بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (٦٣) وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا (٦٤) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلاً (٦٥) (الاسراء [١٧]: ٦٢)
“Allah berfirman, “Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup (63). Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka (64). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga (65).”(Q.S. Al-Isra [17]: 63-65)
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Kisah godaan Iblis terhadap Nabi Adam Alaihi Salam dan anak cucunya disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam tujuh surah pada Al-Quran yaitu; Al-Baqarah [2], Al-A’raf [7], Al-Hijr [15], Al-Isra [17], Al-Kahfi [18], Thaha [20], dan Shad [38].
Sebagian ilmuwan menyatakan bahwa kata Iblis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “diabolos” yang berarti melontar, mencampakkan dan sangat buruk.
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata Iblis berarti putus asa, bingung dan diam karena kehabisan argumen. Ulama yang lain menjelaskan, kata Iblis adalah julukan bagi nenek moyang bangsa jin yang memiliki nama asli “Azazil atau Naail”. Ia (Iblis) adalah makhluk pertama yang membangkang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk sujud kepada Adam Alaihi Salam. Sejak itulah, dia disebut Iblis karena pembangkangannya terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Iblis menganggap bahwa Allah tidak adil. Ia beranggapan dirinya lebih mulia daripada Adam Alaihi Salam karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam Alaihi Salam diciptakan dari tanah. Alasan ini keliru karena api menyimpan banyak kelemahan jika dibandingkan dengan tanah, di antaranya;
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
- Api sifatnya membakar dan memusnahkan, sedangkan tanah sifatnya mengembangkan dan memberi kehidupan.
- Api sifatnya berkobar, tidak mantap, sangat mudah diombang-ambingkan oleh angin, sedangkan tanah sifatnya tenang, mantap dan tidak berubah-rubah.
- Api tidak dibutuhkan oleh tanah, bahkan manusia dapat hidup tanpa api, sedangkan tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
- Api walaupun ada manfaaatnya, tetapi bahayanya sangat besar, sedangkan tanah bahayanya sangat kecil.
- Api dapat dipadamkan oleh tanah, sedangkan tanah tidak binasa oleh api.
- Di dalam api, tidak terkandung unsur-unsur yang bermanfaat, sedangkan di dalam tanah terkandung unsur-unsur yang bermanfaat seperti emas, perak, batubara, air minyak bumi, dan lain-lain.
Karena merasa lebih mulia dari Adam Alaihi Salam, maka dengan pongah Iblis berkata kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قَالَ أَرَءَيْتَكَ هَٰذَا ٱلَّذِى كَرَّمْتَ عَلَىَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلًا (الاسراء [١٧]: ٦٢)
“Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil”. (QS. Al-Isra [17]: 62)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menginformasikan pada ayat-ayat selanjutnya, bahwa Dia mengabulkan permintaan Iblis untuk ditangguhkan umurnya sampai Hari Kiamat dan diizinkan menggoda anak cucu Adam sehingga mereka tersesat dari kebenaran. Adapun cara-cara yang dilakukan Iblis untuk menyesatkan anak cucu Adam adalah:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
- Memperdaya dengan suara
Ibnu Abbas mengatakan, sehubungan dengan surah Al-Isra ayat 64 di atas, bahwa yang dimaksud adalah setiap penyeru yang mengajak manusia kepada perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah yang dimaksudkan dengan suara Iblis.
Mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan suara Iblis adalah segala hiburan dan nyanyian yang membuat manusia terbuai dan lupa diri dari mengingat Allah.
2. Mengerahkan tentara berkuda dan pejalan kaki
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan, yang dimaksud tentara berkuda dan pejalan kaki Iblis adalah setiap orang yang berkendara dan berjalan kaki untuk melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Qatadah mengatakan, “Sesungghnya Iblis mempunyai pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki dari kalangan manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang tunduk kepada perintah setan.
Sedangkan ulama lainnya mengatakan, Iblis tidak mempunyai pasukan berkuda dan pejalan kaki, tetapi yang dimaksud adalah para pengikut dan pembantu-pembantunya dari manusia, baik yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki.
