Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarawih Express: Antara Kecepatan dan Kekhusyukan

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views

Tarawih ekspres antara kuantitas atau kualitas (foto: ig)

DI BULAN Ramadhan yang penuh berkah, umat Islam berbondong-bondong memenuhi masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Suasana malam yang syahdu, lantunan ayat suci yang menggetarkan hati, serta harapan akan ampunan Allah menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap muslim. Namun, di tengah semangat ibadah yang membara, muncul sebuah fenomena yang kian marak: Tarawih Expressshalat tarawih yang dilakukan dengan kecepatan luar biasa, seolah-olah berpacu dengan waktu.

Tak jarang, imam membaca Al-Fatihah dan surat pendek dengan tempo yang hampir tak terdengar, ruku’ dan sujud dilakukan sekilas, seakan-akan hanya menjadi formalitas. Jamaah pun berusaha mengikuti irama kilat sang imam, tanpa sempat meresapi bacaan maupun makna dari setiap gerakan shalat. Dalam hitungan menit, shalat tarawih yang seharusnya menjadi momen mendekatkan diri kepada Allah telah usai, menyisakan lelah fisik tetapi hampa dalam jiwa.

Di satu sisi, ada kebanggaan bisa menyelesaikan shalat 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat dalam waktu singkat. Namun di sisi lain, muncul pertanyaan: Apakah shalat seperti ini masih bernilai di sisi Allah? Apakah kita lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas ibadah? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyontohkan shalat yang penuh ketenangan dan kekhusyukan, mengajarkan bahwa esensi ibadah bukan terletak pada jumlah rakaat, tetapi pada bagaimana kita menghadirkannya dengan hati yang tulus.

Fenomena Tarawih Express ini perlu dikaji lebih dalam. Apakah sah menurut syariat? Apakah memenuhi syarat rukun shalat? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa menjalankan shalat tarawih dengan benar tanpa kehilangan semangat Ramadhan? Mari kita telusuri lebih jauh dalam pembahasan berikut ini.

Baca Juga: Defisit Amal: Sebab dan Solusi Menurut Islam

Shalat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakannya dengan penuh kekhusyukan dan ketenangan. Namun, di beberapa tempat, muncul fenomena “Tarawih Express”, yaitu pelaksanaan shalat tarawih dengan kecepatan yang luar biasa, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah shalat tersebut masih memenuhi kaidah syar’i dan ruh ibadah yang sebenarnya.

Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari di bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keutamaan ini menunjukkan bahwa shalat tarawih seharusnya dikerjakan dengan penuh penghayatan dan bukan sekadar menggugurkan kewajiban.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak pernah melaksanakan shalat tarawih dengan tergesa-gesa. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil, ruku’ dan sujudnya pun dilakukan dengan tenang. Bahkan dalam suatu riwayat, beliau pernah shalat malam dengan membaca surat Al-Baqarah, An-Nisa’, dan Ali ‘Imran dalam satu rakaat, yang menunjukkan betapa lamanya waktu yang dihabiskan dalam shalat.

Baca Juga: Kebiadaban Zionis Israel di Bulan Ramadhan

Tuma’ninah: Syarat Sahnya Shalat

Salah satu rukun shalat yang tidak boleh diabaikan adalah tuma’ninah, yaitu berhenti sejenak dalam setiap gerakan shalat hingga anggota tubuh benar-benar tenang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seseorang yang shalatnya tergesa-gesa, “Kembalilah dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa shalat yang terlalu cepat hingga tidak memenuhi tuma’ninah bisa dianggap tidak sah.

Fenomena “Tarawih Express” sering kali mengabaikan tuma’ninah. Imam membaca Al-Fatihah dan surat pendek dengan kecepatan luar biasa, ruku’ dan sujud dilakukan sekadar membungkukkan badan, tanpa ada ketenangan dalam setiap gerakan. Padahal, shalat yang dilakukan seperti ini tidak hanya berpotensi tidak sah, tetapi juga kehilangan nilai spiritualnya.

Baca Juga: Qia, Balita Tasikmalaya, Kirimkan Cinta untuk Anak-Anak Palestina Lewat Celengan

Shalat adalah bentuk komunikasi seorang hamba dengan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian berdiri shalat, maka ia sedang bermunajat kepada Rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana mungkin seorang hamba bisa bermunajat dengan baik jika ia melakukannya dengan tergesa-gesa?

Sebagian orang lebih mementingkan jumlah rakaat daripada kualitas shalat. Mereka beranggapan bahwa semakin banyak rakaat, semakin besar pahalanya. Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri hanya melaksanakan shalat tarawih dalam jumlah yang tidak terlalu banyak tetapi dengan kualitas yang sangat tinggi.

Para ulama menegaskan bahwa shalat yang terlalu cepat hingga tidak memenuhi tuma’ninah tidak sah. Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni menyatakan bahwa tuma’ninah adalah rukun shalat yang harus dipenuhi, jika tidak, maka shalat seseorang dianggap batal.

Baca Juga: 9 Kiat Mudik Aman

Seorang imam seharusnya bertanggung jawab dalam membimbing jamaah menuju shalat yang berkualitas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian mengimami shalat orang lain, maka hendaklah ia meringankan shalatnya, karena di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan berkebutuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksud dari meringankan bukan berarti terburu-buru, tetapi menyesuaikan dengan kemampuan jamaah tanpa menghilangkan esensi kekhusyukan.

Solusi dari fenomena “Tarawih Express” adalah menyeimbangkan antara waktu dan kualitas shalat. Jamaah dan imam seharusnya menyadari bahwa shalat adalah ibadah yang membutuhkan ketenangan. Jika tidak mampu melaksanakan 20 rakaat dengan khusyuk, lebih baik mengerjakan 8 rakaat tetapi dengan kualitas yang baik.

Banyak orang yang tidak menyadari kesalahan dalam shalat mereka karena kurangnya pemahaman tentang fiqih shalat. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan pembinaan mengenai tata cara shalat yang benar sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Baca Juga: Akhlak Rasulullah sebagai Teladan Kehidupan

Tarawih bukan sekadar formalitas, tetapi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kesadaran akan hakikat ini akan membantu umat Islam untuk tidak tergesa-gesa dalam shalat dan lebih menghargai ibadah mereka.

Fenomena “Tarawih Express” seharusnya tidak menjadi kebiasaan. Umat Islam perlu kembali kepada tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan penuh penghayatan. Dengan demikian, ibadah ini tidak hanya sah secara fiqih, tetapi juga memberikan manfaat spiritual yang maksimal bagi setiap muslim.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Mengenal Sejarah Budaya Mudik

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Ramadhan 1446 H
Khutbah Jumat
Kolom
Indonesia
Indonesia
Indonesia