Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi (Nana Suryana S.Pd.I)

Oleh: Nana Suryana S.Pd.I ()

Berbicara tentang globalisasi dalam dunia tentunya sudah tidak asing lagi, sebab terjadinya arus globalisasi sendiri merupakan produk dari sebuah pendidikan, baik yang dilakukan secara terstruktur mau pun tidak, dirasakan secara langsung dengan sadar atau pun secara tiba-tiba kita baru sadar sudah berada dalam kancah globalisasi.

Perubahan dalam arus globalisasi tentunya tidak bisa dielakkan lagi, seperti hal waktu terus berjalan melewati masa lalunya, mulai terhitung perdetik hingga pertahunnya, perubahan akan terus menyeret paksa kita ke masa mendatang, siapa yang diam akan tertinggal, siapa menghadang akan terlindas, siapa berjalan sesuai arus akan tersampaikan pada ujung waktu yang telah ditentukan. Namun yang harus kita perhatikan dalam arus globnalisasi ini adalah pijakan kaki langkah hidup dan pegangan tangan agar kita tidak terbawa arus yang menyesatkan.

Pendidikan berperan penting untuk mengendalikan arus globalisasi ini, apa pun yang diajarkan kepada peserta didik, saat ini menjadi tolak ukur bagaimana kondisi masyarakat dimasa mendatang, disadari ataupun tidak, pastinya dimasa dua puluh tahun mendatang anak didik kita hari ini membawa pola pikir dan karakter sehingga berbuat sebagai aktor dalam dunia global itu, contoh: ketika dua puluh tahun yang silam kita belajar mengetik dengan menggunakan mesin tik manual yang serba terbatas, hari ini sudah beralih menggunakan komputer teknologi semakin canggih, besok lusa anak didik kita akan berperan lebih lagi sesuai perkembangan teknologi.

Perubahan-perubahan dalam kehidupan kita ini dengan hitungan per-detik, keberuntungan dan kerugian adalah dua sisi yang saling berdampingan memberikan penilaian pada pelaku pengisi waktu, keyakinan dan kemauan yang tinggi dengan kreatifitas serta inovasi yang berkembang dan berkolaborasi diantara potensi alam menjadi seleksi natural (sunnatullah) penentu keputusan akhir dari kehidupan.

Tantangan zaman tidak akan berhenti, akan selalu ada mengikuti kehidupan kita, dimana pun berada dan dalam situasi-kondisi itulah diperlukannya sebuah keyakinan, kemauan, inovasi dan kolaborasi mengambil sikap yang tepat untuk bertahan dan mengendalikan waktu.

Sebagaimana Allah firman didalam QS Al ‘Ashr :

وَالْعَصْرِۙ

 اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

Kerugian manusia dalam waktu ini, sebab dia tidak memiliki keimanan, tidak memiliki pergerakan perbaikan, tidak memiliki inovasi dan kolaborasi dalam pemanfaatan waktu ini.

Tantangan dunia pendidikan saat ini adalah kehidupan sosial/masyarakat tanpa batas, pengetahuan ilmu semakin meluas dan berkembang pesat, kesadaran tentang hak dan kewajiban secara internasional, perdagangan semakin bebas termasuk dalam dunia pendidikan.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa globalisasi ibarat membuka kran keterbukaan dalam segala unsur kehidupan kita tanpa batas. Terutama dalam bidang pendidikan akan membuka kran informasi pengetahuan yang disebut transfer informasi, informasi tentang ilmu dan pengetahuan akan bersaing dengan informasi-informasi lain yang sifatnya tidak mendidik.

Maka disinilah tantangan dunia pendidikan, “Bagaimana pendidikan berperan penuh untuk mengimbangi informasi lain, atau mengarahkan peserta didiknya agar bisa menilai dan memilih informasi yang didapatkan, yang dapat memberikan manfaat bagi diri dan masyarakatnya”.

Peranan pendidikan dalam kondisi global harus meningkatkan serta meluaskan fungsinya dengan fleksibel dan berorientasikan pada pemberdayaan potensi masayarakat, terutama pada persiapan generasi yang berkarakter guna menyongsong pradaban baru dimasa mendatang. Memiliki sikap mental yang tangguh, mandiri, dan siap bersaing dalam arena globalisasi, baik dalam dunia nyata atau pun dalam dunia maya.

Sehingga penilaian out put dari pendidikan tidak sebatas kognitifnya saja, melainkan harus meliputi potensi psikomotor dan utamanya adalah potensi afektif.

Keterbukaan informasi secara bertahap membuka peluang untuk peningkatan proses pencapaian dari tujuan pendidikan itu sendiri, jika pendidikannya bisa memanfaatkan arus informasi kepada hal-hal yang berorientasi peningkatan mutu perndidikan.

Namun jika tidak dapat memanfaatkan arus informasi ini untuk membangun kesetaraan dengan sektor-sektor lainnya, maka akan terjadi kepincangan atau kesenjangan informasi, dan berakibat buruk untuk semua sektor kehidupan.

Ketika hal tersebut sudah mulai terasa akibat ketidak seimbangan arus inforamsi, maka peran pendidikan memiliki tantangan untuk bertindak merekontruksi apa yang sudah terjadi atau memulihkan kembali mutu pendidikan menuju arah sesuai Visi dan Tujuan pendidikan baik secara regional, nasional, atau pun internasional. Berarti pendidikan harus mempersiapkan kurikulum yang dapat merangkul semua kebutuhan lapisan masyarakat sesuai dengan kondisi global. (A/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.