3. Bersekutu dalam urusan harta dan anak
Menurut Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H) persekutuan Iblis pada harta adalah rayuannya kepada manusia agar hartanya digunakan untuk memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segala perbuatan yang haram.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Sedangkan persekutuan Iblis dalam hal anak adalah pemberian pendidikan yang salah sehingga anak-anak itu tidak lagi mengenal agama yang akan menjadi pegangan hidupnya.
Akibat persekutuan Iblis dalam hal pendidikan anak, kita lihat di zaman modern ini, banyak anak-anak yang tidak mengenal agamanya dan bahkan berbeda agama dengan orang tuanya (menjadi murtad).
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, persekutuan (kerja sama) Iblis dengan manusia dalam harta adalah perintah Iblis kepada manusia untuk menggunakan harta dalam hal maksiat. Menurut Atha’ yang dimaksud persekutuan harta adalah melakukan riba. Sedangkan Al-Hasan mengatakan, yang dimaksud adalah mengumpulkan harta dengan jalan kotor dan membelanjakannya di jalan yang haram.
Persekutuan Iblis dalam hal anak, di samping pemberian pendidikan yang salah (tidak Islami) menurut para ulama adalah:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
a. Melakukan perzinahan sehingga lahir anak-anak dari hasil zina dan banyak anak-anak yang dibunuh karena zina.
b. Memberi nama kepada anak dengan nama yang tidak Islami, seperti Abdul Ka’bah, Abdul Masih, Al-Khaliq. Ar-Rahman, Al-Ahad dan sebagainya.
c. Memberikan celupan atau pembiasaan pada anak dengan kebiasaan yang tidak Islami.
4. Membuat janji palsu
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Untuk menipu dan menyesatkan manusia, Iblis membuat berbagai janji, tetapi semua janjinya adalah palsu. Iblis mengajak manusia untuk tidak taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan, ketaatan itu tidak ada gunanya sebab kehidupan akhirat itu tidak ada, yang ada hanyalah kehidupan dunia. Janji-janji Iblis itu dibungkus dengan pakaian kebenaran (logis) sehingga manusia banyak yang tergoda dan mereka mengikutinya.
Kepalsuan janji Iblis akan diungkapkan tabir kebohongannya pada saat di akhirat nanti ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi keputusan yang hak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (إبراهيم [١٤]: ٢٢)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (Q.S. Ibrahim [14]: 22)
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan pada Surah Al-Isra ayat 65 di atas, bahwa segala cara yang dilakukan Iblis untuk menjerumuskan manusia pasti akan gagal apabila dilakukan kepada hamba-hamba Allah yang beriman. Allah akan menguatkan hamba-hambaNya yang beriman dan menjaga mereka dari godaan Iblis, sebagaimana yang disebutkan dalam akhir ayat ini melalui firmanNya.
وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلاً
“Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga”
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Ayat ini merupakan isyarat bahwa manusia tidak mungkin akan mampu menghadapi godaan Iblis kecuali dengan penjagaan dan pemeliharaan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui keimanan mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُنْضِي شَيَاطِينَهُ كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعِيرَهُ فِي السَّفَرِ (رواه احمد)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman benar-benar dapat mengekang setan-setannya sebagaimana salah seorang di antara kalian mengekang untanya ketika dalam perjalanan.” (H.R. Imam Ahmad)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Agar kita selamat dari godaan Iblis, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan beberapa tuntunan, antara lain:
- Membaca ayat Kursi dan surah Muawidzatain (Surah Al-Falaq dan An-Naas)
- Banyak berdzikir dan mengingat Allah, terutama membaca Al-Quran.
- Istinsyaq (memasukan air ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkan air dari hidung) setelah bangun tidur (dalam wudhu).
- Berdoa ketika hendak tidur dan tidak tidur sampai pagi sehingga tidak dapat melaksanakan shalat tahajud atau shalat subuh.
- Membaca doa ketika masuk kamar mandi.
Dengan mewaspadai godaan Iblis, kita akan dapat menyelamatkan diri dan generasi kita dari segala hal yang menjauhkan dari agama. Dengan demikian terwujudlah generasi emas yang dapat melanjutkan estafet perjuangan menegakkan agama di masa yang akan datang.
والله أعلمُ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)