Terkait Lima Hari Sekolah, ICMI Siap Mediasi NU-Muhammadiyah

Ketua , Prof Jimly Asshiddiqie. (Foto: MINA/Rendy Setiawan)

Jakarta, MINA – Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie mengaku siap untuk memediasi antara Nahdlatul Ulama () dan terkait perbedaan pandangan soal lima hari sekolah dan delapan jam sehari.

“Jangan karena Mendikbudnya orang Muhammadiyah, terus orang-orang NU tidak setuju dengan kebijakannya. Paling keras penolakannya. Janganlah seperti itu. Kedua pihak harus bertemu, duduk bareng. Kalau misalnya tidak bisa, ICMI siap memediasi,” ujar Prof Jimly di Kantor Pusat Kegiatan ICMI di Jakarta, Rabu (9/8).

Menurut Jimly, kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy terkait lima hari sekolah tidaklah mengganggu aktifitas belajar mengajar di sekolah. Justru, kata Jimly, kebijakan tersebut harus didukung.

“Tak masalah sekolah mau masuk lima hari atau enam hari. Tidak terlalu berpengaruh signifikan, hanya soal teknis saja. Jadi jangan terlalu dibesar-besarkan. Seharusnya kita dukung kebijakan Mendikbud,” katanya.

Respon PBNU

Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan kebijakan baru lima hari sekolah dengan 8 jam pelajaran atau di sekolah sangat bertentangan dengan Pasal 51 Undang-Undang (UU) tentang Sisdiknas.

Ia menjelaskan, dalam UU tersebut dikatakan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan pelayanan minimal. Hal tersebut berdasarkan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah.

Bahkan, PBNU berencana mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberhentikan Mendikbud Muhadjir Effendy.

Menurut Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama (LP Ma’arif NU) Arifin Junaidi, Mendikbud Muhadjir sudah membuat kegaduhan terkait dengan rencana kebijakan sekolah 8 jam sehari atau fullday School.

Sementara Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, program belajar delapan jam sehari baik untuk penguatan karakter tiap pelajar. “Ini menjadi konsep umum program penguatan karakter. Secara umum ini penunjang ekstrakurikuler, memanfaatkan yang di dalam dan di luar sekolah,” katanya.

Muhadjir menjelaskan, program delapan jam yang akan diterapkan pada tahun ajaran 2017-2018 ini berbeda dengan sistem fullday school yang umumnya diterapkan sekolah swasta. (L/R06/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.