Tel Aviv, MINA – Tentara pendudukan Israel pada Selasa (16/12) mengumumkan akan membentuk divisi baru yang terdiri dari lima brigade untuk meringankan beban tentara cadangan, tetapi media Israel mengungkap bahwa mereka gagal merekrut jumlah tentara yang dibutuhkan.
“Dalam perang ini, kami telah belajar bahwa [tentara Israel] perlu lebih besar dan lebih luas untuk menghadapi situasi sulit dan perang yang berkepanjangan,” kata Kepala Staf Herzi Halevi dalam pidato yang disiarkan televisi. Demikian dikutip dari MEMO.
“Selama beberapa bulan ini, kami membentuk brigade cadangan baru yang sebagian besar terdiri dari individu yang telah berusia di atas usia pengecualian dan telah menunjukkan kemauan, menyadari urgensi saat ini, untuk maju dan mengatakan bahwa kami akan kembali bertugas,” ujar Herzi.
Selama lebih dari 14 bulan, Israel, dengan dukungan Amerika, telah melakukan genosida di Jalur Gaza. Israel juga melancarkan perang yang menghancurkan di Lebanon antara 23 September dan 27 November.
Baca Juga: Doctors Without Borders: Situasi Kesehatan di Gaza Memburuk Tajam
Menurut Yedioth Ahronoth, militer menghadapi kesulitan besar dalam hal perekrutan relawan untuk divisi tersebut, karena hanya mampu merekrut 3.000 orang selama sembilan bulan dari 15.000 orang yang dibutuhkan. Dikatakan bahwa brigade “David” divisi tersebut akan beroperasi dalam dua misi, yang pertama adalah mengamankan perbatasan dengan Yordania dan yang kedua adalah “menghadapi skenario ledakan yang mirip dengan apa yang terjadi pada 7 Oktober 2023.”
Itu adalah hari ketika Hamas melintasi perbatasan nominal dan menargetkan 11 pangkalan militer dan 22 permukiman yang berdekatan dengan Gaza, membunuh dan menangkap tentara Israel sebagai tanggapan atas “kejahatan harian pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat suci mereka, khususnya Masjid Al-Aqsa.”
“Sekitar 15.000 prajurit infanteri ringan dijadwalkan bertugas di divisi tersebut, tanpa kendaraan lapis baja, tetapi dengan senjata pribadi, meriam, peluncur dan penembak jitu, selain kru pesawat nirawak untuk deteksi dan serangan,” tambah Yedioth Ahronoth.
Dikatakan bahwa divisi tersebut akan dikerahkan untuk mempertahankan Dataran Tinggi Golan, Lembah Yordan, Galilea, Yerusalem, dan Negev. Para prajurit akan menyimpan senjata dan perlengkapan lainnya di rumah mereka untuk memungkinkan mereka memberikan respons cepat terhadap “peristiwa peledakan”.
Baca Juga: Serangan Terbaru Israel ke RS Indonesia Ciptakan Kerusakan Parah
Genosida Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza adalah perang terpanjang oleh tentara pendudukan, sejak berdirinya negara Zionis di tanah Palestina yang diduduki pada tahun 1948. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Perkirakan Ada 100.000 Tentaranya Cacat pada 2030