Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tenanglah, Semua Bisa Diselesaikan (Oleh : Iwan Abdurrahman)

Nur Hadis - Sabtu, 17 September 2022 - 14:06 WIB

Sabtu, 17 September 2022 - 14:06 WIB

20 Views

Oleh : Iwan Abdurrahman Wartawan Kantor Berita MINA, Mahasiswa STISA – Abdullah bin Mas’ud

Seorang penulis terkenal asal Amerika, John C Maxwell, mengatakan bahwa persoalan terbesar yang selalu dihadapi manusia ketika memiliki masalah atau persoalan hidup adalah terlalu cepat menilainya sebagai kegagalan. Hingga akhirnya manusia menerima keadaan begitu saja tanpa mau berpikir bahwa semua persoalan hidupnya masih bisa diselesaikan. Meratapi nasib buruk secara terus menerus justru membuat manusia semakin terpuruk pada keadaan yang semakin buruk.

Yang seharusnya dilakukan bukan meratapi persoalan yang ada, tapi kesediaan untuk mengingat gambaran besar dari persoalan yang dianggap kegagalan. Karena dengan mengingat gambaran besar itulah seseorang dapat memiliki ketekunan untuk memperbaiki diri.

Ketekunan membuat manusia memiliki daya tahan besar terhadap masalah atau persoalan. Daya tahan inilah yang nantinya akan memberi kesempatan untuk meraih kesuksesan. Kesediaan untuk bangkit dari keterpurukan membuat manusia memiliki semangat melakukan perubahan.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Keseriusan berikhtiar dalam menerima kegagalan merupakan sesuatu yang harus dijaga, agar tidak merusak usaha dalam mewujudkan impian dan cita-cita. Hanya dengan merubah cara pandang kegagalan dari negatif menjadi positif, maka manusia akan memiliki kemampuan untuk meraih semua yang diharapkan.

Banyak yang menganggap kegagalan adalah sesuatu yang harus kita hindari, karena banyak yang berpandangan bahwa kegagalan merupakan masalah besar yang dapat merusak semua harapan dalam hidup. Menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya adalah cara pandang yang kemudian membuat banyak manusia terbentur dengan masalah yang sesungguhnya.

Seharusnya tidak seperti itu, sebenarnya kegagalan bukan masalah, tapi merupakan bagian dari proses menuju puncak kesuksesan yang hakiki. Sayangnya, pandangan negatif itulah yang cenderung melekat ke dalam benak seseorang, sehingga setiap kali usaha mewujudkan cita-cita tak kunjung sampai, seseorang itu sudah merasa gagal, sehingga membuatnya putus asa, tidak percaya diri, dan meratapinya. Keterpurukan itulah yang membuat manusia benar-benar berpikir bahwa ia telah gagal. Sehingga tidak mampu bangkit kemudian menyebabkan ia kehilangan momentum untuk memperbaiki diri.

Menurut John C Maxwell, ada beberapa  anggapan keliru yang biasa dimaknai seseorang sebagai kegagalan, diantaranya adalah :

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Pertama, banyak menyangka bahwa kegagalan dapat dihindari, padahal tidak. Kegagalan adalah partner terbaik dalam kehidupan. Karena kegagalan, seseorang bisa tahu akan sebuah kebenaran, setelah melaluinya, sebelum akhirnya menemukan keberhasilan dari kegagalan-kegagalan yang sudah lalui.

Sebab, suatu keberhasilan akan dapat diraih ketika manusia bersedia dengan tekun dan semangat pantang menyerah untuk merangkai dan menghadapi kegagalan-kegagalan yang ia alami, menjadi peluang untuk memperbaiki diri sebelum meraih kesuksesan besar.

Kedua, ada yang menyangka bahwa kegagalan adalah suatu peristiwa, padahal bukan. Kegagalan itu akibat dari pembentukan pikiran-pikiran negatif yang berkecamuk di dalam kepala manusia, maka akan berakibat pada sesuatu yang buruk juga, begitu juga sebaliknya. Kegagalan itu akibat yang ditimbukan ketika seseorang tidak pernah berusaha untuk bangkit dari persoalan atau masalah yang ada.

Ketiga, banyak yang menyangka kegagalan bersifat objektif, padahal sebenarnya tidak. Kegagalan adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai oleh orang lain, kegagalan hanya bisa dinilai oleh orang yang bersangkutan. Sebagai contoh, ketika seseorang dimarahi oleh dosen karena tidak mengerjakan tugas, atau dimarahi oleh atasan karena melakukan suatu kesalahan, maka suatu kesalahan itu jika seseorang menganggap bahwa saat itu dirinya telah gagal.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Sebab, kegagalan itu tidak bisa diukur dengan hal-hal seperti di atas, yang bisa menentukan apakah seseorang gagal atau tidak hanyalah bergantung pada persepsi dan respon yang seseorang berikan pada kekeliruan yang telah dilakukan tersebut.

Keempat, banyak juga yang menyangka bahwa kegagalan adalah sesuatu yang memalukan, padahal tidak demikian. Beberapa hal yang telah disampaikan di atas, seharusnya membuat kita tahu bahwa sisi lain dari kesukseaan adalah kegagalan yang seseorang ambil pelajarannya. Kegagalan dan kesuksesan akan selalu berjalan beriringan dan tidak dapat untuk dipisah-pisahkan, keduanya memiliki kedudukan yang sama atau seimbang. Sebab, tidak ada kesuksesaan yang bisa diraih tanpa adanya kegagalan. Kesuksesan dan kegagalan adalah kepastian Allah Subhanahuwata’ala yang sudah menjadi sunnatullah dan menjadi konskuensi.

Kelima, orang menganggap bahwa kegagalan adalah musuh, padahal bukan. Baik sadar atau tidak, ada saatnya seseorang menganggap bahwa kegagalan adalah musuh yang harus dihindari keberadaannya. Sebagai manusia normal, tentu manusia memiliki rasa takut, takut jika tidak bisa mencapai atau mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan cita-cita.

Pandanglah bahwa kegagalan adalah pintu yang harus dilewati untuk bisa masuk ke dalam ruang kesuksesan. Mungkin pintunya ada banyak sekali dan membutuhkan waktu yang panjang untuk melewatinya, akan tetapi sebagai manusia yang memiliki keyakinan dan keiman terhadap Sang Pencipta, adalah hal yang tidak pantas jika kita berputus asa dalam menghadapi semua cobaan.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Allah pun melarang hamba-Nya yang beriman untuk berputus asa, karena berputus asa adalah sifat orang-orang kafir. Dalam firman-Nya pada Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 83 :

وَاِذَآ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَـُٔوْسًا ٨٣

Apabila Kami menganugerahkan kenikmatan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri (dari Allah dengan sombong). Namun, apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa. (Q.S. Al-Isra ayat 83)

Dalam Tafsir Jalalayn diterangkan bahwa sifat orang-orang kafir ialah kufur saat diberikan kesenangan dan nikmat. Mereka bahkan enggan berzikir dan mengingat Rabb karena sudah diberi kelapangan, namun ketika sudah dihampiri kemiskinan dan kemelaratan, mereka berputus asa dari rahmat Allah.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Bersahabatlah dengan kegagalan, pandanglah kegagalan sebagai belokan jalan yang tetap harus dilewati, agar dapat menuai suatu keberhasilan dan kesuksesan di depan. Tidak selayaknya seseorang memperlakukan kegagalan sebagai musuh, jadikanlah kegagalan sebagai teman dekat yang senantiasa memberikan banyak pelajaran berharga untuk kehidupan. (A/Iwn/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Millenia
Kolom
Kolom
Kolom
MINA Millenia