“Tantangan” Berpuasa Ramadhan bagi Muslim di Australia

(Foto: Istimewa)

adalah bulan istimewa bagi umat Islam. Inilah waktunya untuk berefleksi, lebih relijius, peduli soal makanan dan keluarga. Terutama waktu untuk menahan diri.

Ratusan ribu warga Muslim tak ketinggalan menahan diri tidak makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam.

Salah satu aspek yang kini mulai banyak dibicarakan yaitu bahwa Ramadhan tampaknya bagus untuk kesehatan. Penelitian menunjukkan mereka yang berpuasa sering mengalami penurunan berat badan dan mengurangi risiko penyakit jantung selama Ramadhan.

Tapi tantangannya tidak ringan, di tengah banyaknya aneka sajian makanan Ramadhan yang lezat. Begitu pula untuk berolahraga saat berpuasa.

Asupan Protein dan Karbohidrat Kompleks

Bagi akademisi dan komentator TV Dr Susan Carland, bagian paling sulit berpuasa Ramadhan yaitu bangun sahur.

“Saat ini, saya memasang alarm jam 5:00 pagi. Sampai pasang lima alarm, karena membayangkan kehilangan kesempatan makan sahur itu menakutkan bagi saya,” ujar Dr Carland, sebagaimana dikutip dari ABC News Indonesia.

Makanan yang dia utamakan yaitu dua telur rebus, sepotong roti bakar, buah, minum kopi dan air. Dia mulai berpuasa waktu imsak sekitar Pukul 5:45 dan berbuka sekitar Pukul 5:20 sore, waktu Melbourne.

Roti bakar dan telur juga menjadi favorit Lina Breik, pakar diet terakreditasi dari Melbourne.

Dengan segelas susu, ini menjadi menu cepat saji yang merupakan sumber kalsium, protein, dan karbohidrat kompleks, yang melepaskan energi sepanjang hari.

“Menu sederhana lainnya yaitu semangkuk gandum atau bubur dengan beberapa potongan buah di dalamnya. Ini kedengarannya akrab, karena umumnya hanya makan sehat. Perbedaannya dengan Ramadhan hanya soal waktu memakannya,” ujarnya.

Breik mengaku sulit baginya untuk makan pagi-pagi sekali, terutama di beberapa hari pertama . Tubuh perlu menyesuaikan diri dengan rutinitas baru sehingga lama-lama jadi mudah.

“Saya pribadi benar-benar kesulitan selama pekan pertama,” katanya.

“Tapi begitu masuk ke ritme minum air lebih teratur, memiliki makanan sahur yang tepat, mendatangi banyak acara buka bersama, benar-benar menyenangkan,” katanya.

Tetap Terhidrasi

“Keluh-kesah” lainnya soal puasa Ramadhan yaitu sakit kepala. Kurangnya konsumsi kopi sering disalahkan. Tapi menurut Lina Breik, masalah sebenarnya adalah dehidrasi.

Dia menjelaskan, secara praktis, Anda harus minum 35 mililiter air per kilogram berat badan setiap hari. Jadi, jika Anda memiliki berat 60 kilogram misalnya, Anda harus minum 2,1 liter atau lebih dari delapan gelas.

“Setelah matahari terbenam, Anda harus minum satu atau dua cangkir setiap jam, hingga waktu tidur,” jelasnya. “Jadi Anda akan minum sekitar dua liter air per hari.”

Saat matahari terbenam, kebanyakan orang berbuka puasa dengan kurma dan air. Ini tradisi yang diajarkan Nabi Muhammad.

Kurma manis dan air adalah “makanan ringan berbuka puasa” yang luar biasa, kata Breik, yang dapat membantu Anda menghindari makan berlebih di malam hari.

Waktu berbuka juga tepat untuk berolahraga, tambahnya, yang penting bisa menjaga massa otot saat Anda sedang berpuasa.

Ketika waktunya makan malam, Anda sebaiknya mengatur setengah piring sayuran atau salad, seperempat protein, dan seperempat lainnya karbohidrat seperti nasi, kentang atau pasta.

Menurut dia, penting pula mengatur ritme makan saat sudah berbuka puasa.

“Saat berbuka puasa Ramadhan, orang biasanya ingin menikmati semua makanan,” katanya.

“Berbuka dengan kurma dan air, setelah itu pergi salat. Jalan sedikit, renggangkan tubuh, barulah menyantap makan malam,” paparnya.

Ramadhan Baik untuk Kesehatan

Meski berpuasa itu sulit, kabar baiknya adalah praktik menahan diri ini tampaknya baik buat kesehatan seseorang.

Ada sejumlah beberapa bukti bahwa puasa mengurangi jumlah kolesterol “jahat” dalam darah dan meningkatkan kolesterol “baik”, yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

Puasa juga dapat menyebabkan orang kehilangan berat badan, kata Professor Amanda Salis, pakar obesitas pada Charles Perkins Centre, University of Sydney.

“Kita tahu dari penelitian bahwa Ramadhan umumnya menyebabkan penurunan berat badan. Itu ditunjukkan dalam banyak uji klinis: orang sering kehilangan berat badan tanpa intervensi,” jelasnya.

Belum lama ini, koleganya di University of Sydney meneliti apakah penurunan berat badan ini disebabkan oleh berkurangnya massa otot atau lemak.

Penelitian itu menarik bagi Profesor Amanda yang suaminya berasal dari Turki dan berhenti berolahraga selama bulan Ramadhan.

Karena kita kehilangan massa otot ketika berhenti berolahraga, Prof Amanda berpikir mungkin ituluh sebabnya mengapa berat badan orang bisa mengalami penurunan saat berpuasa.

Menariknya, penelitian itu menemukan bahwa hilangnya jaringan tanpa lemak dalam tubuh selama berpuasa tidak berbeda dengan penyebab lainnya.

“Penelitian ini menyoroti bahwa orang kehilangan berat badan serta lemak dan jaringan tanpa lemak selama puasa Ramadhan. Tapi setelah Ramadhan, hal ini cenderung kembali normal dalam enam minggu berikutnya. Jadi, penurunan berat badan bersifat sementara,” jelasnya.

“Ke depan, saya pikir langkah selanjutnya adalah menemukan cara-cara memperpanjang manfaat tersebut,” tambahnya. (AK/R01/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.