Oleh Dr. Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) MUI, Founder Komunitas Iklim Sungai Cikeas (KISUCI)
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang dipenuhi tuntutan dan distraksi, kemampuan kita untuk fokus dan berkonsentrasi seringkali terganggu. Kelelahan mental menjadi hal yang lumrah, memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.
Namun, alam menawarkan solusi. Ketika kita berada di alam, kita cenderung lebih tertarik pada keindahan alam daripada fokus pada tugas tertentu. Hal ini karena alam menyediakan banyak hal menarik untuk dilihat dan didengar seperti pohon, gemercik air atau desiran angin. Ketertarikan ini memberikan pengalaman yang menyegarkan karena otak kita bisa beristirahat dari tuntutan untuk terus fokus.
Attention Restoration Theory (ART) menunjukkan bahwa kelelahan mental dan kemampuan konsentrasi dapat ditingkatkan dengan meluangkan waktu di alam atau melihat pemandangan alam. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa kita memiliki dua jenis perhatian: perhatian terarah dan daya tarik. Perhatian terarah adalah jenis perhatian yang kita gunakan saat fokus pada suatu tugas, sementara daya tarik adalah jenis perhatian yang kita gunakan saat secara pasif mengamati sesuatu yang menarik.
Baca Juga: Nabi Adam Manusia Pertama yang Membangun Masjidil Aqsa
ART menyatakan bahwa kemampuan otak untuk fokus pada stimulus atau tugas tertentu terbatas dan bisa mengakibatkan ‘kelelahan perhatian terarah’. Paparan terhadap lingkungan alami mendorong fungsi otak yang lebih mudah, sehingga memungkinkan otak pulih dan mengisi ulang kapasitas perhatian terarahnya.
Empat Komponen Utama Lingkungan Pemulihan dalam ART
Agar sebuah lingkungan dapat memberikan manfaat restorasi perhatian secara optimal, ART mengidentifikasi empat komponen kunci: Pertama, kita butuh suasana yang berbeda dari keseharian, yang memungkinkan kita untuk Being Away (menjauh) sejenak dari rutinitas dan beban pikiran. Inilah yang membantu mengurangi stres dan tekanan hidup.
Kedua, Extent (Keluasan). Lingkungan yang luas dengan banyak hal menarik untuk dilihat dan dieksplorasi (keluasan) bisa membuat kita merasa terhubung dan penasaran, sehingga mendorong kita untuk menjelajah lebih jauh.
Baca Juga: Lima Pelanggaran Zionis Israel di Lebanon
Ketiga, Soft Fascination (Kelembutan Daya Tarik). Ada daya tarik yang lembut, atau bisa dibilang pesona alami dari lingkungan itu, seperti suara aliran air, daun yang berguguran, atau pemandangan alam yang memikat perhatian kita tanpa harus kita sadari. Semua ini bisa memberikan ketenangan dan rasa nyaman.
Keempat, Compatibility (Kesesuaian). Lingkungan yang kita pilih juga harus sesuai dengan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Ketika suasana tersebut cocok dengan apa yang kita cari, maka pengalaman yang kita dapatkan akan lebih berarti dan memuaskan.
Bukti Ilmiah Terapi Hutan
Semakin banyak penelitian yang mendukung ART, menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam dapat memberikan berbagai manfaat kognitif dan psikologis. Studi-studi ini telah membuktikan bahwa terapi hutan atau forest healing dapat:Peningkatan kemampuan kognitif karena meningkatnya fokus, konsentrasi, dan daya ingat, Peningkatan kesehatan mental melalui pengurangan stres, kecemasan, dan depresi, Peningkatan kreativitas, pemikiran baru dan kemampuan pemecahan masalah.
Baca Juga: Masya Allah, di Pengungsian Anak-anak Gaza Tetap Menghafal Al-Quran
Bagaimana Terapi Hutan Meningkatkan Fokus Kita?
Berdasarkan ART, ada beberapa cara untuk memanfaatkan kekuatan penyembuhan hutan guna meningkatkan fokus:
Pertama, menghabiskan waktu di alam secara teratur: Berjalan-jalan di hutan, berkemah, atau sekadar duduk di bawah pohon dapat memberikan manfaat restorasi perhatian.
Kedua, menciptakan lingkungan kerja yang lebih alami: Menambahkan tanaman, suara alam, atau pemandangan alam ke ruang kerja dapat membantu mengurangi kelelahan mental dan meningkatkan fokus.
Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya
Ketiga, menggunakan teknologi untuk membawa alam ke dalam ruangan: Ketika akses ke alam terbatas, menonton video alam atau mendengarkan suara alam dapat memberikan manfaat serupa, meskipun mungkin tidak seefektif pengalaman langsung di alam.
Terapi hutan, didukung oleh ART, menawarkan pendekatan yang terbukti secara ilmiah untuk meningkatkan fokus, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan meluangkan waktu untuk terhubung dengan alam, kita dapat memanfaatkan kekuatan penyembuhannya untuk menyegarkan pikiran dan jiwa kita.
Sementara dalam perspektif Islam, manfaat terapi hutan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mendalam secara spiritual. Dalam Islam, alam dipandang sebagai salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merenungkan kebesaran-Nya.
Konsep Alam dalam Islam
Islam memandang alam sebagai tanda-tanda (ayat) kebesaran Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah sering kali mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya yang ada di alam, baik itu langit, bumi, pepohonan, maupun lautan. Allah berfirman dalam Surah Al-Imran ayat 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'” (QS. Ali Imran: 190-191)
Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa
Ayat ini mengajarkan bahwa merenungkan alam bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga merupakan ibadah yang mendalam. Ketika seseorang berada di alam dan mengamati keindahannya, ia diingatkan akan kebesaran Sang Pencipta. Alam dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, menemukan ketenangan batin, serta merefleksikan kehidupan.
Manfaat Terapi Hutan Menurut Ilmu dan Islam
Dalam tinjauan sains, terapi hutan telah terbukti memiliki berbagai manfaat kesehatan, seperti peningkatan konsentrasi, pengurangan stres, serta peningkatan kesehatan mental secara keseluruhan. Studi Attention Restoration Theory (ART) menunjukkan bahwa paparan lingkungan alami dapat membantu otak pulih dari kelelahan mental yang disebabkan oleh kehidupan modern yang penuh distraksi dan tekanan. Lingkungan yang penuh dengan elemen-elemen alami seperti pohon, suara gemericik air, dan angin yang berhembus dapat membantu mengembalikan kapasitas perhatian yang sudah terkuras.
Dari perspektif Islam, selain manfaat fisik tersebut, terapi hutan juga mendukung kesehatan spiritual. Ketika seseorang berada di alam, ia memiliki kesempatan untuk bermeditasi, mengingat Allah (dzikir), dan berdoa. Proses ini membantu seseorang menemukan kedamaian batin yang sejati. Dalam Islam, ketenangan jiwa merupakan aspek penting dari kesejahteraan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Berada di alam memungkinkan seseorang untuk merenungkan keindahan ciptaan Allah dan mengingat-Nya dalam keadaan tenang, jauh dari distraksi duniawi. Ini sejalan dengan praktik spiritual dalam Islam yang mendorong umat untuk berhubungan langsung dengan alam sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya interaksi dengan alam. Beliau sering kali melakukan perjalanan di alam terbuka, baik untuk beribadah, berdakwah, atau hanya untuk merenung. Salah satu hadits yang relevan adalah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian ada benih kurma, maka jika ia mampu untuk menanamnya sebelum kiamat itu tiba, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga dan memelihara alam, bahkan di saat-saat terakhir kehidupan. Interaksi dengan alam dalam Islam tidak hanya memberikan manfaat fisik dan spiritual, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.
Oleh karena itu, terapi hutan, selain didukung oleh penelitian ilmiah, juga sejalan dengan ajaran Islam tentang pentingnya berinteraksi dengan alam. Alam bukan hanya tempat untuk menenangkan pikiran, tetapi juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, merenungkan kebesaran-Nya, dan menemukan kedamaian spiritual. Dengan menghabiskan waktu di alam, seorang Muslim dapat memulihkan kesejahteraan fisik, mental, dan spiritualnya, sambil merenungi tanda-tanda kebesaran Allah yang tersebar di seluruh ciptaan-Nya.[]
Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia
Mi’raj News Agency (MINA)
Sumber:
- Ackerman, C.E. 2018. What is Kaplan’s Attention Restoration Theory (ART)? https://positivepsychology.com/attention-restoration-theory/
- Ohly, Heather, et al. 2016. Attention Restoration Theory A systematic review of the attention restoration potential of exposure to natural environments. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part B, 19:7, 305-343, DOI: 10.1080/10937404.2016.1196155
- Al-Qur’an, Surah Ali Imran: 190-191, Surah Al-A’raf: 31, Surah Ar-Ra’d: 28.
- Sahih Hadith: HR. Ahmad.
Baca Juga: Satu Tahun Taufanul Aqsa