(Refleksi Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 Tahun 2015)
Oleh : Nidiya Fitriyah, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)*
Tepat pada tanggal 19-29 April, 60 tahun lalu, Indonesia mengadakan konferensi Asia-Afrika yang menginspirasi bangsa-bangsa lain untuk merdeka. Jika pada masa itu tantangannya adalah bagaimana mendapatkan kemerdekaan, kini Negara-negara Asia-Afrika menghadapi tantangan baru dalam memperjuangkan rakyatnya.
Dalam pidato pmbukaan pertemuan antar kepala Negara pada peringatan KAA tahun ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan negara-negara Asia Afrika saat ini menghadapi tantangan baru yang berbeda dengan yang dihadapi 60 tahun lalu.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Pendukuk Asia-afrika mencapai 75 persen dari total penduduk dunia. Itu merupakan potensi besar bagi kita untuk dapat membangun kerjasama. Negara-negara Asia Afrika sejatinya memiliki potensi sumber daya alama dan manusia yang luar biasa. Oleh karena itu, jika hal ini disinergikan akan tercapai kemakmuran bagi masyarakatnya.
Namun jika dilihat angka pertumbuhan ekonomi rata rata tahun 2013, hanya sebesar 4,9 persen. sementara nilai inflasinya masih diatas rata-rata dunia, Itu artinya perlu ditingkatkan kinerja kita agar rakyat lebih sejahtera.
Peringatakan KAA kali ini membahas ide-ide dan terobosan baru dalam bidang ekonomi dan perdagangan untuk meningkatkan kesejahteraan negara-negara Asia-Afrika. Negara Asia Afrika membutuhkan kerjasama dan infestasi yang saling menguntungkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bersama.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dari korupsi, program-program tersebut akan dalat dijalankan dengan baik dan masyarakat dapat segera merasakan manfaatnya. Kerjasama ekonomi dan perdagangan harus digalakkan antara kita, sebab dari situlah pengingkatan kesejahteraan akan dapat segera terwujud.
Salah satu agenda dalam peringatan KAA kali ini adalah pertemuan bisnis (Bussiness Summit) dengan agenda realisasi program kerjasama negara Asia-Afrika untuk peningkatan kesejahteraan bersama.
Dalam pidato pembukaan KAA kali ini, Presiden Jokowi menegaskan, salah satu masalah utama yang dihadapi negara-negara Asia-Afrika adalah ancaman keamanan. Dibeberapa negara, konflik internal dansektarian masih terjadi sehingga hal itu menjadi hambatan utama pembangunan ekonomi masyarakat.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Konflik internal Sudan, isu sektarian di Republik Afrika Tengah, kasus imigran di Afrika Selatan dan Yaman yang saat ini sedang dilanda perang saudara yang melibatkan pihak luar (pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi) merupakan sederat persoalan yang menghambat pembangunan.
Negara –Asia-Afrika harus keluar dari krisis tersebut. Mereka harus mengedepankan kepentingan rakyat yang saat ini sangat membutuhkan kesejahteraan ekonomi. Konflik yang terjadi sejatinya hanya kepentingan segelintir elit politik yang ingin mendapatkan kekuasaan melalui pengangkatan isu-isu tersebut.
Rakyat hanya menjadi korban dari kepentingan politik para elitnya. Ini harus segera diakhiri. Masyarakat harus menungkatkan kesadaran untuk tidak ikut terlibat dalam konflik politik para elit yang hanya akan menyengsarakan mereka sendiri.
Melalui peringatan KAA ini, Negara-negara Asia Afrika harus bisa mengeliminasi segara konflik sehingga pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Salah satu egenda utama yang dibahas dalam peringatan KAA kali ini adalah kerjasama untuk mempromosikan kebudayaan masing masih demi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Dengan jumlah penduduk mayoritas umat Islam, isu makanan halal, busana muslim serta hiburan bernuansa Islami menjadi menjadi agenda utama dalam pembahasan kali ini.
Indonesia sebagai Negara dengan jumlah umat Islam terbesar dunia, kengan keheterogenan budayanya dapat menjadi pionir dalammengembangkan ketiga isu tersebut.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Sebelumnya, Pengamat ekonomi syariah, Adiwarwan Karim, dalam Seminar Nasional Ekonomi Syariah di Gedung Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa (14/4) mengatakan, sebagai kiblat produk halal dunia, Indonesia melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menjadi salah satu inisiator Dewan Pangan Halal Dunia (World Halal Food Council) yang memiliki 34 anggota lembaga halal dari berbagai negara.
Dalam laporan 2013 juga tercatat, Indonesia menjadi pasar konsumsi pangan muslim dunia dengan pencapaian 190 miliar Dolar AS. Selain itu, Indonesia juga mempunyai potensi menjadi global hub teknologi vaksin dan pemasok vaksin bagi negara anggota OKI.
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) berupaya mewujudkan Indonesia menjadi kiblat busana muslim dunia pada tahun 2020 dan pusat fashion dunia pada tahun 2025. Pada 2013, pertumbuhan ekspor produk fashion Indonesia tahun 2009-2013 mencapai 10,59%, dengan nilai mencapai 11,78 miliar Dolar AS
Pada sektor hiburan Islami, Indonesia masuk empat besar negara mayoritas muslim yang paling besar mengeluarkan belanja wisata. Indonesia juga berada di urutan keenam di antara negara anggota OKI berdasarkan jumlah kunjungan turis.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Pemerintah telah menetapkan sembilan destinasi utama wisata syariah, di antaranya Sumatra Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur Lombok dan Makassar. (P008/R03/P4).
*Nidiya Fitriyah, wartawan termuda yang meliput acara Peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-60 di Jakarta dan Bandung, 19-24 April 2015.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel