Palangka Raya, MINA – Tanwir 2 Pemuda Muhammadiyah yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, memutuskan satu khittah yang disebut sebagai Khittah Kahayan.
“Khittah itu garis besar panduan yang kami sebut sebagai Khittah Kahayan itu karena di Kalimantan Tengah ada Sungai Kahayan maka kami sebut Khittah Kahayan,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, Selasa (28/11).
“Khittah Kahayan itu berisi tentang ahlak politik kebangsaan Pemuda Muhammadiyah,” ia menambahkan seperti dikutip MINA dari laman Muhammadiyah.or.id.
Dia menjelaskan bahwa Khittah Kahayan ini punya empat nilai. Pertama, nilai Ketauhidan.“Mereka-mereka yang percaya dengan adanya Allah SWT itu pasti berbuat sesuatu paham betul bahwasannya kita terus diawasi dalam berpolitik juga dan kita harus mempertanggungjawabkan aktivitas itu kepada Allah atau Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Kedua nilai Ubudiyah bahwasanya sesungguhnya apa yang kita lakukan termasuk politik adalah bagian dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT.
“Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah jadi semua kegiatan itu termasuk politik adalah ibadah. Berpolitik dalam rangka menjaga agama dan menyiasati dunia jadi harus dipahami ahlak kebangsaan Pemuda Muhammadiyah,” tambah dia.
Ketiga, lanjutnya adalah nilai Kemaslahatan,politik harus digunakan sebagai alat menyejahterakan, mencerdaskan. “Politik harus dihadirkan sebagai alat pencerahan, alat menggembirakan nah itu yang harus didorong oleh para politisi muda Indonesia,” tambah Dahnil.
Terakhir adalah nilai Dakwah, kita sering sekali menyebut diri kita gerakan dakwah amar maruf nahi mungkar, semangat ini harus tetap dibawa dalam ruang-ruang politik.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Harus paham politik bukan hitam dan putih, atau halal atau haram politik sering sekali berada di ruang tengah, politik harus diposisikan sebagai alat dakwah yang mencerahkan memajukan dan menggembirakan tentu itu yang akan kami sampaikan kepada calon pemimpin muda kita di masa mendatang,” ujarnya.
Masa depan politik Indonesia, Dahnil menekankan, tidak akan mendapatkan pencerahan dan kemajuan apabila para politisi negeri ini tidak memiliki nilai-nilai kebangsaan. Menurut Dahnil negeri ini kekurangan standar akhlak yang tinggi.
“Kita bisa dipertotonkan ada orang yang melakukan akrobat hukum yang luar biasa dan semua kita dipertunjukkan dengan praktik itu, jadi seolah-olah nalar ilmiah kita itu dihinakan seolah-olah seluruh rakyat Indonesia bodoh dan tolol sehingga bisa melakukan akrobat yang luar biasa untuk menghindari hukum dan sebagainya kita dipertontonkan setiap hari,” kritiknya. (T/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta