Kabul, MINA – Parlemen Afghanistan pada hari Sabtu (23/12), menyambut baik resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait keputusan Amerika Serikat mengenai status Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota Israel.
Atas permintaan negara-negara Arab dan Muslim, sebuah sesi darurat Majelis Umum PBB yang diadakan pada hari Kamis (21/12), dimana sebagian besar memilih resolusi yang tidak mengikat, 128 negara mendukung, 9 negara menentang, dan 35 negara abstain.
Terkait perdebatan Al-Quds di Majelis Umum PBB, Anggota Parlemen Afghanistan menyebut Presiden AS Donald Trump melakukan intimidasi dalam hal ini “anti demokrasi”. seperti dilaporkan Worldbulletin dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Trump telah memperingatkan bahwa bantuan akan dipotong ke negara-negara yang memilih menentang langkah Washington di Majelis Umum PBB.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
“Mereka mengambil ratusan juta dolar dan bahkan miliaran dolar dan kemudian mereka memberikan suara menentang kita. Nah, kita melihat suara tersebut, Biarkan mereka memilih dan melawan kita. Kami tidak peduli, “kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (19/12).
Anggota Parlemen Afghanistan Khalil Ahmad Shahed Zada mengatakan, AS harus menghormati hasil keputusan Majelis Umum PBB. “Saya mengajukan banding ke Amerika Serikat yang mengklaim percaya pada demokrasi dan Hak Asasi Manusia untuk menghormati pandangan orang-orang di dunia,” ujar Ahmad.
Dia juga memuji peran kepemimpinan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam menyatukan dunia Muslim. Pandangan serupa diungkapkan oleh sejumlah Anggota Parlemen Afghanistan.
Pada 6 Desember, Trump secara resmi mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel meski mendapat tentangan di seluruh dunia. Keputusan tersebut telah memicu kemarahan demonstrasi di seluruh dunia Muslim termasuk Afghanistan.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pejabat tinggi Turki lainnya telah berada di garis depan internasional yang menentang keputusan AS. Pemerintah Afghanistan juga telah menyatakan keprihatinan mendalam atas keputusan tersebut.
“Keputusan tersebut telah melukai perasaan kaum Muslim di seluruh dunia dan akan mengancam perdamaian di Timur Tengah. Oleh karena itu, setiap langkah sepihak dalam hal ini, tanpa partisipasi Palestina, tidak akan menghasilkan solusi positif,” kata Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani dalam pernyataannya.
Al-Quds tetap menjadi jantung konflik Palestina-Israel, rakyat Palestina berharap bahwa Al-Quds yang diduduki oleh Israel sejak 1967 pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina yang merdeka. (T/R03/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina