Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terbongkar, Skandal dan Fakta Israel Culik Ribuan Bayi Yahudi

Rudi Hendrik - Kamis, 11 Agustus 2016 - 14:36 WIB

Kamis, 11 Agustus 2016 - 14:36 WIB

639 Views

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ketika seorang Yahudi warga Israel bernama Gil Grunbaum (60) mencoba mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya, layanan kesejahteraan kolonial Israel melakukan segala cara untuk mencoba menghentikannya, agar tidak menemukan keluarga kandungnya. Tidak ada pihak yang mendukung dirinya untuk tahu yang sebenarnya tentang asal usulnya.

Setelah pencarian selama tiga tahun di akhir tahun 1990-an, Grunbaum akhirnya mengetahui nama keluarganya, yaitu Maimon.

Orang tua kandung Grunbaum adalah seorang imigran baru dari Tunisia. Ia diberi tahu bahwa anaknya telah meninggal saat dilahirkan.

Baca Juga: Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikatpun Bershalawat kepada Nabi SAW

Grunbaum mengetahui skandal ini dari tempatnya sendiri pada tahun 1994, setahun sebelum penyelidikan Kedmi diluncurkan. Awalnya istrinya curiga karena sang suami tidak memiliki foto lahir atau akta kelahiran.

Namun, bukti-bukti yang berkembang menunjukkan bahwa bukan hanya seorang Grunbaum yang mengalami nasib seperti itu, mungkin ada ribuan anak-anak lain yang pernah diculik di masa dekade pertama keberadaan penjajah Israel di Palestina.

Akhir pekan lalu, Tzachi Hanegbi, seorang menteri yang bertugas menyelidiki kasus penghilangan orang, mengakui bahwa setidaknya ada ratusan anak-anak yang telah dirampas tanpa persetujuan orang tua mereka. Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat pemerintah mengungkapkan hal seperti itu kepada publik.

Hanegbi mengatakan di TV Israel, setelah seminggu pemeriksaan terhadap bukti yang disajikan di akhir 1990-an kepada komisi penyelidikan, terungkap bahwa anak-anak telah diambil dan dibawa pergi.

Baca Juga: Terapi Hutan Dalam Tinjauan Sains dan Islam

“Saya tidak tahu ke mana,” katanya.

Komisi penyelidikan yang telah mengeluarkan temuannya pada tahun 2001, menemukan bahwa sebanyak 5.000 anak-anak diduga kuat telah hilang selama enam tahun pertama dideklarasikannya Israel, meskipun yang diperiksa hanya 1.000 dari seluruh kasus.

Jacob Kedmi, mantan hakim Mahkamah Agung yang meninggal bulan lalu, menyimpulkan bahwa dalam kebanyakan kasus, anak-anak telah meninggal dan telah dikubur.

Kedmi menempatkan ratusan ribu dokumen yang berkaitan dengan kesaksian dan bukti yang terkunci selama 70 tahun. Namun, bukti-bukti itu tidak akan dipublikasikan untuk umum sampai 2071.

Baca Juga: Shalat dan Transformasi Spiritual

Akibatnya, muncul kecenderungan meningkatnya tekanan terhadap pemerintah agar membuka file adopsi negara, sehingga jumlah penghilangan dapat diukur dan keluarga yang terpisah bisa bersatu kembali.

Jadi muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kecurigaan. Mengapa bayi diambil dari keluarga mereka? Apakah rumah sakit dan organisasi kesejahteraan menjadi lalu lintas anak-anak di tahun-tahun awal Israel? Dan apakah badan-badan negara terlibat dalam penculikan massal?

Ketika ditanya oleh Program TV Israel Meet the Press, “Apakah pejabat pemerintah terlibat?” Hanegbi enggan menjadi lebih terbuka dengan mengatakan, “Kita mungkin tidak pernah tahu.”

Shoshana Madmoni-Gerber, seorang akademisi Israel yang telah menulis sebuah buku tentang penghilangan yang berjudul Israeli Media and the Framing of Internal Conflict: The Yemenite Babies Affair, mencatat bahwa “penyerahan paksa” anak-anak dari satu kelompok etnis kepada etnis yang yang lain dalam definisi PBB termasuk “genosida”. Konvensi 1951 menyebutkan “terlibat” kejahatan.

Baca Juga: Kesabaran dan Eksistensi Manusia

“Pada akhirnya, saya tidak berpikir itu penting, apakah pejabat pemerintah secara aktif merencanakan apa yang terjadi, sementara yang lain melakukan penculikan,” kata Gerber kepada Al Jazeera. “Bagaimanapun, ini adalah kejahatan yang dilakukan terhadap ribuan orang tua yang masih tidak tahu kebenaran tentang nasib anak-anak mereka.”

Hampir semua anak-anak yang hilang berasal dari keluarga Yahudi yang tiba dari negara-negara Arab, tak lama setelah penciptaan Israel selama peristiwa Nakba tahun 1948, ketika ratusan ribu warga pribumi Palestina diusir dari rumahnya.

Misteri itu telah dinamai Yemenite Children Affair, karena sebagian besar anak-anak yang hilang berasal dari Yaman. Tapi ada juga jumlah yang signifikan dari Irak, Maroko, Tunisia dan Balkan.

Tekanan kepada pemerintah Israel untuk memberikan jawaban dalam kasus-kasus seperti Grunbaum telah diintensifkan dalam beberapa tahun terakhir. Di saat yang sama, media sosial telah membantu keluarga korban untuk mengetahui seluas apa penghilangan anak itu.

Baca Juga: Tujuh Perkara Penyebab Rusaknya Hati

Pada akhir Juni, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menanggapi dengan mengumumkan pemeriksaan terhadap bukti terbaru. Dalam video yang diunggah ke halaman Facebook-nya, dia berjanji untuk sampai ke dasar  persekasus tersebut.

“Subyek anak-anak Yaman adalah luka terbuka yang terus berdarah bagi banyak keluarga yang tidak tahu apa yang terjadi pada bayi, untuk anak-anak mereka yang hilang,” kata Netanyahu.

Dia menunjuk Hanegbi untuk memeriksa kembali dokumen-dokumen tentang masalah itu.

Yael Tzadok, seorang wartawan Israel yang telah menghabiskan 20 tahun menyelidiki kasus anak-anak yang hilang, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa itu adalah rahasia tergelap Yahudi Israel menculik orang-orang Yahudi lainnya.

Baca Juga: Kepastian Kehancuran Negara Zionis Israel

“Orang-orang Yahudi yang datang ke sebuah negara yang telah diciptakan sebagai perlindungan, di bangun langsung dari Holocaust. Mengungkapkan fakta secara terang benderang itu berisiko menyebabkan gempa bumi,” kata Tzadok.

Keluarga dan pihak yang mendukung diungkapnya kasus itu meyakini bahwa sebagian besar anak-anak yang diculik itu masih hidup, tetapi hanya sangat sedikit yang seperti Grunbaum, tahu bahwa mereka dicuri dari orang tua mereka.

Dalam penyelidikan, Kedmi mendengar pandangan yang diungkapkan oleh staf medis yang bekerja di rumah sakit tempat bayi-bayi diculik.

Sonia Milshtein, seorang mantan perawat senior, bersaksi bahwa orang tua Yahudi Yaman “tidak tertarik pada anak-anak mereka” dan mereka seharusnya senang bahwa “anak mereka mendapat pendidikan yang baik”.

Baca Juga: Maulid Nabi dalam Perspektif Rumi dan Interaksionisme Simbolik

Sarah Pearl, kepala perawat di Organisasi Perempuan Zionis Internasional (WIZO), sebuah badan amal di bidang rumah perawatan, tempat dari mana anak-anak diduga telah menghilang, mengatakan kepada media Israel bahwa ketika ia bertanya mengapa orang tua anak-anak tidak pernah mengunjungi, dia diberitahu oleh kepala administrator bahwa orang tua mereka memiliki banyak anak dan banyak masalah, sehingga mereka tidak menginginkan anak-anaknya.

Madmoni-Gerber, seorang profesor komunikasi Israel yang sekarang tinggal di Amerika Serikat mengatakan, keluarganya sendiri telah terluka oleh kasus Yemenite Children Affair. Ia pun mendesak pemerintah Israel bisa transparansi lebih besar tentang kasus itu.

Ayah dan bibinya di antara 50.000 Yahudi Yaman yang diterbangkan ke Israel pada tahun 1949 dan 1950 dalam serangkaian penerbangan rahasia AS dan Inggris yang dikenal sebagai Operasi Magic Carpet. Seperti banyak Yahudi Mizrahim lainnya, saat itu mereka ditampung sementara di salah satu dari puluhan “kamp penyerapan” di Israel.

Bibi Madmoni-Gerber melahirkan di sebuah rumah sakit Israel pada tahun 1949. “Ketika tiba waktunya untuk pulang, staf di bangsal pengiriman memintanya untuk meninggalkan bayinya di belakang bersama mereka. Dia menolak. Ketika dia tiba kembali di kamp, anaknya telah diculik. Dia tidak pernah melihat bayinya lagi,” kata profesor itu.(P001/R02)

Baca Juga: Setelah 42 Tahun Sabra Shatila, Energi Perlawanan Semakin Kuat

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Indonesia
Palestina
Indonesia
MINA Preneur
Khadijah
MINA Health