Indonesia selanjutnya.

Tapi di belahan dunia lain, tanggal 17 April juga merupakan hari keramat bagi mereka, karena di tanggal ini sebuah peristiwa bersejarah telah terjadi, sebuah peristiwa yang menjadi saksi bahwa kesungguhan anak manusia untuk bertemu dengan Sang Pencipta dengan jalan yang dirindukannya telah terjadi.

Pada tanggal inilah, seorang pemimpin perjuangan, seorang pemimpin mujahidin, seorang yang selalu berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak kaum muslimin yang telah dirampas secara semena-mena oleh penjajah, menenemui syahidnya.

Abdul Aziz Al Rantisi, nama yang memang sudah tidak asing bagi rakyat Palestina, bahkan dunia. Nama inilah yang menggetarkan kaki kaum Zionist karena sifatanya yang tegas tanpa kompromi terhadap para penjajah. Sehingga menjadi target nomor wahid untuk diburu dan dibunuh.

Sebenarnya, ketika mengingat syahidnya Abdul Aziz Al Rantisi ini bukan hanya tentang siapa beliau, namun lebih dari itu, semangat yang dimilikinya, semangat yang sudah lama hilang dari sebagian besar kaum muslimin. Semangat mencintai kematian, dan semangat untuk bertemu dengan Rabb pencipta semesta alam dengan jalan yang diridhoiNya.

Semangat ini lah yang sudah mulai hilang dari hati kaum muslimin. Hedonisme merambah hingga ke tulang sumsum dan denyut nadi sebagian besar kaum muslimin. Pantas saja, Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam jauh – jauh hari telah memperingatkan kita dengan sebuah hadis nya yang masyhur:
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).

Wahn, penyakit inilah yang sudah menimpa banyak kaum muslimin, cinta dunia dan takut mati. Dunia yang sementara ini begitu menggiurkan, kenikmatan yang seolah tiada tara, sehingga manusia berlomba-lomba untuk merebutnya seolah tanpa batas waktu kehidupan.

Manusia, melakukan segala cara, sikut kanan, sikut kiri, hantam kawan, libas teman tanpa peduli apakah halal atau haram, yang terpenting kepentingan bisa dicapai. Penyakit ini makin hari makin parah dan masuk ke hati-hati kaum muslimin hingga muslimin menjadi rebutan musuh-musuh Allah, layaknya hidangan di meja makan.

Rantisi, membantah ini semua, memotong segala persepsi manusia, bahwa kehidupan dunia ini adalah segalanya. Dia tunjukkan bahwa kenikmatan dunia itu sementara dan akhirat adalah kampung halaman yang akan menjadi tempat tinggal manusia selamanya.

“Kita semua sedang menunggu kematian hidup kita, baik itu dengan serangan jantung atau dengan apatche, jika saya lebih memilih dengan Apatche”.

Kalimat ini menghancurkan semua sifat hedonis dan sifat wahn yang disebutkan oleh Rasulullah, kenapa? Pertama, dalam menghadapi kematian, hendaknya dihadapi dengan tenang tanpa rasa takut, karena waktu kematian itu pasti, tidak maju dan tidak mundur. Semua sudah ada waktunya, dan sudah ditentukan oleh Allah, tinggal bagaimana caranya kita memperolehnya apakah khusnul khotimah atau sebaliknya.

Kedua, ketika manusia berazzam, ingin bertemu dengan rabbnya dengan jalan syahid dan dia berusaha jujur dan ikhlas untuk menggapainya, maka azzam tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mencari syahadah dengan jujur, maka dia akan diberikan meskipun tidak mendapatkan (syahadah).” HR. Muslim, (1908).

“Dari Sahl bin Hanif radhiallahu’anhu sesungguhnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meminta kepada Allah (Mati) Syahid dengan jujur, maka Allah sampaikan dia ke tempat orang-orang syahid meskipun dia meninggal di atas ranjangnya.” HR. Muslim, (1909).

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Arti riwayat pertama dijelaskan dengan riwayat kedua. Arti keduanya adalah kalau dia memohon syahadah dengan jujur, akan diberi pahala syahadah meskipun (meninggal) di atas ranjang. Di dalamnya ada anjuran memohon syahadah dan dianjurkan niatan baik.” Selesai ‘Syarkh Muslim, (13/55).

Rantisi membuktikan ini semua, ketika dia ingin syahid dengan cara ditembak dengan Apatche, Allah kabulkan doanya, Allah berikan kemuliaan bahwa cara ini lah yang paling indah bertemu dengannya.

Di era milenial seperti ini, sudah sangat jarang pemimpin seperti Rantisi, kaum muslimin seolah kekurangan figur atau sosok panutan terkini yang bisa membawa mereka ke arah kebaikan yang hakiki. Kita perlu melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh, tak khawatir dengan urusan perut, tidak gentar akan kematian, dan berani dengan tegas menentang setiap kedzaliman.

Satu urusan muslimin yang harus terus diperhatikan, Masjid Al Aqsa. Jangan sampai masjid Al Aqsa hilang dari perhatian muslimin. Beberapa hari yang lalu Al Aqsa terbakar, dan tidak banyak kaum muslimin yang tahu, karena beritanya kalah besar dengan berita terbakarnya sebuah gereja di Paris.

Apakah ini sebuah kebetulan? Yang pasti usaha – usaha Zionis untuk merebut Al- Aqsa secara utuh akan terus mereka lakukan.

Untuk merebut Al-Aqsa, diperlukan muslim yang tangguh, tidak takut mati dan tidak terkena penyakit Wahn. Abdul Aziz Al Rantisi bisa jadi contoh mujahid terkini yang telah membuktikan bahwa syahid fi sabilillah digapai dengan kesungguhan dan keinginan yang kuat.

Rakhine, Myanmar 12 Sya’ban 1440 H/17 April 2019.

(A/BO2/P02)

 

Mi’raj News Agency (MINA)