Taushiyah Imaamul Muslimin Sehubungan Gempa Bumi Di Pidie Jaya Aceh

Sehubungan dengan terjadinya berkekuatan 6,5 Skala Richter di Jaya dan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka serta hancurnya infrastruktur serta banyak bangunan di atasnya yang mengakibatkan kerugian material dan non-material, maka bersama ini menyampaikan taushiyahnya sebagai berikut:

  1. Hendaknya disadari bahwa gempa bumi tersebut dan semua hal yang ada di semesta raya terjadi karena izin dan kehendak Allah sebagaimana yang difirmankan-Nya di dalam Al-Qur’an, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. (Q.S. Al-An’am [6]: 59)
  2. Suatu bencana alam hendaknya dilihat sebagai peringatan dari Allah dan dijadikan pelajaran untuk memperbaiki diri dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang mungkin diperbuat dalam hidup. Dengan hati yang bersih tentu akan ditemukan sebab-sebab suatu musibah ada terkait dengan kesalahan atau kelalaian tangan manusia sebagaimana diingatkan Allah  dalam ayat berikut, “dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(Q.S. Asy-Syuraa [42]: 30). Kehendak Allah  agar manusia memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang benar ditegaskan pula dalam ayat berikut, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).(Q.S. Ar-Ruum [30]: 41)
  3. Kepada para korban bencana semoga mampu bersabar dalam menjalani cobaan tersebut dan mendapat ganti yang lebih baik serta yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung dan penolong. Inilah sikap orang-orang yang beriman yang terkandung dalam Al-Qur’an berikut ini, “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.(Q.S. Al-Baqarah [2]: 155-156). Dengan sikap itulah semangat hidup akan bangkit kembali dan optimis menggapai pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang lebih besar. Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (Q.S. At-Taubah [9]: 51). Sementara itu bagi korban yang wafat terutama bagi kaum muslimin, semoga mereka mendapat kematian khusnul khatimah bahkan bernilai syahid.
  4. Selain sabar perlu juga dikembangkan sikap hati-hati terhadap datangnya musibah di masa mendatang karena adanya dosa dan kemaksiatan yang mungkin dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat. Inilah yang pernah diingatkan oleh Rasulullah ketika suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.” Lalu, Nabi  menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”. Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat gempa dan musibah lainnya terjadi lagi pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab , beliau berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andaikata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!” Umar  mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
  5. Kepada kaum muslimin di mana saja berada, dihimbau hendaknya musibah tersebut pun dijadikan peringatan untuk memperbaiki diri dan lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaum muslimin hendaknya lebih mengembangkan semangat ukhuwah Islamiyah di mana setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya dan dalam ikatan keimanan itu saling berkasihsayang sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang dan saling mencintai adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota badannya sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak dapat tidur dan merasa demam.(H. Bukhari dan Muslim)
  6. Berdasarkan semangat ukhuwah Islamiyah itu dihimbau agar kaum muslimin di mana saja berada ikut serta memberikan bantuan moril maupun materiil dengan ikhlas dan menghindari dorongan politik atau motivasi-motivasi lain yang dapat merusak amal di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
  7. Semoga Allah menerima semua kesabaran kaum muslimin di Pidie Jaya dan memberkahi semua bantuan kemanusian dari kaum muslimin di mana pun, serta memberikan perlindungan dan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba- Aamiin.

Jakarta, 7 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 7 Desember 2016 M

Imaamul Muslimin

 

K.H.

(R05/P2)