Terima Kunjungan Menlu India, Muhammadiyah Sampaikan Dua Poin Penting

Jakarta, MINA – Pimpinan Pusat (PP) menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) India M.J. Akbar di gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (30/7).

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir kepada MINA usai pertemuan itu mengatakan bahwa pihaknya menyampaikan dua poin penting kepada untuk memperkuat hubungan kerjasama kedua belah pihak.

“Kehadiran dari Menlu India ke Indonesia khususnya pertemuan dengan PP Muhammadiyah pertama menyambung kunjungan kami bersama UMS di bulan Juni yang lalu untuk kerjasama di bidang dan keagamaan,” katanya.

Haedar mengungkapkan bahwa inti dari dua poin penting yang disampaikan dalam pertemuan itu adalah mengajak untuk menindaklanjuti dan memperkuat hubungan kerjasama Muhammadiyah-Pemerintah India.

“Pertama pendidikan yakni bagaimana pertukaran dosen, mahasiswa untuk beasiswa dan program-program pendidikan lain yang bisa kita susun program kongkretnya. Kedua bagaimana program resolusi konflik antar kelompok sosial maupun peranan agama dan kelompok agama dalam hal menciptakan integrasi nasional dalam membangun kehidupan yang lebih maju,” paparnya.

Haedar menegaskan, pendidikan merupakan instrumen yang sangat universal di mana lewat pendidikan orang tidak tersegmentasi oleh agama, oleh suku, oleh ras, oleh golongan, bahkan oleh negara.

“Oleh karena itu Muhammadiyah punya peluang yang lebih terbuka untuk menjalin kerjasama dengan banyak negara,” ujarnya.

Pemerintah India sangat apresiatif terhadap Muhammadiyah karena dianggap sebagai organisasi Islam modern yang besar, berpengaruh di Indonesia dan punya peran di dalam membawa kehidupan keagamaan yang maju.

“Muhammadiyah menjadi kekuatan yang bisa menciptakan hubungan yang baik, toleran, damai, di mana India dan Indonesia punya semacam kultur yang sama dalam hal keagamaan maupun juga ada irisan hubungan kebudayaan,” katanya.

Muhammadiyah, kata Haedar, sebenarnya sudah punya program kerjasama dengan India lewat perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sudah punya program dengan perguruan tinggi di India seperti Jawaharlal Nehru University (JNU) dan Aligarh Muslim University (AMU).

“Tentu karena ini sebagai program-program perintisan perlu pengembangan. Ada banyak peluang sebenarnya juga dari pemerintah India untuk beasiswa bagi student Indonesia ke sana, tapi kita juga menawarkan lewat PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) di India untuk program beasiswa bagi student India ke perguruan tinggi Muhammadiyah,” ujarnya.

Lebih jauh, Haedar menegaskan, Muhammadiyah dan pemerintah India sebagai dua negara dalam kontek Indonesia dan India punya sejarah bersama.

“Islam kan bagian dari yang masuk ke Indonesia dari India. Kemudian sebagian kultur Indonesia itu ada irisan India lewat Hindu dan lain sebagainya. Nah tinggal bagaimana dua pihak selain yang governement to governement itu mencoba mengakselerasi program-program yang bisa dikembangkan bersama dan kongkret,” katanya. (L/R06/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)