Crimea, 20 Rajab 1435/19 Mei 2014 (MINA) – Melanggar larangan penguasa baru Rusia, ribuan Tatar Crimea berkumpul di sebuah masjid, Ahad, pada Ahad untuk memperingati 70 tahun hari deportasi massal keluarga mereka saat Uni Soviet dipimpin oleh Josef Stalin.
Muslim Tatar Crimea adalah salah satu penentang paling keras atas aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina dan mereka mengutuk larangan “tidak manusiawi” tentang pertemuan massa, yang dikeluarkan sehari sebelum tanggal peringatan deportasi massal Muslim Tatar Crimea.
Massa yang berkumpul melambaikan bendera biru dan kuning serta meneriakkan slogan-slogan, mereka berunjuk rasa di luar masjid di pinggiran ibukota, Simferopol, di mana helikopter militer Rusia berputar-putar di atasnya, The Guardian yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
Era 1944, Soviet mendeportasi 200.000 etnis Tatar ke Siberia dan Asia Tengah serta banyak membunuh yang lainnya, menjadi alasan bagi Tatar Crimea menaruh ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pemerintah Rusia. Banyak yang masih mengasosiasikan kekuasaan Moskow dengan penindasan, pengasingan dan penderitaan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Rakyat, tanah air, Crimea!” teriak kerumunan massa. Satu spanduk berbunyi: “Kenangan Abadi bagi para korban genosida – Tatar Krimea”.
Tokoh masyarakat Tatar termasuk Ketua Dewan Mejlis Refat Chubarov dan Kepala Mufti Crimea membuat kasasi kepada massa yang hadir untuk keutuhan Ukraina.
“Kami tidak berpikir kami akan mengenang peringatan dalam situasi seperti ini,” kata Chubarov. “Saya tidak punya solusi untuk masalah kami, tapi saya tahu bahwa kami hanya akan dihormati jika kami bersatu.”
Mufti Emirali Ablaev memimpin doa untuk para leluhur yang hadir dan menyerukan dialog dengan kepemimpinan baru di kawasan itu.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Sambil menatap helikopter di atas mereka, Ablaev mengatakan kepada massa, “Mereka mengawasi kita, mereka takut pada kita.”
Dalam resolusi yang disetujui pada rapat umum Ahad, rakyat Tatar menuntut Crimea memiliki status otonom dalam kekuasaan Rusia untuk melindungi hak-hak mereka. Tatar yang berjumlah lebih dari 12 % penduduk Crimea, sebesar dua juta, juga menuntut undang-undang yang bisa menjamin keterwakilan mereka di pemerintahan Crimea.
Mejlis yang berencana mengadakan unjuk rasa di alun-alun utama Simferopol, mengubah lokasi aksi pada menit terakhir, tampaknya berharap pihak berwenang Crimea tidak campur tangan.
Ahad sore, alun-alun dipagari dan dijaga oleh jajaran polisi anti huru-hara Rusia dan pro-Rusia untuk “membela diri”, berdiri di samping unit lapis baja pengangkut personil.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Para pemimpin Mejlis mengatakan, petugas Dinas Keamanan Federal Rusia telah menyerbu rumah beberapa warga Tatar awal pekan ini, mengutip kecurigaan “kegiatan teroris”.
Banyak Tatar Crimea yang ingin tetap di Ukraina dan memboikot referendum 16 Maret, di mana pihak berwenang mengatakan hampir 97 % pemilih mendukung bergabung dengan Rusia .
Para pejabat Rusia termasuk Presiden Vladimir Putin, telah berjanji bahwa hak Tatar akan dihormati, tetapi kelompok hak OSCE dan demokrasi pekan ini mengatakan, situasi mereka “sangat berbahaya” sejak aneksasi itu. (T/P09/IR).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza
Baca Juga: Demonstrasi Meletus di Paris Protes Galang Dana Zionis