Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temanggung Jateng Optimis Turunkan Angka Kemiskinan

Zaenal Muttaqin Editor : Arif Ramdan - Jumat, 26 Juli 2024 - 18:32 WIB

Jumat, 26 Juli 2024 - 18:32 WIB

9 Views

Pj Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo di rakor percepatan penanggulangan kemiskinan daerah (Foto: Hms. Pemkab)

Temanggung, MINA – Penjabat (Pj) Bupati Temanggung, Jawa Tengah (Jateng), Hary Agung Prabowo menyatakan optimisme terhadap upaya percepatan pengurangan angka kemiskinan di Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Temanggung pada tahun 2024 mencapai 8,67%, turun 0,59% dari tahun sebelumnya yang sebesar 9,26%.

“Alhamdulillah, menurut laporan BPS, angka kemiskinan di Temanggung turun dari 9,26% menjadi 8,67%,” ujar Hary saat menghadiri Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di Aula Progo, Kantor Bappeda Temanggung, Jumat (26/7).

Hary menambahkan, penurunan ini berarti jumlah penduduk miskin berkurang dari 78.000 orang menjadi 62.000 orang.

Baca Juga: Syeikh El-Awaisi: Cinta di Balik Nama Baitul Maqdis

“Ini pencapaian luar biasa. Temanggung kini berada di peringkat ke-13 di Jawa Tengah dan kedua di wilayah Purwomanggung. Kami akan terus berupaya menurunkan angka kemiskinan ini,” tegasnya.

Selain penurunan kemiskinan umum, kemiskinan ekstrem di Temanggung juga mengalami penurunan signifikan, dari 0,89% menjadi 0,33%, atau sekitar 2.850 jiwa.

Menurut Hary, penurunan ini dicapai melalui berbagai program percepatan, termasuk bantuan rumah tidak layak huni (RTLH), pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kepala Bappeda Temanggung, Dwi Sukarmei menjelaskan, ada delapan faktor utama yang mempengaruhi kemiskinan ekstrem di daerah tersebut.

Baca Juga: Tinjau Program Bantuan di Herat, MER-C Kirim Tim ke Afghanistan

Faktor-faktor ini meliputi pendapatan per individu yang tidak mencapai Rp11.000 per hari, keterbatasan akses sanitasi, kurangnya layanan air bersih, serta rendahnya tingkat pendidikan, dengan banyak penduduk yang hanya lulusan SD atau tidak menyelesaikan sekolah.

Sebagian besar penduduk juga bekerja sebagai buruh atau pengangguran.

“Kami memiliki tiga strategi utama untuk mengatasi masalah ini. Pertama, kami fokus pada pengurangan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan, termasuk program bantuan pendidikan untuk keluarga miskin,” pungkas Dwi. []

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: Masa Tenang Pilkada 2024 Dimulai Hari Ahad Ini

Rekomendasi untuk Anda